Jair Bolsonaro, Presiden Brasil yang Suka Serobot Tanah Masyarakat Adat
Jair Messias Bolsonaro yang pernah menjabat sebagai Presiden Brasil era 2019-2022. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Jair Messias Bolsonaro pernah jadi musuh bersama masyarakat adat Brasil. Kepemimpinan Presiden Sayap Kanan Brasil itu dianggap banyak mudarat, ketimbang manfaat. Bolsonaro kerap mengeluarkan kebijakan pro pemodal.

Kondisi itu buat hajat hidup masyarakat adat terpinggirkan. Tanah-tanah adat – milik Suku Yanomami hingga Kayapo—diserobot untuk membangun industri pertambangan. Imbasnya ke mana-mana. Hutan Amazon gundul dan kehidupan masyarakat adat kian terancam.

Upaya banting setir dari perwira militer ke dunia politik tak sulit. Bolsonaro pernah membuktikannya. Langkah politiknya lebih moncer daripada karir militernya dahulu. Ia mampu menjadi Anggota Dewan hingga Deputi Federal Rio de Janeiro. Karier politik itu berlangsung cukup lama dari 1989-2018.

Kepercayaan diri Bolsonaro kian meninggi. Ia mencoba tantangan baru untuk berlaga di kontestasi politik tingkat tinggi, Pilpres Brasil 2018. Ia bak menjadikan pengusaha dan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump seraya mentor.

Banyak janji kampanye Trump yang digunakan Bolsonaro. Ambil contoh pilihan Bolsonaro yang mulai meramu pandangan konservatif jadi siasat kampanye. Ia mendukung penuh lestarinya ajaran Kristen Evangelis. Nilai-nilai agama dijadikan dasar untuknya bertindak menjauhi rakyat Brasil dari keburukan. Utamanya, praktek LGBTQ+.

Perempuan Suku Yanomami di Brasil utara. (Fiona Watson/Survival International)

Siasat lainnya yang diperkenalkan Bolsonaro adalah mendukung kebijakan ekonomi liberal dan pro pasar. Semuanya untuk meningkat hajat hidup rakyat Brasil. Setelahnya, rakyat Brasil akan memanen pertumbuhan ekonomi.

Kriminalitas dan korupsi pun coba diberantas. Janji itu masuk agenda politik dan membuahkan hasil. Mayoritas rakyat Brasil memberikan suaranya kepada Bolsonaro. Hasilnya gemilang. Ia yang maju dengan Partai Liberal Sosial (PSL) mampu keluar sebagai pemenang Pilpres 2018 dan secara paripurna dilantik pada awal tahun 2019.

Kemenangan itu membuat segenap rakyat Brasil menagih janji Bolsonaro. Beberapa telah diwujudkan Bolsonaro. Namun, urusan meningkat hajat hidup rakyat Brasil tak berjalan lancar. Bolsonaro seakan tak menganggap kehadiran masyarakat adat yang banyak mendiami Hutan Amazon.

Masyarakat adat dipaksanya untuk mengikuti kemajuan zaman dan keluar dari hutan. Suatu ajian supaya ia bebas membangun industri pertambangan. Seiring imbauan itu Bolsonaro memulai misinya ‘penghancuran’ masyarakat adat. Bolsonaro seakan memberi restu kepada mereka yang melakukan pembalakan hutan skala besar.

Tanah-tanah adat diserobotnya. Narasi itu dikutuk dunia. Namun, Bolsonaro bersikeras Hutan Amazon adalah murni kekayaan Brasil. Negara-negara yang menganggap Hutan Amazon adalah paru-paru dunia dimintanya untuk diam. Sebab, Amazon sepenuhnya urusan kekayaan Brasil.

Potret Suku Yanomami yang notabene salah satu suku yang mendiami Hutan Amazon. (Wikimedia Commons)

“Kami memahami pentingnya Amazon bagi dunia – namun Amazon adalah milik kami. Tidak akan ada lagi kebijakan seperti yang kita lihat di masa lalu yang berdampak buruk bagi semua orang. Kami melestarikan lebih banyak hutan hujan dibandingkan siapa pun. Tidak ada negara di dunia yang mempunyai hak moral untuk membicarakan Amazon. Mereka seperti menghancurkan ekosistemnya sendiri.”

