<i>Duh!</i> Berhubungan Seks dengan Wanita Transeksual, Pesepak Bola Liga Premier Inggris ini Diperas Rp535 Juta
Ilustrasi (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang pesepak bola Inggris dilaporkan jadi korban pemerasan wanita transeksual pada saat Negeri Ratu Elizabeth itu menerapkan lockdown COVID-19 beberapa waktu lalu.

Pemain sepak bola yang tidak disebutkan namanya itu dilaporkan telah meniduri pendamping transeksual beberapa kali. Dia menjadi subyek upaya pemerasan senilai 30 ribu poundsterling atau setara Rp535 juta.

Seorang wanita transeksual pra-operasi dihubungi oleh bintang Liga Premier, dia menemukan profil wanita itu di situs web pendamping.

Diduga, pesepak bola itu telah membayar si wanita transeksual sebanyak 150 poundsterling (Rp2,6 miliar) untuk seks pada bulan April 2021 ketika mereka bertemu di sebuah flat pusat kota sewaan berkali-kali.

Sang pesepak bola meyakini pertemuan mereka akan tetap pribadi. Namun, si wanita transeksual ini diam-diam merekamnya, menyimpan teks percakapan mereka dan memotret si pesepak bola.

Tidak diketahui apakah dia saat ini berstatus sebagai pemain tim nasional Inggris yang akan berlaga di Piala Dunia Qatar.

Menurut The Sun, Kamis, si wanita transeksual menggunakan bukti itu untuk meminta sejumlah uang tunai dari sang pesepak bola. Dia memeras si pemain dengan jumlah Rp535 juta.

Dikatakan, pemain Inggris ini melapor ke polisi dan wanita transeksual itu akhirnya ditangkap atas dugaan pemerasan pada Juni lalu.

Wanita transeksual itu ditanyai tentang hubungan tersebut, dan penyelidikan dibiarkan tertutup setelah si pemain memilih untuk tidak memberikan pernyataan.

Laporan itu mengatakan, klub yang menaungi sang pemain di Liga Premier mengetahui insiden ini. Pasalnya, penampilan si pesepak bola di lapangan semakin menurun.

Seorang sumber mengatakan kepada The Sun: "Pesepak bola itu benar-benar khawatir namanya akan keluar dan itu akan menyebabkan dia dilecehkan oleh penggemar.

"Dia hanya ingin menguburnya sehingga terlepas dari upaya petugas, dia menolak untuk bekerja sama, yang membuat kepolisian menyelidiki plot pemerasan tanpa korban."