Bagikan:

Jakarta International Stadium (JIS) telah menjadi sorotan publik dengan rencana revitalisasi yang memicu perdebatan sengit. Pertanyaan muncul mengenai pentingnya revitalisasi stadion dan pemenuhan standar FIFA yang menjadi perhatian utama. Namun, perlu dipertanyakan apakah kontroversi terkait revitalisasi JIS berkaitan dengan politik. Memang baik untuk memperbaiki stadion agar sesuai dengan standar internasional, tetapi jika ada campur tangan politik, sebaiknya dihindari. Terlebih lagi, apakah perubahan diperlukan jika stadion sudah memenuhi standar? Selain itu, perbandingan biaya pembangunan awal dengan biaya revitalisasi juga perlu dipertimbangkan.

Salah satu alasan yang sering dikemukakan untuk revitalisasi stadion adalah meningkatkan kualitas agar sesuai dengan standar FIFA, termasuk jenis rumput yang harus digunakan sebagai permukaan lapangan. Memastikan stadion JIS memenuhi standar ini penting untuk pengalaman yang optimal bagi pemain dan penonton. Pembaruan sesuai standar internasional adalah langkah yang baik.

Namun, penting juga mempertanyakan apakah kontroversi terkait revitalisasi JIS memiliki kaitan dengan politik. Ada pihak yang menuduh adanya eufemisme dan propaganda politik dalam permasalahan ini. Hal ini menimbulkan keraguan tentang kesungguhan memperhatikan kepentingan umum dan kualitas stadion, bukan motif politik yang mempengaruhi transparansi dan objektivitas keputusan.

Selanjutnya, perbandingan biaya pembangunan awal dengan biaya revitalisasi menjadi relevan. JIS dibangun semasa Anies Baswedan menjabat Gubernur DKI Jakarta dan dianggap sebagai stadion dengan standar internasional yang sangat dibanggakan. Pembangunan stadion ini memakan anggaran besar, lebih dari Rp4 triliun. Terdapat pernyataan bahwa biaya revitalisasi lebih tinggi daripada pembangunan awal, tetapi ada juga yang menyatakan bahwa biaya renovasi tidak sebesar itu. Menurut Ketua PSSI, Erick Thohir, biaya renovasi stadion tidak mencapai Rp5 triliun. Pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp1,9 triliun untuk renovasi 22 stadion.

Sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 2023, beberapa stadion, termasuk JIS, diusulkan sebagai venue. Semua stadion harus memenuhi standar FIFA. Jika stadion belum memenuhi standar tersebut, maka akan dilakukan renovasi sesuai dengan standar yang ditetapkan. Standar ini sudah ditentukan oleh FIFA dan PSSI sebagai perwakilan FIFA di Indonesia tentunya sudah memahaminya. Informasi mengenai jenis rumput yang digunakan di JIS dapat dilihat langsung saat stadion dibangun, dan terdapat jejak digital yang dapat dilacak mengenai pengujian yang dilakukan. Jika ada hal yang perlu direvitalisasi, mungkin terkait dengan lingkungan sekitar stadion dan sistem transportasi menuju stadion.

Mengingat adanya konteks politik, terutama menjelang pemilu dan pilpres 2024, keraguan akan transparansi dalam keputusan revitalisasi menjadi relevan. Keputusan yang didasarkan pada pertimbangan politik yang sempit mungkin tidak akan menghasilkan keputusan terbaik untuk kualitas stadion dan kepentingan umum. Oleh karena itu, penting untuk menghindari keterkaitan politik dalam revitalisasi stadion agar prosesnya tetap objektif dan transparan.

Secara keseluruhan, revitalisasi stadion untuk memenuhi standar internasional adalah langkah yang baik jika tidak ada kaitan politik yang merugikan. Pertimbangan revitalisasi harus seimbang dengan biaya yang diperlukan dan manfaat yang dihasilkan. Pemeliharaan stadion dengan fokus pada kualitas dan transparansi akan memberikan pengalaman optimal bagi semua pihak yang terlibat. Keputusan yang diambil harus selalu mengutamakan kepentingan umum dan pembangunan sepak bola berkualitas di Indonesia.