Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 42 tahun yang lalu, 9 Mei 1981, Presiden Soeharto meresmikan Gedung Sekretariat Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Jakarta. Peresmian itu dilakukan supaya kerja sama antar negara ASEAN selalu terjaga.

Semuanya karena Gedung Sekretariat digunakan sebagai pusat kegiatan ASEAN. Sebelumnya, langkah politik luar negeri Soeharto dan Orde Baru (Orba) tak kalah jauh dari periode Orde Lama. Soeharto dapat membuat Indonesia kesohor di luar negeri. Utamanya, di kawasan ASEAN.

Politik luar negeri di bawah pemerintahan Soekarno dan Orde Lama terbilang gemilang. Bung Besar mampu merajut persahabatan dengan banyak negara di dunia. Blok timur, terutama. Persahabatan itu membuat Indonesia mampu melanggengkan kerja sama pada segala bidang.

Alhasil, Kepercayaan rakyat Indonesia kepada Bung Karno dan politik internasionalnya tiada diragukan. Namun, keraguan muncul ketika Soeharto dan Orba mengambil tajuk pemerintahan. Banyak orang yang meragukan eksistensi Soeharto melanggengkan politik luar negeri.

Nyatanya, kekhawatiran itu tak terbukti. Soeharto justru mampu muncul sebagai pemimpin yang cakap dalam urusan politik luar negeri. Pun Soeharto melakukan penyesuaian. Kala Orde Lama pemerintah Indonesia condong kepada blok timur. Sedang pada masa Soeharto kiblat kerja sama Indonesia mulai diarahkan pada blok barat.

Para pemimpin ASEAN dalam pertemuan di Bali pada 1976, dari kiri: Datuk Hussein Onn (PM Malaysia), Lee Kwan Yew (PM Singapura), Soeharto (Presiden Indonesia), Ferdinand Marcos (Presiden Filipina), Kukrit Pramoj (PM Thailand). (Facebook/Kampus 15 Document)

Tak hanya itu, Soeharto juga turut menjaga hubungan kerja sama dengan negara tetangga. Andil Soeharto di balik Indonesia masuk jadi bagian ASEAN salah satunya.

“Akan tetapi, penataan politik luar negeri Indonesia dianggap lebih sukses. Pertama, setelah berhasil membawa Indonesia menjadi satu diantara orbitnya negara-negara blok Barat, Presiden Soeharto kemudian membalik citra konfrontasi Indonesia dengan Malaysia dahulu kepada penataan politik regional yang kondusif bagi upaya pembangunan ekonomi melalui pembentukan ASEAN (Association of South East Asian Nations).”

“Pembentukan ASEAN diyakini sebagai titik balik dari politik konfrontasi kepada politik kerjasama regional sesama bangsa-bangsa di Asia Tenggara. ASEAN kemudian menjadi pilar utama yang pertama dari aspek lingkungan eksternal Indonesia dalam perumusan politik luar negeri di bawah Presiden Soeharto,” terang Agus R. Rahman dalam tulisannya di Jurnal Penelitian Politik LIPI berjudul Politik Luar Negeri Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono terhadap Eropa (2005).

Soeharto tak ingin keterlibatan Indonesia di ASEAN setengah-setengah. Ia dan Orba ingin Indonesia total dalam menjaga hubungan baik Indonesia dengan seluruh negara anggota ASEAN. Restu Soeharto dalam mendukung kehadiran Gedung Sekretariat ASEAN di Jakarta, misalnya.

Gedung itu diresmikan Soeharto pada 9 mei 1981. Kehadiran Gedung Sekretariat ASEAN dianggap Soeharto mampu menunjukkan komitmen Indonesia menjaga persahabatan negara-negara di Asia Tenggara.

Logo ASEAN (kemlu.go.id)

“Sekjen ASEAN, Phan Wannamethee mengatakan, seama 10 tahun berdirinya Sekretariat ASEAN, terdapat tiga tanda yang menunjukkan pertumbuhan dan kemajuan Sekretariat ASEAN. yakni peresmian gedung Sekretariat ASEAN oleh Presiden Soeharto pada 9 Mei 1981, penunjukkan Satuan Tugas tentang peningkatan Sekretariat ASEAN pada 1981 dan peresmian pusat komputer di gedung Sekretariat itu.”

“Sekien ASEAN mengatakan, fungsi utama Sekretariat ASEAN ini adalah mengkoordinasikan dan memantau kegatan ASEAN, melayani keperluan pertemuan dan konferensi, menyebarkan informasi tentang kegatan ASEAN, merawat dokumen-dokumen ASEAN me laksanakan administrasi Dana Perwakilan (Trust Funds) serta bertindak sebagai koordinator ASEAN dalam dialog antara ASEAN dengan Program Pembangunan PBB, UNDP,” tertulis dalam laporan Majalah Mimbar Kerakyatan berjudul Peringatan 10 Tahun ASEAN (1986).