Bagikan:

JAKARTA - Memori hari ini, empat tahun yang lalu, 15 April 2020, pemerintah Korea Selatan (Korsel) gelar pemilu legislatif di tengah pandemi virus korona (COVID-19). Pesta demokrasi itu berani digelar karena Korsel jadi salah satu negara terbaik yang menangani virus dari Wuhan.

Sebelumnya, Korsel sama-sama kelabakan seperti negara lain menghadapi COVID-19. Penyebabnya akibat pintu internasional tak segera ditutup. Pemerintah Korsel pun bergerak cepat. Segenap perusahaan medis nasional dikumpulkan untuk mengatasi COVID-19.

Pandemi COVID-19 pernah jadi muara ketakutan dunia. Korsel, apalagi. Kehadiran COVID-19 begitu menyulitkan seisi Korsel. Kepanikan di mana-mana. Pun angka penularan berjalan dengan cepat. Kondisi itu membuat Korsel sedikit gagap dalam memutus mata rantai COVID-19.

Pemerintah Korsel ambil sikap. Mereka tak mau COVID-19 membuat Korsel dilanda kesulitan. Empunya kuasa mulai mengajak segenap perusahaan medis mendiskusikan terkait virus korona. Diskusi itu membuat Korsel segera mematangkan tiga langkah jitu.

Pemilu legislatif di Korsel berlangsung di tengah pandemi COVID-19. (Antara)

Pertama, pencegahan. Kedua, penyebaran. Ketiga, pengendalian wabah COVID-19. Semua langkah itu jelas membutuhkan partisipasi segenap rakyat Korsel. Hasilnya gemilang. Pengecekan super cepat terkait virus korona dijalankan.

Mereka yang terdeteksi akan segera masuk karantina kesehatan. Kementerian kesehatan pun lalu segera menelusuri siapa yang telah memiliki kontak dengan pasien positif COVID-19. Tempat cek kesehatan pun disebar di seantero negeri.

Masing-masing tempat dapat mengetes hingga ribuan orang per hari. Jumlah itu sempat mendapat puja-puji dunia. Apalagi, Korsel mulai merumuskan langkah pencegahan supaya COVID-19 tak menular ke banyak orang.

Mereka mulai mengecek ekstra semua orang yang datang dari China. Kondisi itu beralasan. Sebab, China adalah muara dari virus COVID-19. Pemerintah pun meminta seluruh perusahaan yang ada untuk ikut andil dalam memberikan cuti kepada pegawainya yang tertular COVID-19. Selebihnya, agenda jaga jarak dan tetap di rumah selalu dianjurkan oleh pemerintah.

Pemilih memasukkan kartu suara ke dalam kotak suara saat Pemilu Korsel 2020 yang digelar pada situasi pandemi COVID-19. (Antara)

”Yang perlu jadi catatan, angka orang yang terpapar cukup besar, tetapi angka yang meninggal rendah dibandingkan dengan negara lain. Ini berarti laboratorium mereka mempunyai kapasitas deteksi yang cepat dan rumah sakit bisa segera menangani. Sebelum dipulangkan, pasien masih dites lagi,” Wakil Duta Besar RI untuk Korsel Siti Sofia Sudarma sebagaimana dikutip Luki Aulia dalam tulisannya di surat kabar Harian Kompas berjudul Bergerak Cepat dan Disiplin, Kunci Keberhasilan Korea Selatan (2020).

Penanganan cepat tanggap itu membuat Korsel ungul beberapa langkah dengan negara lain dalam menangani COVID-19. Bahkan, Korsel cukup progresif. Kala negara lain menunda kontestasi politik macam Pemilu, mereka justru terus tancap gas.

Pemilu legislatif di Korsel tetap berjalan sesuai jadwal pada 15 April 2020. Pemilu itu diikuti oleh 35 partai. Masing-masing Caleg nantinya akan memperebutkan sebanyak 300 kursi. Sekalipun pertarungan dapat dipastikan jadi ajang unjuk gigi dua partai kuat, Partai Minjoo (Demokratik) dan oposisi utama, Partai Masa Depan Bersatu.

Mulanya orang-orang sedikit takut datang ke TPS. Namun, karena keramaian dan cekatannya pemerintah menjaga warga Korsel dari penularan virus membuat semua baik-baik saja.

"Semuanya paham keseriusan situasi dan menunjukkan sikap warga negara yang dewasa dengan menyemangati para petugas pemilu, alih-alih mengeluh," kata kepala distrik Yongsan di Seoul, Sung Jang-Hyun, kepada BBC, 15 April 2020.