JAKARTA – Memori hari ini, delapan tahun yang lalu, 5 Oktober 2016, Aksi 411 yang diinsiasi Front Pembela Islam (FPI) di Jakarta heboh di Malaysia. Kehebohan itu muncul karena mayoritas media massa memberitakan aksi bela Islam di Negeri Jiran.
Sebelumnya, aksi Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menggutip ayat Al Quran jadi polemik. Ahok mengungkapkan kepada warga Jakarta jangan mau dibohongi dengan surat Al Maidah 51. Penyataan itu memunculkan kecaman dari mana-mana, termasuk warga Muslim di Malaysia.
Tensi panas Pilgub DKI Jakarta 2017 sudah muncul dari tahun 2016. Kemunculan dua kandidat kuat cagub – Ahok dan Anies Baswedan jadi muaranya. Kandidat lain memang ada, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), tapi tak masuk perhitungan.
Banyak orang meramal Ahok melawan Anies akan sengit. Keduanya akan menggunakan mesin partai besar untuk menjaring suara warga Jakarta. Kadang kala simpatisan Anies bertindak jauh. Politik identitas pun dimainkan. Ahok kebagian apes.
Politik identitas menolak pemimpin bukan Muslim bergelora. Ahok berang dengan hadirnya kampanye itu. Ia kemudian mencoba mengingatkan warga Jakarta di Kepulauan Seribu bahwa jangan mau dibohongi oleh surat Al Maidah 51.
BACA JUGA:
Komentar itu memunculkan dua persepsi. Pandangan pertama Al Maidah membohongi masyarakat. Pandangan kedua mengarah kepada pemakai Al Maidah yang membohongi masyarakat. Persepsi pertama justru yang banyak menyebar.
Kondisi itu membuat kecaman ke Ahok muncul di mana-mana. Gelora keinginan supaya Ahok ditahan terus bermunculan. Umat Islam pun mencoba menekan pemerintah dengan menggelar Aksi 4 Oktober 2016.
Aksi Bela Islam yang dikenal dengan istilah 411 itu mengajak seluruh umat Islam di Indonesia untuk bergerak membela agama. Ormas Islam FPI pun muncul jadi salah satu penggagas. Kondisi itu membuat Majelis Ulama Indonesia kemudian Muhammadiyah menganggap wajar gelora protes itu. Mereka tak melarang anggotanya untuk ikut Aksi 411.
"Kalau Presiden Joko Widodo tidak melarang, ya masak MUI malah melarang. Kami sudah beri imbauan, pokoknya tetap tenang dan jangan terprovokasi. Presiden mengatakan dia sudah memerintahkan (kepolisian) untuk memproses (dugaan penistaan agama).”
"Dan kami sepakat dengan Presiden, karena isu ucapan Ahok di Kepulauan Seribu itu sudah tidak proporsional lagi, di luar konteks, dan menimbulkan hiruk-pikuk yang mengganggu. Hal itu perlu diproses hukum secara terhormat dan proporsional," ungkap Ketua MUI, Ma’ruf Amin sebagaimana dikutip laman tempo.co, 2 November 2016.
Aksi 411 pun berlangsung dengan gegap gempita. Massa aksi mulai berdatangan satu demi satu memenuhi jalan Sudirman, Thamrin, hingga hingga kawasan Monas pada 4 November 2016. Ratusan ribu massa yang datang itu membuat Jakarta jadi lautan manusia. Lawan penista agama jadi yang utama.
Nyatanya aksi itu tak hanya heboh di dalam negeri saja. Malaysia yang notabene negeri tetangga tak lupa mengungkapkan rasa antusiasnya. Mereka seraya bersuka cita melihat umat Islam bersatu membela agama.
Melansir ANTARA, media massa –media cetak dan siber-- di Malaysia ramai-ramai mewartakan aksi bela Islam pada 5 November 2016. Harian Utusan Malaysia, The Sun, Harian Kosmo, hingga New Straits Times tak mau ketinggalan.
Aksi bela islam 411 jadi topik utamanya. Bahkan, Berita Harian sampai memuat dua halaman khusus laporan Aksi 411. Umat Islam bersatu melawan penista agama jadi poin penting berita. Mereka ikut pula mengambil pandangan mantan atlet bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto yang ikut Aksi 411.
"Saya menyertai demonstrasi ini karena kepentingan hati nurani sebagai Muslim. Saya tidak boleh terima jika agama saya dihina," ujar Icuk Sugiarto dalam Berita Harian dikutip laman ANTARA, 5 November 2016.