“Anda ingin masyarakat adat terus hidup seperti manusia prasejarah yang tidak memiliki akses terhadap teknologi, ilmu pengetahuan, informasi, dan keajaiban modernitas. Masyarakat adat ingin bekerja, ingin berproduksi, namun tidak bisa. Mereka hidup terisolasi di daerahnya seperti manusia gua. Apa yang dilakukan sebagian besar pers asing terhadap Brasil dan terhadap orang-orang ini adalah sebuah kejahatan,” ungkap Bolsonaro sebagaimana dikutip Dom Philips dalam tulisannya di laman The Guardian berjudul Bolsonaro Declares 'The Amazon is Ours' and Calls Deforestation Data 'Lies' (2019).

Musuh Bersama Masyarakat Adat

Bolsonaro bersikukuh serobot tanah dan gunduli Hutan Amazon dilakukan sepenuhnya untuk masyarakat adat. Ia ingin melihat masyarakat adat dapat berkembang dan makmur. Masyarakat adat dianggap harus hidup sebagaimana rakyat Brasil lainnya, tak melulu hidup terisolasi, apalagi di hutan.

Keinginan Bolsonaro sudah bulat. Ia bahkan ikut berkontribusi melemahkan lembaga yang melindungi hak-hak segenap masyarakat adat, dari Suku Yanomami hingga Kayapo. Andil itu membuat masyarakat adat tiada yang membela. Hak-haknya dilanggar oleh negara.

Kondisi itu membuat Bolsonaro memulai agendanya ‘penghancuran’ terhadap masyarakat adat. Proyek pembukaan lahan dengan menggunduli hutan Amazon dilakukan sejak 2019. Ia tak peduli lagi sumber kehidupan masyarakat adat rusak hingga musnah.

Pembukaan lahan yang dilakukan tak sedikit. Ambil contoh data setelit yang dikeluarkan oleh Institut Nasional untuk Penelitian Luar Angkasa (INPE). Mereka mengungkap hutan Amazon kehilangan area seluas 11.088 kilometer persegi atau tujuh kali luas kota London dalam kurun waktu Agustus 2019-Juli 2020.

Rumah komunal Suku Yanomami di kawasan Amazon Brasil difoto dari udara pada 2016. (Guilherme Gnipper Trevisan/FUNAI/Hutukara)

Semuanya karena akibat penebangan, pembukaan lahan, dan kebakaran. Alih-alih bersimpati kepada masyarak adat, Bolsonaro yang dijuluki Donald Trump dari Brasil itu justru terus melakukan kontroversi. Ia membela mati-matian pemodal, dibanding masyarakat adat.

Kondisi itu terus membekas sekalipun Bolsonaro tak lagi menjabat sejak 2022. Masyarakat adat Brasil terus mengutuk Bolsonaro. Penggantinya, Presiden Luiz Inácio Lula da Silva justru menuduh Bolsonaro telah melakukan genosida terhadap ragam suku, khususnya Yanomami di Hutan Amazon.

Tuduhan itu beralasan karena Bolsonaro memberikan izin kepada penambang emas di kawasan yang seharusnya dilarang. Sikap itu membuat masyarakat adat menjadikan Bolsonaro bak musuh bersama.

“Ketika penambangan ilegal marak pada masa jabatan Bolsonaro, krisis kemanusiaan muncul di wilayah yang masyarakat adat anggap sebagai rumah. Para penambang –suruhan Bolsonaro-- dituduh meracuni sungai dengan merkuri dan merusak hutan. Suku Yanomami bergantung pada keduanya --sungai dan hutan-- sebagai sumber makanan terkena dampaknya."

“Lula juga menuduh para penambang melakukan ancaman pembunuhan dan kekerasan seksual. Lebih dari krisis kemanusiaan, apa yang Lula lihat adalah genosida. Sebuah kejahatan terencana terhadap Yanomami, yang dilakukan oleh pemerintah yang tak peduli terhadap penderitaan rakyat Brasil,” terang Sanya Mansoor dalam tulisannya di laman TIME berjudul Why Lula Accused Bolsonaro of ‘Genocide’ Against Brazil’s Yanomami People (2023).