JAKARTA – Memori hari ini, lima tahun yang lalu, 17 Juni 2019, mantan Presiden Mesir, Muhammad Mursi meninggal dunia. Sosok pemimpin pertama Mesir yang berasal dari kalangan sipil itu meninggal dunia saat menjalani sidang di pengadilan atas tuduhan spionase.
Sebelumnya, Mursi dikenal luas sebagai anggota organisasi Ikhwanul Muslimin. Ia dan gerakan Islam itu muncul sebagai oposisi pemerintah menentang kuasa militer represif. Perjuangan Mursi pun kerap mendapatkan tentangan. Ia pun pernah di penjara.
Pendidikan dan hidup nyaman di luar negeri tak membuat Mursi terlena. Ia memang memperoleh pendidikan dan kehidupan nyaman di Amerika Serikat (AS). Mursi pernah bekerja di Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Pekerjaan itu tak membuat keinginannya berbakti pada bangsa dan negara pupus. Ia segera kembali ke Mesir pada 1985. Mursi lalu mengabdikan diri sebagai professor teknik di Universitas Zagazig. Namun, ia justru mencoba banting setir dari pendidik ke politikus.
Ia mulai masuk gelanggang politik dengan panji Ikhwanul Muslimin. Kariernya melejit. Ia mulai berkarier sebagai anggota Mejelis Rakyat pada 2000. Ia coba menjelma sebagai wakil rakyat sesungguhnya. ia berjuang atas dasar keinginan rakyat.
Suara Mursi pun kian berisik. Ia tak pernah berhenti melontak kritik kepada pemerintah. Ia bak menelanjangi pemerintah yang kerap bertindak represif dan memberikan kuasa berlebihan kepada aparat keamanan.
Suara perlawanan itu memancing amarah pemerintah. Pemerintahan Husni Mubarak ambil sikap. Mereka menjatuhan Mursi hukuman penjara selama tujuh bulan pada 2006. Penjara nyatanya tak membuat Mursi melunak.
Aksi protes terus dilakukan. Mursi dan segenap rakyat Mesir pun ikut menunggangi gelora Arab Spring (Revolusi Timur Tengah) yang menumbangkan Husni Mubarak pada 2011. Ia memiliki pikiran yang sama dengan warga Mesir lainnya, Mubarak sudah terlalu lama memimpin.
BACA JUGA:
Kondisi itu membat nama Mursi mencuat ke permukaan. Ia mencalonkan diri sebagai Capres pada Pilpres Mesir 2012 dan menang. Ia lalu menjadi orang nomor satu Mesir terpilih. Kekuasaannya dianggap mampu membawa harapan baru bagi seisi Mesir. Ada pula yang menganggap Mursi membuat Ikhwanul Muslimin menunggangi revolusi.
“Kemenangan Mursi sepertinya tidak akan mengakhiri polarisasi sengit masyarakat Mesir. Banyak aktivis muda sekuler dan liberal yang memulai pemberontakan melawan Mubarak kembali bersatu untuk mendukung Ikhwanul Muslimin melawan perebutan kekuasaan oleh militer.”
“Protes balasan untuk mendukung para jenderal yang berkuasa dilaporkan meningkat menjadi 10.000 orang. Sekelompok anggota parlemen yang menyebut diri mereka liberal mengadakan konferensi pers di televisi untuk menyatakan dukungan mereka terhadap para jenderal dan pembubaran Parlemen yang dipimpin Ikhwanul Muslimin,” ungkap David D. Kirkpatrick dalam tulisannya di laman Named Egypt’s Winner, Islamist Makes History (2012).
Kepemimpinan Mursi pun singkat. Banyak orang yang tak puas dengan kehadiran Mursi dengan panji-panji Ikhwanul Muslimin. Mereka tak mau Mesir dibawa menjadi Negara Islam. Gelora aksi demontrasi pun muncul kembali di mana-mana pada 2013.
Kudeta berdarah muncul pula di tahun yang sama. Kudata itu berhasil menangkap Mursi. Menteri Pertahanan Abdel Fattah al Sisi lalu naik sebagai Presiden Mesir. Kekuasaan Abdel membuat mantan bosnya, Mursi diadili atas tiga tuduhan terpisah.
Upaya membocorkan rahasisa negara ke Qatar, membunuh pengunjuk rasa, dan jadi mata-mata Hamas. Ia dijatuhi hukuman penjara untuk waktu yang lama. Pun berkali-kali pemerintah mulai mengenakan tuduhan baru padanya. Bahkan, hingga Mursi meninggal dunia.
Mursi meninggal dunia kala sedang menjalani sidang pengadilan dalam tuduhan spionase pada 17 Juni 2019. Tak sedikit yang menganggap kematian itu janggal. Mursi pun seperti sengaja dibinasakan. Spekulasi terkait kematian tak wajar Mursi kian menguat kala Presiden Turki Erdogan mengecam pemerintah Mesir atas meninggalnya Mursi.
“Presiden sipil Mesir pertama yang terpilih secara demokratis, Mohamed Morsi , pingsan saat sidang pengadilan dan meninggal. Mursi hampir enam tahun harus menanggung nestapa karena kekuasaannya kena kudeta berdarah,” terang Ruth Michaelson sebagaimana dikutip laman The Guardian berjudul Mohamed Morsi, Ousted President of Egypt, Dies in Court (2019).