Jair Bolsonaro Menyulap Seragam Ikonik Sepak Bola Brasil Jadi Simbol Politiknya
. Presiden Jair Bolsonaro dalam penyerahan medali di Final Copa America 2019. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Jair Bolsonaro adalah sosok penuh kontroversi. Tindak-tanduk Bolsonaro dalam pencalonan Pilpres Brasil 2018 ada di baliknya. Ia menghalalkan segara cara untuk menang. Ia memainkan isu perlawanan terhadap komunisme dan penyebaran hoaks.

Pria yang dijuluki Donald Trumpnya Brasil pun memanfaatkan seragam sepak bola Brasil ‘kuning-hijau’ untuk mengunci kemenangan. Karenanya, seragam ikonik yang dulunya alat pemersatu, berubah jadi simbol politik Bolsonaro yang antikomunis.

Hidup Jair Bolsonaro sempat jauh dari politik. Pria kelahiran 21 Maret 1955 itu memantapkan langkahnya berkarier di dunia militer (Angkatan Darat) Brasil selepas menamatkan sekolahnya. Karier itu membuatnya belajar banyak hal. Utamanya perihal ketidakadilan.

Perkara gaji tentara yang kecil, misalnya. Ia muncul sebagai sosok orang yang berani mengkritisi perihal gaji kepada empunya kuasa yang kala itu dikuasai oleh rezim diktator militer. Sebagai hukuman, Bolsonaro di penjara selama 15 hari. Alih-alih menyesali langkahnya, Bolsonaro justru makin berani masuk dunia politik.

Popularitasnya meningkat setelah keluar dari penjara. Ajian itu dimanfaatkan dengan baik oleh Bolsonaro. Langkahnya di dunia politik Brasil mulus saja. Ia berhasil terpilih sebagai anggota dewan hingga Deputi Federal Rio de Janeiro. karier politik itu berlangsung cukup lama dari 1989-2019.

Sosok politikus kontroversial yang kemudian menjadi Presiden Brasil Jair Bolsonaro. (Wikimedia Commons)

Ia mulai memikirkan tantangan baru. Ia pun menargetkan untuk menjadi orang nomor satu Brasil. Pilpres 2018 dianggap sebagai langkah tepat. Dalam tiap kampanyenya, ia condong mendukung langgengnya ajaran Kristen Evangelis. Artinya, ia menentap segala macam praktek LGBTQ+.

Apalagi ia meproklamirkan diri sebagai pembenci kaum gay dan penentang utama paham komunisme. Ia menyebut paham komunisme adalah paham usang yang hanya jadi alat kaum politik sayap kiri untuk memperkaya diri sendiri.

Amunisi lain dari tim kampanye adalah dengan aktif menyebar hoaks di dunia maya. Di Facebook dan WhatsApp misalnya. tujuannya tak lain untuk membuat elektabilitas lawannya menurun. Orang-orang menyebutkan langkah Bolsonaro tak jauh berbeda dengan rezim diktator Brasil (1964-1985).

“Bolsonaro mampu membangkitkan narasi nasionalisme melawan gagasan komunisme. Sebab, komunisme dalam peta dunia harus dibasmi. Ia melanggengkan harapan negara dapat berdiri di atas segala macam hal. Sebagaimana digambarkan oleh slogan: Brasil di atas segalanya. Siapa pun yang menentangnya secara politik dan harus dihentikan,” ungkap Vania Penha-Lopes dalam buku The Presidential Elections of Trump and Bolsonaro, Whiteness, and the Nation (2021).

Seragam Sepak Bola Brasil

Musim kampanye Pilpres Brasil 2018 pun tiba. Pilpres itu mengangkat banyak calon Presiden dan Wakil Presiden Brasil. Namun, pertarungan yang banyak menarik perhatian tersaji pada Jair Bolsonaro dan Jamilton Mourao dari Partai Liberal Sosial (PSL) menantang Fernando Haddad dan Manuel d’Avila dari Partai Buruh (PT).

Jualan isu komunisme dan menyebarkan hoaks untuk menurunkan elektabilitas lawan adalah kampanye umum kubu Jair Bolsonaro. Alih-alih langsung puas, Bolsonaro dan kubu sayap kanan makin mengencangkan kampanye dengan berani mengadopsi seragam sepak bola Brasil sebagai simbol politik. Pertama, sebagai simbol pendukung Bolsonaro. Kedua, simbol antikomunis.

Siasat itu jitu. Seragam ‘kuning-hijau’ pun berhasil digunakan Jair Bolsonaro dan pendukungnya sebagai alat politik. Padahal, semangat dari seragam sepak bola Brasil adalah alat pemersatu. Sebab, Brasil dianggap dapat dipersatukan lewat sepak bola.

Namun, kepiawaian Jair Bolsonaro mengubah segalanya. Seragam kuning-hijau dianggap warna dari pendukungnya. Popularitas Bolsonaro dan jersey Brasil mampu membuatnya unggul dalam Pilpres. Bolsonaro mengungguli penantangnya dalam dua putaran.

Jair Bolsonaro saat berkampanye sebagai kandidat Presiden Brasil. (Twitter/@jairbolsonaro)

Putaran pertama Jair Bolsonaro menang atas Fernando Haddad 46 persen -29,3 persen. Putaran kedua, Bolsonaro menang lagi dari Fernando Haddad 55.1 persen – 44,9 persen. Kemenangan itu membuat Bolsonaro secara paripurna menjadi Presiden Brasil terpilih 2010-2023.

Kelakuannya sebagai presiden pun tiada beda. Ia kerap mempertontonkan kontroversi --ucapan dan tindakan-- layaknya Donald Trump. Apalagi ketika pandemi COVID-19 melanda dunia pada 2020. Jair Bolsonaro masuk ke dalam kelompok yang tak percaya COVID-19. Ia bahkan menganggap COVID-19 sebagai flu biasa. Langkah kemudian jadi bumerang dengan meningkatnya angka penularan COVID-19 di Brasil.

“Seperti banyak politisi otoriter, Bolsonaro telah menyadari bagaimana sepak bola dapat menjadi alat penting untuk mempromosikan diri. Dalam beberapa kesempatan, Bolsonaro kerap mengenakan jersey Brasil. Apalagi pada tahun 2018, Bolsonaro ikut menyerahkan dan angkat piala dengan para pemain Palmeiras, ketika tim tersebut memenangi Liga Brasil,” terang Pedro Augusto de Oliveira dalam buku Language Education and The University (2021).