Bagikan:

JAKARTA - Keseriusan Menteri BUMN, Dahlan Iskan mengembangkan proyek mobil listrik nasional tiada dua. Ia rela meluangkan waktu dan uangnya sendiri untuk menemukan talenta Indonesia mengembangkan mobil listrik di dalam dan luar negeri. Para ahli mobil listrik itu disebutnya Putra Petir.

Masalah muncul. Visionernya Dahlan Iskan justru tak dapat berbicara banyak di tataran pemerintahan. Proyek mobil listrik nasionalnya bak dijegal di sana-sini. Kejaksaan Agung bahkan menganggap mobil listrik Dahlan tak laik jalan dan gagal lulus uji emisi.  

Boleh jadi tiada yang lebih serius mengembang proyek mobil listrik nasional daripada sosok Dahlan Iskan. Menteri BUMN era 2011-2014 itu telah meramalkan bahwa Indonesia takkan selamanya dapat bergantung kepada Bahan Bakar Minyak (BBM). Apalagi produksi minyak Indonesia terus menurun.

Dahlan memandang mengandalkan impor minyak jelas bukan solusi. Ia ingin Indonesia berhenti bergantung kepada BBM. Ia kemudian memperjuangkan ide supaya Indonesia bisa membuat mobil listrik dan diproduksi massal.

Ide Dahlan mulanya mendapatkan dukungan dari sana sini. Widjajono Partowidagdo, utamanya. Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) jadi pendukung utama dan rekan diskusi Dahlan dalam merencanakan proyeknya.

Dahlan Iskan dan purwarupa mobil listrik kebanggaannya, Tucuxi. (Antara/Andika Wahyu)

Dahlan pun mulai melakukan pencarian talenta putra bangsa yang dapat mengembangkan mobil listrik nasional. Ia melakukan pencarian itu tak sebentar. Dalam dan luar negeri. Pencarian pun membawakan hasil. Ia mampu membujuk sosok Mario Rivaldi, Dasep Ahmadi, Ravi Desai, Danet Suryatama, dan Ricky Elson sebagai kepingan terakhir membangun mobil listrik nasional.

Talenta itu disebut Dahlan sebagai Putra Petir. Dahlan Optimis nama-nama itu dapat mengembangkan industri mobil listrik nasional. Rencana Dahlan lalu mendapat perhatian besar dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Orang nomor satu Indonesia itu kemudian memberikan Dahlan dukungan. Sekalipun Dahlan sendiri justru banyak mengeluarkan uang dari kocek pribadinya untuk mewujudkan mimpi Indonesia mempunyai mobil listrik nasional.

“Kepada keempat orang itu saya juga sudah informasikan betapa besar perhatian Presiden SBY pada perencanaan mobil listrik nasional ini. Saya juga kemukakan suasana pertemuan antara Presiden SBY dan empat rektor perguruan tinggi terkemuka (ITB, UGM, UI, dan ITS) yang penuh dengan semangat.”

“Waktu itu para rektor menyatakan sangat mendukung kelahiran mobil nasonal ini dan memang sudah waktunya dilahirkan. Para rektor juga mengemukakan masing-masing perguruan tingginya siap memberikan dukungan apa saja,” terang Dahlan Iskan dalam buku Manufacturing Hope, Bisa! (2012).

Polemik Gagal Lulus Uji Emisi

Pengembangan proyek mobil listrik nasional masuk ke tahap serius. Putra Petir mulai menorehkan kehebatannya menciptakan sebuah mobil listrik nasional. Ajian itu membawakan hasil. Prototipe mobil bernama Tucuxi lahir. Kemudian, disusul mobil Selo hingga Gendhis.

Dahlan sempat memperkenalkan prototipe mobil listrik nasional itu dalam ragam hajatan. Dari hajatan dalam negeri hingga level internasional. Tanggapan yang didapat positif. Namun, Dahlan dan segenap Putra Petir harus gigit jari.

Mobil listrik yang sejatinya jadi impian pertama Indonesia bisa membuat mobil listrik bak dijegal banyak pihak pada 2013. Belum apa-apa proyek mobil listrik Dahlan dianggap tak laik jalan. Bahkan, lucunya lagi, Kepala Sub Direktorat Penyidikan Tindak Pidana Khusus Kejagung, Sarjono Turin menyebut deretan mobil listrik Dahlan gagal uji emisi.

"Mobil itu tidak lulus uji emisi, terlebih lagi hasil test drive mobil ini bahaya kalau digunakan di jalan umum. Kita tunjukkan ke publik mobil listrik karya anak bangsa yang dibanggain ternyata enggak layak dan enggak bisa digunakan,” ujar Turin sebagaimana dikutip Merdeka.com, 23 Juni 2015.

Penyataan itu kemudian memancing polemik. Segenap rakyat Indonesia geram dengan pernyataan Turin. Sebab, mobil listrik tak menghasilkan emisi. Pun emisi hanya dihasilkan dari mobil dengan mesin bakar internal (ICE) atau mobil konvensional.

Bangkai mobil listrik Tucuxi dipajang di Museum Angkutan, Batu, Malang setelah mengalami kecelakaan di Magetan, Jatim pada 5 Januari 2013. (Wikimedia Commons)

Perkara merebaknya isu gagal uji emisi membuat Ricky Elson yang notabene salah satu Putra Petir era Dahlan Iskan angkat bicara pada 2021. Ia terpaksa angkat bicara seiring banyaknya muncul video-video menyindir pemerintah yang gagal paham mobil listrik.

Ricky beranggapan mobil yang dimaksud Turin adalah mobil rekaan Dasep. Mobil itu menurut Ricky memang tak laik jalan karena dibuat sebagai prototipe. Bukan diperuntukan untuk produksi dan dijual massal. Sedang perihal gagal uji emisi jelas tak mungkin. Mobil listrik itu dianggapnya tak pernah diuji emisi. Sekalipun diuji, jelas mobil listrik tak mengeluarkan emisi.

"Ini kita diseret oleh kesalahpahaman ini sehingga membawa sebuah kesan negatif, membawa sebuah aura negatif di sisi anak-anak muda yang lagi bergairah mengembangkan teknologi 'masak sih? Enggak masuk akal, kok mobil listrik nggak lolos uji emisi?”

“Tapi pada waktu itu saya juga sebenarnya sudah berusaha membuatkan sebuah postingan. Tapi ternyata ini tidak bisa menepis kuatnya badai isu tentang gagal uji emisi ini," kata Ricky dalam live Instagramnya di @ricky_elson sebagaimana dikutip Kompas.com, 19 September 2021.