Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, tiga tahun yang lalu, 22 Juni 2021, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan milik PBB, UNESCO menegaskan Great Barrier Reef (Karang Pengalang Besar) terancam bahaya. Warisan dunia milik Australia itu dikabarkan telah rusak parah karena perubahan iklim.

Sebelumnya, Great Barrier Reef yang dikenal sebagai kumpulan batu karang terbesar dunia telah diakui UNESCO sebagai Warisan Dunia Alami pada 1981. Kondisi itu membuat pariwisata Australia meningkat. Banyak orang yang ingin melihat keindahan bawah laut di kawaasan Great Barrier Reef.

Great Barrier Reef bak harta karun bagi Australia. Kehadiran kumpulan batu karang terbesar di dunia mampu menambah pesona bahari Negeri Kangguru. Panjangnya Great Barrier Reef membentang hingga 2.300 kilometer.

Kumpulan karang itu jadi rumah bagi ribuan spesies ikan. Keindahan itu seraya tiada tandingan di dunia. UNESCO pun kepincut. UNESCO lalu menetapkan Great Barrier Reef sebagai Warisan Dunia pada 1981. Pemberian status itu diyakini tak hanya urusan keindahan karang saja, yapi juga kepada keanekaragaman hayati yang luar biasa.

Terumbu karang yang mengalami pemutihan (bleaching) di Great Barrier Reef. (ANTARA)

Pelancong dari dalam dan luar negeri pun mencoba membuktikan sendiri klaim Great Barrier Reef sebagai Warisan Dunia. Banyak wisatawan mancanegara yang berdatangan ke Australia dan ingin melihat langsung keindahan Great Barrier Reef.

Belakangan perubahan iklim mengubah segalanya. Peningkatan suhu bumi membuat terumbu karang stres. Karang yang stres dan rentan mati. Kondisi itu hadir seluruh lautan dunia, tak terkecuali Great Barrier Reef.

Kumpulan karang yang dulunya indah mengalami kerusakan yang fatal. Kondisi itu membuat ekosistem di bawah laut kian terlihat kerusakannya pada 2016-2017. Banyak spesies hewan laut pun terancam punah.

Kepunahan itu akan jadi kenyataan andai pemerintah Australia tak mau turun tangan melakukan agenda penyelamatan lingkungan hidup. Mereka harus berkomitmen untuk mengurangi dampak perubahan Iklim.

“Laporan ini mengonfirmasi bahwa nilai-nilai alam tersebut telah rusak secara signifikan, dan komite warisan dunia perlu memutuskan apakah nilai-nilai tersebut sudah cukup rusak sehingga Great Barrier Reef ditempatkan ke dalam daftar bahaya.”

“Sangat disambut baik jika pemerintah Australia mengakui bahwa untuk melindungi Great Barrier Reef, kita perlu membatasi perubahan iklim global. Masalahnya adalah Australia tidak berada pada jalur yang tepat untuk mencapai hal tersebut dan, pada kenyataannya, terdapat indikasi kuat bahwa jika negara lain melakukan hal yang sama seperti Australia,” ungkap Kepala Desk Kelautan WWF-Australia, Richard Leck sebagaimana dikutip The Guardian, 2 Desember 2019.

Kerusakan yang dialami oleh Great Barrier Reef sampai ke telinga UNESCO. Organisasi dunia itu bak memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga supaya kumpulan karang besar milik Australia bisa kembali ke sedia kala.

UNESCO kemudian menetapkan Great Barrier Reef sebagai sebagai warisan dunia yang dalam keadaan bahaya pada 22 Juni 2021. Status itu membuat perhatian dunia berfokus kepada upaya penyelamatan Great Barrier Reef. UNESCO pun mengancam akan mencabut status warisan dunia jika pemerintah Australia tak turun tangan.

Perubahan iklim dunia membuat beberapa bagian terumbu karang Great Barrier Reef di Australia rusak dan mati. (ANTARA)

Ancaman itu karena pemerintah Australia jadi dianggap tokoh yang paling bersalah. Mereka dianggap tak mampu menjaga potensi kekayaan bahari Australia. Pemerintah Australia dengan gampang saja menyebut kerusakan yang terjadi di Great Barrier Reef juga terjadi di karang-karang lain di dunia.

"Perubahan iklim adalah satu-satunya ancaman terbesar bagi semua ekosistem terumbu karang dunia dan ada 83 Warisan Dunia alami yang menghadapi ancaman perubahan iklim, sehingga tidak adil untuk hanya memilih Australia. Australia percaya bahwa salah menargetkan terumbu karang yang dikelola terbaik di dunia untuk masuk daftar 'dalam bahaya' ini," ungkap Menteri Lingkungan Australia Sussan Ley sebagaimana dikutip laman Kompas.com, 22 Juni 2021.