Bangkai Kapal Titanic Bak Kapsul Waktu
Kapal Penumpang Mewah, Titanic. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Kehadiran kapal penumpang mewah, Titanic sempat mengebohkan dunia. Kemewahannya tiada dunia. Tiada orang yang tak ingin menikmati perjalanan perdananya. Dari Southampton, Inggris ke New York, Amerika Serikat (AS).

Namun, perjalanan itu berujung nahas. Titanic menabrak gunung es dan tenggelam. Banyak orang mengenang tragedi Titanic. James Cameron, apalagi. Alih-alih ia hanya mengabadikan perjalanan Titanic lewat film, Sutradara kawakan itu menyebut Titanic bak kapsul waktu.

Mimpi perusahaan pelayaran White Star Line menghadirkan kapal penumpang mewah tak tertahankan. Mereka mendaulat desainer kapal asal Irlandia, William Pirrie sebagai otak utama perancang kapal. Rencananya kapal itu memiliki panjang 269,138 meter dan berat total kapal mencapai 53,3 ribu ton.

Pembuatannya dilanggengkan di galangan kapal Harland and Wolff, Belfast. Pembuatan kapal memakan waktu tiga tahun. Dari 31 Maret 1909 hingga 2 April 1912. Proses panjang itu menyiratkan bahwa pembuatan Titanic mengeluarkan dana yang fantastis.

Semuanya dilakukan untuk membuat Titanic jadi kapal yang mewah dan aman. Apalagi, lambung Titanic dibagi jadi 16 kompartemen yang diklaim kedap air. Empunya kapal bahkan menyebut kapalnya tak akan tenggelam. Apapun kondisinya.

Bangkai kapal Titanic difoto pada tahun 2004 menggunakan robot bawah air ROV Hercules. (Wikimedia Commons)

Narasi itu membuat kaum berduit kepincut. Mereka ingin mencicipi kemewahan yang ditawarkan Titanic. Karenanya, mereka yang mengisi daftar penumpang Titanic berasal dari kalangan kelas atas. Dari pengusaha hingga seniman.

Kapal pun mulai bertolak dari Southampton, Inggris pada 10 April 1912. Perjalanan panjang perdana Titanic disambut dengan gegap gempita. Kapal itu melaju dengan kecepatan penuh. Namun, beberapa hari setelah perjalanan Kapten Titanic, Edward John Smith diingatkan supaya berhati-hati.

Peringatan itu tak diindahkan. Empunya kuasa percaya diri bahwa Titanic takkan celaka. Nyatanya, anggapan itu salah. Titanic melaju lurus menabrak gunung es. Akhirnya, Titanic tenggelam secara paripurna pada 15 April 1912.

“Dua hari kemudian, Kapten Smith mendapat peringatan pertama ancaman bahaya itu dari sebuah kapal Prancis, Touraine. Minggu pagi, 14 April, tiga kapal lain memberi peringatan serupa. Peringatan terakhir datang dari sebuah kapal seperusahaan, The Californian. Namun, operator kapal ini malah disuruh bungkam, diminta supaya enyah dari sambungan radio oleh pihak Titanic karena operator Titanic katanya sedang sibuk mengirimkan pesan-pesan para penumpangnya.”

“Ternyata, banyak di antara pesan-pesan itu merupakan pesan terakhir. Titanic tenggelam dengan membawa serta 1.503 jiwa ke dasar lautan. Jumlah ini hampir tiga kali lipat korban tabrakan Boeing 747 di Kepulauan Canari,” terang P. Swantoro dalam buku Masa lalu Selalu Aktual Jilid II (2018).

Kapsul Waktu

Peristiwa tenggelamnya kapal Titanic tak pernah lekang oleh waktu. Informasi dari peristiwa kapal menabrak gunung es terus dilanggengkan dari generasi ke generasi. Generasi James Cameron yang lahir pada 1954, misalnya.

Ia memiliki ketertarikan khusus dengan Titanic. Sutradara kenamaan itu memandang tragedi Titanic lebih dari sekedar tenggelamnya kapal. Ia lalu mengadopsi tragedi Titanic dalam film rekaannya berjudul sama: Titanic (1997). Film itu laris manis, bahkan film Titanic mampu menjelma sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa.

Namun, James Cameron mengungkap perihal Titanic bukan cuma soal kapal tenggelam. Titanic lebih dari itu. Baginya, bangkai kapal Titanic banyak memuat cerita penting peradaban manusia. Artinya, Titanic yang telah bersandar di dasar laut Samudra Atlantik bak kapsul waktu.

Ia mengungkap hal itu dalam wawancara dengan Jurnalis, James Rampton pada 2005. Ia menyebut banyak pelajaran berharga yang mampu diungkap dari bangkai kapal Titanic. Utamanya, terkait perbedaan kontras antara si miskin dan si kaya di dalam kapal Titanic.

Si kaya melanggengkan pesta di atas kapal. Sedang si miskin harus memeras keringat sebagai kru kerja kasar di lapisan terbawa kapal. Mereka bekerja dengan risiko pekerjaan tinggi. Pekerja-pekerja itu banyak yang merenggang nyawa. Alih-alih dapat naik sekoci terbatas seperti si kaya, nasib mereka justru bak disegel untuk merenggang nyawa biar si kaya selamat.

Sutradara kawakan, James Cameron yang membuat film terkait tragedi tenggelamnya Titanic dengan judul yang sama: Titanic (1997). (Wikimedia Commons)

Masalah lain yang dilihat dari bangkai kapal Titanic adalah abainya manusia terhadap peringatan. James mengungkap kru Titanic sudah diperingatkan berkali-kali untuk waspada. Namun, karena percaya diri yang tinggi, kapal baru pula, mereka abai.

Malang tak dapat ditolak. Mereka justru membawa kapal super mewah, Titanic karam di dasar lautan. James berharap kasus Titanic dapat menjadi pelajaran negara-negara di dunia bahwa jangan abai terhadap peringatan dini. Ambil contoh, peringatan terkait bahayanya pemanasan global.

"Titanic memiliki nilai metafora dan mitos besar dalam kesadaran manusia. Apakah hal yang paling menarik di dunia ketika kita perlu menemukan obat untuk AIDS dan jutaan orang sedang sekarat di afrika? Tidak, dalam skala itu menemukan obat bukan prioritas. Tetapi anda harus memikirkan Titanic dalam hal film atau novel.

“Sesuatu yang menyentuh emosi orang. Bangkai kapal adalah cerita manusia. Mereka mengajarkan kita sesuatu tentang diri kita sendiri. Sebuah kecelakaan adalah jendela fantastis menuju masa lalu. Baja tidak dapat berbohong — tidak memiliki agenda. Bangkai kapal ini seperti kapsul waktu. Kita akan menempatkan di tempat terbaik, karena di bawah air bangkai kapal ini membuat sejarah yang dikandungnya membeku. Dengan mengunjungi bangkai kapal, kita dapat menyentuh sejarah," ungkap James Cameron sebagaimana diwawancara James Rampton dalam buku James Cameron: Interviews (2012).