Bagikan:

JAKARTA - Seperti dikisahkan pada bagian pertama cerita Perseteruan Fiorentina dan Juventus, Roberto Baggio dibajak Bianconeri pada akhir musim 1989/1990. Sejak itu, perpindahan pemain atau pelatih di antara kedua klub jadi lebih selektif.

Pada era presiden Vittorio Cecchi Gori, jika pasar transfer membahas peluang perpindahan pemain di antara Fiorentina dan Juventus, maka hukum ‘halal’ dan ‘haram’ yang akan berbicara. Meskipun akhirnya ada juga mantan Juventino yang berseragam Fiorentina, ia harus melakukan ritual ‘Degobbizzazione’ - simbol penyucian, penyambutan dan sumpah setia.

Secara harfiah, ‘Degobbizzazione’ bisa diartikan dengan ‘De-Juvenisasi’ atau penghilangan segala sesuatu yang berbau Juventus. Sementara arti kata ‘gobbo’ (jamaknya: ‘gobbi’) dalam bahasa Italia berarti hunchbacked, dan bisa dimaknai sebagai “tertunduk” atau “tertindas”. Sebuah istilah yang distigmakan kepada pendukung Juventus asal kota industri Turin di mana mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai buruh pabrik.

Seperti diketahui, dalam pergolakan politik di seluruh dunia kaum buruh adalah kaum yang tertindas oleh para kapitalis atau para pemilik modal. Inilah asal usul kata ‘gobbo’ yang melekat pada tifosi Juventus.

Adapun ritual yang diwajibkan oleh Gruppo Storico - tifosi garis keras Artemio Franchi - ini juga berlaku untuk Giovanni Trapattoni, pelatih Juventus yang dianggap mencuri Scudetto 1981/1982 dari Fiorentina. Keterlibatan Trapattoni dengan Bianconeri inilah yang membuat pendukung Fiorentina tidak mengerti mengapa Cecchi Gori merekrutnya pada musim 1998/1999, menggantikan Alberto Malesani.

Namun demikian, usai Mr. Trap, begitu ia biasa disapa, menegaskan dirinya sudah terbebas dari pengaruh Juventus dan akan membaktikan diri kepada Fiorentina, pelatih karismatik itu diterima tifosi.

“Saya kira keterlibatan saya dengan Juventus tidak akan memengaruhi ikatan saya dengan Fiorentina,” tangkis Mr. Trap kala itu dikutip dari majalah Liga Italia edisi 1998.

“Selain melatih Juventus saya juga pernah menangani Inter Milan, Cagliari dan Bayern Munich. Setelah melatih tiga klub itu saya merasa telah ‘bersih lingkungan’ (bersih dari pengaruh Juventus),” lanjutnya.

Ia juga mengatakan, menantunya tinggal di Firenze dan pendukung berat Fiorentina. Jadi, katanya, “Sudah ada darah Fiorentina dalam keluarga saya.”

Selain itu, Mr. Trap merasa Juventus merupakan musuh utamanya, karena pada tenor keduanya melatih di Turin ia ‘didepak’ pada akhir musim 1993/1994 dan digantikan Marcello Lippi.

Mr. Trap pada tenor keduanya di Juventus (eufa.com)

“Juventus tidak pernah menghargai orang yang telah memberikan kejayaan bagi klubnya,” pungkasnya.

Mr. Trap mungkin tidak memberikan gelar buat Fiorentina. Tapi, keberhasilannya membawa Gabriel Batistuta dkk ke Liga Champions 1999/2000 dan mengalahkan Manchester United 2-0 di Firenze plus membekuk Arsenal 1-0 di Wembley jadi catatan manis yang tidak akan dilupakan Fiorentini.