James Cameron Sebut Tragedi Titanic dan Titan Diawali Peringatan yang Tidak Diindahkan
Reruntuhan Kapal Titanic. (Wikimedia Commons/NOAA/Institute for Exploration/University of Rhode Island)

Bagikan:

JAKARTA - Sutradara film Holywood kenamaan sekaligus bagian dari komunitas submersible James Cameron prihatin dengan tragedi yang terjadi pada Titan, menyoroti faktor keselamatan dan sudah memiliki firasat saat kali pertama submersible berawak itu dilaporkan hilang kontak.

Memiliki pengalaman 33 kali penyelaman ke lokasi reruntuhan Kapal Titanic, Cameron mengatakan sudah memprediksi bencana yang menewaskan kelima penumpang Titan beberapa hari sebelumnya.

Cameron menuturkan, ia tengah berada di kapal saat Titan kali pertama dikabarkan hilang dan baru mengetahui hal itu pada Hari Senin. Ketika mengetahui Titan kehilangan navigasi dan komunikasi pada saat yang bersamaan, dia langsung menduga telah terjadi bencana.

"Saya merasakan apa yang telah terjadi. Elektronik kapal selam gagal dan sistem komunikasinya gagal dan transponder pelacaknya gagal secara bersamaan - kapal selam hilang," katanya kepada BBC, seperti dikutip 23 Juni.

"Seminggu terakhir ini terasa seperti sandiwara mimpi buruk yang berkepanjangan, di mana orang-orang berlarian berbicara tentang suara-suara dentuman dan berbicara tentang oksigen dan semua hal lainnya," katanya.

"Saya tahu kapal selam itu berada tepat di bawah kedalaman dan posisi terakhir yang diketahui. Di situlah mereka menemukannya," lanjutnya.

Cameron termasuk penjelajah laut dalam pada 1990-an, saat meneliti dan membuat film blockbuster peraih Oscar "Titanic", sekaligus salah satu pemilik perusahaan Triton Submarines yang membuat submersible untuk penelitian dan pariwisata.

Dia adalah bagian dari komunitas submersible, atau industri Manned Underwater Vehicle (MUV). Ketika mendengar kabar yang ramai dibicarakan, OceanGate Inc sedang membuat kapal selam laut dalam dengan komposit serat karbon dan lambung titanium, Cameron mengatakan dia skeptis.

james cameron
James Cameron. (Wikimedia Commons/Gage Skidmore)

"Saya pikir itu adalah ide yang mengerikan. Saya berharap saya berbicara, tetapi saya menganggap seseorang lebih pintar dari saya, Anda tahu, karena saya tidak pernah bereksperimen dengan teknologi itu, tetapi kedengarannya buruk di wajahnya," kata Cameron kepada Reuters via Zoom.

Penyebab ledakan Titan belum ditentukan, tetapi Cameron menganggap para kritikus benar dalam memperingatkan tentang serat karbon dan lambung titanium akan memungkinkan delaminasi dan masuknya air mikroskopis, yang menyebabkan kegagalan progresif dari waktu ke waktu.

Pakar lain di industri ini dan karyawan yang melaporkan pelanggaran pada tahun 2018, mengkritik OceanGate karena memilih untuk tidak mencari sertifikasi dan beroperasi sebagai kapal percobaan.

OceanGate belum menjawab pertanyaan tentang keputusannya untuk melepaskan sertifikasi dari pihak ketiga, seperti American Bureau of Shipping atau DNV dari Eropa.

Dalam pengumumannya, Penjaga Pantai AS menduga Titan meledak dan reruntuhannya ditemukan di dekat Titanic.

Sistem akustik rahasia AL AS mencatat "anomali yang konsisten dengan ledakan atau ledakan di sekitar tempat kapal selam Titan beroperasi ketika komunikasi terputus," kata Angkatan Laut kepada Wall Street Journal.

Cameron mengatakan, sumbernya melaporkan informasi serupa dan menduga itu meledak pada saat kapal induk Titan kehilangan komunikasi dengan dan pelacakan kapal selam satu jam 45 menit setelah misi dimulai.

"Kami mendapat konfirmasi dalam waktu satu jam, bahwa telah terjadi dentuman keras pada saat yang sama saat sub komunikasi hilang. Ledakan keras di hidrofon. Hilangnya transponder. Hilangnya komunikasi. Saya tahu apa yang terjadi. Kapal selam itu meledak," ujar Cameron.

Cameron mengungkapkan, standar industri adalah membuat lambung kapal bertekanan dari bahan yang berdekatan seperti baja, titanium, keramik atau akrilik, yang lebih baik untuk melakukan pengujian.

"Kami merayakan inovasi, bukan? Tetapi Anda tidak boleh menggunakan kendaraan eksperimental untuk penumpang yang membayar yang bukan insinyur laut dalam," tukas Cameron.

Cameron menyebut, tragedi Titanic maupun Titan didahului oleh peringatan yang tidak diindahkan. Dalam kasus Titanic, kapten kapal melaju melintasi Atlantik pada malam tanpa bulan, meskipun telah diberitahu tentang gunung es.

"Dan terjadi lagi, di tempat yang sama. Sekarang ada satu bangkai kapal yang tergeletak di sebelah bangkai kapal lainnya karena alasan yang sama," pungkasnya.