Perseteruan Fiorentina dan Juventus (4): Bulan Madu Bisnis Transfer yang Dirusak Gagalnya Kepindahan Berbatov
Dimitar Berbatov (Instagram @berbo9)

Bagikan:

JAKARTA - Tidak seperti pada bagian ketiga tulisan ini, di mana tifosi Fiorentina menganggap keterlibatan Fabrizio Ravanelli dengan Juventus adalah ‘dosa besar’ dan sang striker tidak layak pindah ke Fiorentina, pada era presiden Diego Della Valle, perpindahan pemain dari I Viola ke Juventus ataupun sebaliknya bukan lagi sesuatu yang diharamkan.

Fiorentina dinyatakan bangkrut dan harus memulai kiprah di Serie C2 pada musim 2002/2003. Klub ini lantas diambil alih oleh pengusaha sepatu dan entreprenur di bidang kulit, Della Valle.

Dalam merekrut pemain, sang presiden tidak pernah melihat dari mana mereka berasal. Ia lebih melihat kualitas dan usia muda pemain itu agar Fiorentina bisa berbicara lebih banyak di kompetisi domestik dan Eropa.

Terbukti, sampai musim terakhir era kepelatihan Cesare Prandelli, 2009/2010, hasilnya cukup memuaskan. Fiorentina disegani di Liga Serie A dan Liga Champions.

Bisa kita tengok, Adrian Mutu, Manuele Blasi, Enzo Marescha, Fabrizio Miccoli, Marco Marchioni, Cristiano Zanetti, Sergio Almiron, Christian Vieri, Amauri Carvalho dan bahkan pelatih Cesare Prandelli adalah Fiorentini yang bermasa lalu Juventus.

Sebaliknya, Giorgio Chiellini, Valeri Bojinov, Emiliano Moretti, Felipe Melo dan Luca Toni adalah para eks penggawa I Viola yang menyeberang ke La Vecchia Signora.

Kendati Della Valle lebih lunak dalam kebijakan transfer, bukan berarti permusuhan jadi mendingin. Luca Toni misalnya (yang membelot ke Juventus pada pertengahan musim 2011/2012), meski punya kenangan manis dengan I Viola ia tidak ragu mengatakan akan merayakan gol yang dibuatnya ke gawang Fiorentina ketika kedua tim bersua di Artemio Franchi pada pekan ke-33.

“Saya memiliki dua musim luar biasa di Fiorentina. Namun seandainya saya mencetak gol melawan mereka maka saya akan merayakannya karena merayakan bukan tidak menghormati mantan suporter Anda,” tutur Toni dilansir dari Football Italia.

Meski niatan Toni akhirnya tidak terealisasi lantaran laga yang berlangsung pada 17 April 2011 itu berakhir imbang tanpa gol dan Toni hanya bermain selama 18 menit menjelang laga usai sebagai pengganti Alessandro Matri, tetap saja kata-katanya membuat tifosi Fiorentina geram.

Beruntung penyerang yang mengantarkan Italia juara Piala Dunia 2006 ini kembali berkostum ungu pada musim 2012/2013 dengan status bebas transfer dan memberikan pernyataan terbuka tentang rasa cintanya kepada Fiorentina.

“Saya senang bisa kembali ke rumah (Fiorentina). Banyak yang berubah di kota ini, tetapi saya tidak merasa telah pergi selama enam tahun. Ketika tawaran itu datang saya yang langsung menerima. Tidak mudah memang datang ke kota di mana saya pernah menyumbang banyak hal, tetapi saya bahagia dan siap beraksi,” kata Toni.

“Saya sama sekali tidak memikirkan detail kontrak, saya hanya ingin bermain sepakbola. Ketika saya meninggalkan Juventus berarti ada yang tidak beres. Antonio Conte pelatih hebat, pada awalnya saya masuk dalam rencana besar tim namun terjadi perubahan dan saya mengambil keputusan untuk pergi. Lalu saya berpetualang di Uni Emirat Arab, sayang gaya sepak bola di sana jauh dari yang diharapkan. Saya masih memiliki semangat bermain dan tampil bagus,” tutupnya.

Karena hal-hal seperti Toni (menyeberang) pulalah ritual ‘Degobbizzazione’ tidak dihilangkan begitu saja. Dan Marco Marchioni, pemain yang pindah ke Firenze pada musim 2009/2010, merupakan pemain lain yang menjalani ritual ini. Ia bahkan didatangi langsung oleh fans militan “Gruppo Storico” usai menjalani sesi latihan.

Selain menjalani ritual ‘Degobbizzazione’, Marchioni juga dipaksa berjanji untuk merayakan gol pertamanya dengan berlari ke arah Curva Fiesole sebagai bukti pengabdiannya kepada Fiorentina.

Selain Toni dan Marchioni, gelandang Brasil Felipe Melo dan pemain Argentina Sergio Almiron juga memberi pernyataan terbuka mengenai kepindahannya. Melo, yang menyeberang ke Bianconeri pada musim 2009/2010 berterima kasih sekaligus meminta maaf kepada para tifosi Fiorentina. Sementara Almiron yang bergabung dengan Pasukan Ungu satu musim sebelumnya secara blak-blakan mengungkap kekecewaannya terhadap klub yang mencampakannya, Juventus.

