Kematian George Floyd yang Menginspirasi Black Lives Matter dalam Sejarah Hari Ini, 25 Mei 2020
Situs memorial George Floyd (Vasanth Rajkumar/Wikimedia Commons

Bagikan:

JAKARTA - Pada 25 Mei 2020, pria kulit hitam bernama George Floyd tewas karena lehernya diimpit lutut seorang petugas polisi, Derek Chauvin. Kematian George Floyd memicu aksi massa di berbagai belahan dunia. "Black Lives Matter", begitu perlawanan terhadap rasisme, imperialisme, hingga perbudakan disuarakan.

Kematian George Floyd bermula ketika ia membeli sebungkus rokok di sebuah toko swalayan di South Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat (AS). Seorang asisten toko yakin bahwa George Floyd menggunakan uang kertas 20 dolar AS palsu dan menelepon polisi setelah George Floyd menolak mengembalikan rokok atau membayar lagi.

Petugas, termasuk Derek Chauvin datang dan memborgolnya. Tapi George Floyd menolak masuk mobil patroli. Perjuangan George Floyd berakhir dengan dirinya tertelungkup di jalan, dengan Derek Chauvin berlutut di leher George Floyd selama hampir sepuluh menit. Lebih dari 20 kali Floyd mengatakan dia tidak bisa bernapas.

Sebuah video menunjukkan dia lemas dan dibawa oleh polisi ke rumah sakit. George Floyd dinyatakan meninggal di rumah sakit satu jam kemudian. Kasus ini bukan sekadar menggambarkan sebuah kebrutalan antara polisi dan masyarakat sipil, namun juga menyentuh kasus rasisme.

Derek Chauvin, yang merupakan polisi kulit putih dianggap berbuat sedemikian rupa karena melihat George Floyd yang merupakan kulit hitam. Kematian Floyd juga menjadi awal gerakan protes terbesar dalam sejarah AS, bahkan juga diikuti berbagai negara di dunia yang memiliki nasib yang sama soal rasisme.

Black Lives Matter

Jalan Black Lives Matter di Washington DC (Twitter @DMVBlackLives)

Menurut laporan BBC, keempat petugas polisi di tempat kejadian dipecat pada hari berikutnya, saat kerumunan orang turun ke jalan di Minneapolis untuk memprotes. Kantor tempat mereka bekerja dibakar dan demonstrasi dengan cepat menyebar ke kota-kota lain.

Pada malam keenam, ada protes di 75 kota di seluruh AS, beberapa di antaranya terjadi kekerasan, dan debat nasional tentang kebrutalan polisi terhadap orang Afrika-Amerika dihidupkan kembali. Gerakan anti-rasisme yang dibuat pada 2013 setelah pembunuhan remaja Trayvon Martin, Black Lives Matter, diaktifkan kembali.

Bahkan kota-kota kecil yang mayoritas penduduk kulit putih di AS mengadakan protes untuk mengenang Floyd dan menentang ketidakadilan rasial. Reformasi diperkenalkan oleh anggota parlemen untuk mengubah cara beberapa polisi melakukan penangkapan dan menahan tersangka. Namun percakapan segera meluas dari kepolisian ke masalah-masalah seperti kesetaraan di tempat kerja, bias yang tidak disadari, dan warisan perbudakan.

Aksi di luar AS

Situs memorial George Floyd (Sumber: Unsplash)

Protes anti-rasisme diadakan di negara-negara di seluruh dunia sebagai tanggapan atas kematian tersebut. Banyak yang fokus pada korban dari dugaan kekerasan polisi.

Namun ada juga aksi protes yang menggambarkan bagaimana aksi rasisme sudah mendarah daging sejak lama. Di Australia, fokusnya tertuju pada komunitas adat.

Sedangkan di Inggris, patung pedagang budak abad ke-17 dirobohkan dan dibuang ke pelabuhan Bristol. Sementara, di Prancis, kasus tewasnya Adama Traore yang juga kulit hitam dan sama-sama meninggal di tangan polisi kembali diangkat.

Aksi protes kematian Adama (Sumber: Commons Wikimedia)

Traore meninggal di kantor polisi setelah ditangkap aparat di pinggiran Kota Paris. Traore sudah kehilangan kesadaran ketika diangkut ke dalam kendaraan.

Kematian Traore masih menjadi misteri. Menurut pengakuan salah satu petugas kepada penyelidik, ia dan dua rekannya memang menjepit Traore dengan badannya.

Namun, hasil investigasi resmi menunjukkan Traore meninggal karena alasan medis. Ia didiagnosis mengalami gagal jantung. 

Banyak merek korporat juga menyatakan dukungan untuk Black Lives Matter. Sementara banyak atlet "bertekuk lutut" dalam solidaritas sebelum pertandingan.

Nasib Derek Chauvin 

Derek Chauvin (Sumber: Minnesota Police Department

Chauvin, yang memiliki setidaknya 17 keluhan pelanggaran lainnya yang diajukan terhadapnya sebelum kematian Floyd, ditangkap pada 29 Mei 2020.

Ia didakwa dengan pembunuhan tingkat dua dan tiga. Chauvin juga dijerat pembunuhan tingkat dua.

Pada 20 April 2021, setelah persidangan yang disiarkan langsung secara online dan di TV karena pandemi, Chauvin diputuskan bersalah atas semua dakwaan.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya

Terkait