Rumput FIFA Tak Sekadar Hijau: Polemik Stadion JIS
Stadion JIS yang terus diributkan seakan tanpa bekesudahan. (Instagram/@jisajakok)

Bagikan:

JAKARTA – Permasalahan Stadion JIS terus berekelindan sejak kali pertama ide arena sepak bola kebanggaan Jakarta itu dimunculkan. Hingga saat ini ribut-ribut soal JIS tak juga berakhir, malah semakin berisik ketika Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17.

Soal standard kelayakan JIS, stadion besar berkapasitas 82 ribu penonton, menjadi topik perdebatan. Salah satu yang paling menjadi kontroversi adalah soal rumput yang digunakan di stadion itu, yang disebut-sebut tidak sesuai standard Federasi Sepal Bola Internasional (FIFA). Lantas bagaimana sebenarnya standard yang diberlakukan FIFA untuk rumput stadion sepak bola?

Perkembangan sepak bola, termasuk sarananya, terus menyesuaikan dengan kemajuan zaman dan teknologi. Aktivitas sepak bola tak dapat lagi dilakukan dengan sekedar memotong rumput, dan meratakan sebuah lapangan. Perlakuan yang dilakukan terhadap sebuah lapangan sepak bola berstandard internasional saat ini jauh lebih kompleks.

Pada masa sekarang, sebuah lapangan sepak bola yang dikatakan berstandard FIFA tidak melulu bermaterikan rumput alami. Yang pasti, apapun bahannya permukaan lapangan berstandard FIFA harus berwarna hijau.

Penggunaan Lighting Grass Growth di lapangan Stadion JIS. (Antara/Aditya Pradana Putra/rwa)

Penggunaan rumput buatan diizinkan, dengan tujuan menambah daya tahan sebuah lapangan. FIFA membuat batasan, lapangan sepak bola yang layak digunakan untuk sebuah pertandingan internasional harus mampu bertahan dalam kondisi prima setelah digunakan setidaknya 20 jam dalam sepekan.

“Karena potensi rumput sintetis yang besar untuk perkembangan sepak bola dan cabang olahraga lainnya, maka penggunaannya untuk permukaan lapangan banyak digunakan di berbagai wilayah di dunia. Karena daya tahannya terhadap cuaca yang lebih baik, rumput sintetis merupakan alternatif pengganti rumput alami. Namun karena ada perbedaan kualitas yang signifikan, maka perlu diberlakukan standardisasi,” begitu tertulis dalam panduan FIFA untuk rumput artifisial.

Saat ini FIFA memberikan lisensi hanya untuk delapan perusahaan pembuat rumput buatan. Kedelapan perusahaan tersebut adalah: Domo Sports Grass (Belgia), Limonta Sports (Italia), Polytan (Jerman), Edelgrass (Belanda), Saltex (Finlandia), CCGrass (China), GreenFields (AS), dan FieldTurf (AS).

Rumput Alami Standard FIFA

Lantas bagaimana dengan rumput alami yang digunakan untuk lapangan dengan standard FIFA? Organisasi pemilik sepak bola dunia ini membagi kualitas lapangan dalam dua kategori, yaitu lapangan dasar dan lapangan kualitas tinggi.

“Kualitas lapangan ditentukan berdasarkan sumber daya yang tersedia untuk konstruksi dan pemeliharaanya,” seperti tertulis dalam panduan FIFA untuk lapangan dengan rumput alami.

Lapangan dasar disebutkan hanya meliputi perbaikan drainase dan pemeliharaan permukaan dan rumput secara rutin. Lapangan kategori ini hanya digunakan untuk kegiatan rekreasional, pertandingan sepak bola lokal, atau pun latihan.

Sedangkan lapangan kualitas tinggi adalah lapangan yang dikelola secara canggih. Lapangan dibuat khusus dengan tambahan lapisan pasir, teknologi penguatan rumput, pemanas jika berada di wilayah sub tropis, lampu untuk pertumbuhan rumput dan saluran ventilasi jika sebuah lapangan dibuat di stadion yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan rumput.

Rumput jenis Zoysia grass seperti yang digunakan untuk lapangan Stadion JIS. (myhometurf.com.au)

Jika mengacu pada dua kategori FIFA tersebut, tak dapat disangkal bahwa JIS merupakan lapangan sepak bola kualitas tinggi. Lapangan dengan kualitas tinggi layak digunakan untuk pertandingan profesional dan internasional.

