JAKARTA - Memori hari ini, 15 tahun yang lalu, 23 Juni 2008, film animasi terbaru besutan Pixar Animation Studios dan dirilis oleh Walt Disney Pictures, WALL-E tayang perdana di Los Angeles, Amerika Serikat (AS). Penayangan itu dilakukan di Greek Theatre. Penggemar film besutan Pixar menyambutnya dengan gegap gempita.
Sebelumnya, ide film WALL-E sudah dipikirkan jauh-jauh hari. Sutradara, Andrew Stanton bahkan sudah memikirkannya pada 1994. Ia sudah membayangkan bagaimana seisi dunia penuh dengan sampah belanjaan sehari-hari dan manusia harus mengungsi keluar angkasa.
Film animasi besutan Pixar kerap dinanti kehadirannya. Animasi yang ciamik dan originalitas ide cerita jadi keungulannya. Narasi itu membuat segala macam film garapan studio Pixar kerap dinanti kehadirannya. Penggarapan film WALL-E, misalnya.
Sutradara kenamaan, Andrew Stanton telah menemukan ide tentang WALL-E sejak tahun 1994. Ia telah memikirkan bagaimana bumi sudah tak layak huni dan sampah ada di mana-mana. Imbasnya manusia terpaksa mengungsi ke luar angkasa.
Ide kasar itu terus muncul dalam pikirannya. Satu tahun setelahnya, Stanton ingin mengarap film itu dengan judul Trash Planet. Namun, ide dan penggarapan itu tak juga dijalankan. Ketiadaan tim penulis membuyarkan segalanya.
Stanton sendiri lalu sibuk menggarap film-film Pixar lainnya. Apalagi ia meraih sukses dalam penggarapan film A Bug’s Life (1998) dan Finding Nemo (2003). Kesuksesaan itu nyatanya tak membuat Stanton melupakan mimpinya menggarap film terkait fiksi sains yang pernah di utarakan pada 1994.
Coretan tak sempurna terkait WALL-E pun digarap kembali pada 2002. Ide cerita dan hingga karakter utama dimatangkan. Alhasil, cerita terkait satu robot bertenaga surya terakhir di bumi dan petualangannya dihadirkan.
“Sutradara, Andrew Stanton memiliki ide untuk WALL-E pada tahun 1994. Ide itu di utarakan tepat di tengah penggarapan ide film lainnya A Bug’s Life hingga Finding Nemo. Ide Stanton terkait robot kecil yang tetap di bumi, sementara semua orang di dunia meninggalkan bumi mulai dimatangkan. Ia mulai menggali bagaimana nasib robot terakhir di bumi itu.”
“Semua orang pergi dan robot ini hanya tahu membersihkan sampah tanpa henti. Ide itu benar-benar jadi awal permulaan. Semua rinciannya ada di sana. Tidak ada nama karakter. Mereka bahkan tidak tahu apa yang akan terlihat seperti apa. Mereka tidak punya cerita,” terang Laurence E. MacDonald dalam buku The Invisible Art of Film Music: A Comprehensive History (2013).
Ide cerita film pun dikebut. Demikian pula soal riset yang menggambarkan dunia hancur. Stanton mendaulat kota yang porak-poranda karena kerusakan reaktor nuklir Chernobyl di Ukraina sebagai lokasi utama risetnya. Gambaran terkait kota yang hancur pun didapat.
BACA JUGA:
Film itu kemudian digadang-gadang akan laris manis mendatangkan keuntungan. Stanton bersama Disney dan Pixar pun tak sabar segera merilis Film WALL-E ke publik. Mereka bekerja keras. Pucuk dicinta ulam tiba. Film WALL-E pun mulai tayang perdana di Greek Theatre, Los Angeles, AS pada 23 Juni 2008.
Penanyangan itu mendapatkan sambutan positif. Kemudian, setelahnya WALL-E menjelma sebagai film dengan pendapatan terbesar ke Sembilan pada tahun 2008. Semua karena WALL-E dapat memberikan gambaran bagaimana dunia hancur karena aktivitas manusia yang menghasilkan banyak sampah.
“Penayangan perdana film ini dilakukan di Greek Theatre. Los Angeles, pada 23 Juni 2008. Pemutaran komersialnya dimulai 27 Juni 2008 serentak di 3.992 bioskop di AS dan Kanada. Mengikuti tradisi pemutaran perdana film-film Pixar. Film ini didahului pemutaran film pendek Pixar, kali ini berudul Presto. Film ini didedikasikan untuk Justin Wright (1981-2008). Animator Pixar yang ikut menggarap Ratatouille dan meninggal akibat serangan jantung sebelum WALL-E dirilis.”
“Penghasilan pada akhir pekan perdananya mencapai 63 juta dolar AS, menduduki posisi pertama box office, dan peringkat ketiga pemutaran perdana akhir pekan bagi film Pixar. Secara keseluruhan film ini meraup penghasilan 224 juta dolar AS di AS dan 535 dolar AS juta di seluruh dunia: Hal ini menjadikannya film berpenghasilan terbesar kesembilan pada 2008,” terang Ni Ketut Susrini dalam buku Pixar (2009).