“Saya berterima kasih kepada fans I Viola untuk apa yang telah mereka berikan selama ini. Mereka akan selalu berada di hati saya. Saya minta maaf bila sekarang ada beberapa, atau mungkin juga banyak, suporter yang marah kepada saya. Namun ini merupakan jalan yang harus saya tempuh. Perpindahan ini punya sisi positif bagi Fiorentina karena mereka bisa melakukan investasi dari hasil penjualan saya,” kata Melo kepada La Gazzetta dello Sport.

“Saya berada di sini untuk membuktikan Juventus salah. Saya benar-benar sudah lebih siap dan saya ingin membuktikan kemampuan terbaik saya di sini. Lebih baik saya tidak membicarakan itu (Juve) lagi. Claudio Ranieri (pelatih Juve saat itu) adalah salah satu orang yang setuju saya dikontrak tapi kemudian saya tidak diberi tempat dalam timnya,” sebaliknya, Almiron berkata demikian.

Tapi, bulan madu transfer harmonis antara Fiorentina dan Juventus pada era rezim Della Valle harus berakhir di awal musim 2012/2013. Rencana kepindahan penyerang Bulgaria Dimitar Berbatov ke Fiorentina yang hampir pasti dirusak Bianconeri.

Berbatov yang dijadwalkan datang ke Firenze untuk melakukan tes medis dan meneken kontrak bersama I Viola menjelang penutupan bursa transfer tidak pernah muncul dan dikabarkan lebih menerima tawaran Juventus. Sejumlah sumber menyatakan, Juve berani membayar Berbatov lebih tinggi dari I Viola, yakni sebesar 1 juta euro semusim plus kesempatan bermain di Liga Champions. Terang saja, I Viola tidak menerima kelakuan Juventus.

“Mungkin dari pihak tertentu berpikir: supaya bisa mendapatkan hasil, semua hal absah dilakukan. Tapi Fiorentina tidak berpikir seperti itu. Saya tidak akan pernah menerima sikap dari klub dan presiden mereka (Juventus),” kecam Della Valle disitat dari Football Italia.

“Itu merupakan hal wajar terjadi pada bursa transfer, terutama dalam beberapa hari terakhir. Kami hanya mendekati Manchester United usai si pemain menolak Fiorentina. Ada tawaran datang dari Fulham, tapi ia ingin mengevaluasi proposal kami juga dan segera memberikan kepastian malam ini,” bantah manajer umum Bianconeri saat itu, Beppe Marotta, seperti dilansir Tribalfootball.

Kendati pada akhirnya kedua tim tidak berhasil mendapatkan Berbatov lantaran dia lebih memilih Fulham, Della Valle berusaha meminta penjelasan dari Andrea Agnelli, selaku orang nomor satu di Juve. Tapi, jawaban yang didapat tidak memuaskan.

“Kami mendekati Berbatov ketika mendapat kepastian bahwa sang pemain menolak Fiorentina. Dalam hal ini Fulham juga datang membawa penawaran untuk Berbatov,” bela Agnelli.

“Dia ingin bertahan di Premier League. Dia tidak datang ke Firenze karena ke Muenchen untuk menemui istrinya,” lanjut Marotta mengenai sikap Berbatov.

Mengenai Berbatov, Fiorentina secara lugas menyatakan striker yang merengkuh gelar top scorer Liga Premier musim 2010/2011 itu sebagai pribadi yang tidak profesional dan tidak layak menggunakan kostum kebesaran Fiorentina.

“Kami merasa senang karena dia tidak jadi bergabung dengan Fiorentina. Dia tidak pantas di berada kota kami dan tidak pantas mengenakan jersey kami,” demikian isi pernyataan di situs resmi Fiorentina yang dimuat oleh Tribalfootball.

I Viola bahkan meminta ganti rugi kepada Berbatov dan agennya terkait tiket pesawat yang sudah dipesan dan dikirimkan langsung atas nama mereka berdua untuk penerbangan dari Manchester menuju Firenze.

“Saya senang dia tidak jadi datang. Kami akan meminta agennya untuk membayar ganti rugi seratus persen atas tiket pesawat yang kami pesan,” tegas Direktur Olahraga Fiorentina, Daniele Prade, kepada Radio Blu.

Perang belum berakhir. Imbasnya bahkan menjalar ke pemain lain. Fiorentina membuat kontrak khusus untuk salah satu pemain bintangnya Stevan Jovetic. Dalam kontrak tersebut ada klausul “anti-Juventus” yang memagari pemain asal Montenegro itu hijrah ke Juventus.

Sebelumnya, Fiorentina dan Juventus sempat membicarakan transfer pemain bernomor punggung delapan ini pada bursa transfer 2012/2013. Namun, kubu I Gigliati masih menolak tawaran sebesar 25 juta euro (sekitar Rp 306 miliar) yang disodorkan La Vecchia Signora.

Fiorentina bahkan menolak jika Juventus menawar hingga 40 juta euro (sekitar Rp 490 miliar) sekalipun untuk Jovetic. Berita sebelumnya mengklaim Fiorentina hanya akan menjual Jojo ke Manchester City yang kemudian terealisasi di akhir musim 2012/2013.