Untuk jenis rumput yang dapat digunakan, FIFA membagi dalam dua kategori umum yaitu rumput untuk iklim hangat hingga panas, dan dingin. Rumput untuk iklim tropis dapat dari jenis Bermuda grass (Cynodon dactylon), Seashre paspalum (Paspalum vaginatum), Zoysia grass (Zoysia matrella and Zoysia japonica), dan Kikuyu grass (Cenchrus clandestinus).

Sedangkan untuk rumput di iklim sejuk hingga dingin, FIFA menentukan tiga jenis rumput. Ketiganya adalah Perennial ryegrass (Lolium perenne), Smooth-stalked meadow grass (Poa pratensis), dan Tall fescue (Festuca arundinacea).

Tentu saja untuk memenuhi standard FIFA sebagai stadion kualitas tinggi, tak melulu soal jenis rumput. Ada banyak faktor mulai desain, konstruksi, infrastruktur, pemilihan jenis rumput, cara penanaman rumput, pemeliharaan, rekruitmen tenaga pemelihara, dan monitoring performa lapangan. Semua itu tertuang dalam 11 bab panduan FIFA tentang lapangan dengan permukaan rumput alami.

Masalah di JIS

Lapangan Stadion JIS memakai rumput jenis Zoysia japonica, dikombinasikan dengan sintetis. Sebanyak 95 persen rumput alami, sisanya sintetis. Dari jenis pemilihan rumput, jelas JIS sudah memenuhi standard FIFA.

Ketum PSSI yang juga Menteri BUMN, Erick Thohir, mengatakan masalah rumput di Stadion JIS adalah penyakit. Rumput Stadion JIS ditumbuhi gulma, sebagai akibat kekurangan sinar matahari karena arena itu dilengkapi atap yang dapat dibuka tutup.

“Makanya tidak rata gitu kan? Kalau tidak rata, terus mesti diapakan? Didiemkan? Kalau didiemkan, tidak sesuai. Maka dari itu, harus diperbaiki," ungkap Erick.

“Diperbaiki dengan cara apa? Jenis rumputnya disesuaikan dengan jenis rumput yang bisa tumbuh dalam shading atau tidak perlu banyak sinar matahari,” imbuhnya.

Agak mengganjal dalam kasus JIS, karena untuk pemeliharaan rumput di arena itu sudah menggunakan Lighting Grass Growth atau lampu pertumbuhan rumput. Ini pun sudah sesuai FIFA, yang mensyaratkan penggunaan bantuan sinar ultra violet tersebut untuk lapangan dengan kendala pertumbuhan rumput.

Lapangan Stadion JIS saat ditinjau oleh Menpora Dito Ariotedjo dan rombongan pada 4 Juli 2023. (Antara/M Risyal Hidayat) 

"Apalagi Stadion Kita (JIS) ini tertutup, sehingga penting untuk kami menyediakan alat yang namanya Ultra Violet. Ini adalah teknologi yang sampai pada operasionalnya juga kami memiliki teknologinya," kata Direktur Utama Jakarta Propertindo (Jakpro) saat itu, Widi Amanasto, Jumat (10/11/2021) seperti dikutip dari Antara.

Setelah Anies Baswedan digantikan Heru Budi Hartono sebagai Gubernur DKI Jakarta,  posisi Widi juga digeser. Saat ini Direktur Utama Jakpro dijabat Iwan Takwin.

"Saat ini Jakpro sedang dalam tahap berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait atas persiapan, penyempurnaan dan peningkatan fitur Jakarta International Stadium (JIS)," kata Iwan pada 11 Juli 2023.

Seorang sumber VOI yang tidak ingin disebutkan namanya berkata bahwa apa yang terjadi di Stadion JIS sebenarnya hal biasa.

"Itu cuma masalah teknis yang diselesaikan secara politis dan cuan," kata sumber VOI, yang kerap menangani proyek-proyek pembangunan sarana olahraga dengan anggaran pemerintah.

Sebaiknya memang polemik soal Stadion JIS segera disudahi. Rumput diganti kalau itu memang dipandang perlu, entah demi alasan apa pun. Namun kalau lantas digeneralisasi bahwa Stadion JIS tidak memenuhi standard FIFA, rasanya itu lebay.