Cara Gus Dur dan PKB Redam Isu Formalin dengan Hajatan Makan Bakso Gratis
Poster bergambar Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saat aksi Bulan Gus Dur di kawasan Ngarsopuro, Solo, Selasa (29/12/2020). (Antara/Maulana Surya/nz)

Bagikan:

JAKARTA - Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ogah percaya dengan desas-desus. Ia bersikap logis dan suka menggali kebenaran. Urusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa penyedap masakan mengandung babi, misalnya. Gus Dur membuktikannya secara ilmiah.

Tuduhan itu tak berdasar. Dalam isu makanan berformalin pada medio 2006 di Pulau Jawa apalagi. Ia dan partainya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) membuktikan tak semua penjual makanan –bakso dan mie ayam—menggunakan formalin. Gus Dur dan PKB pun melanggengkan hajatan makan bakso gratis.

Gus Dur kerap tampil beda menilai suatu masalah. Tindak-tanduknya pun memancing dua arus pikiran. Ada kubu yang menganggapnya melanggengkan tindakan penuh kontroversi. Ada pula kubu yang menilai Gus Dur mampu berpikir jauh melampau zaman.

Benang merah dari semuanya adalah Gus Dur mengedepankan logika dan ilmiah dalam berpikir. Nyalinya tinggi. Ia tak segan-segan mengungkapkan pikiran yang menurutnya benar. Ia bahkan menjadi Presiden Indonesia pertama yang berani minta maaf kepada korban dan keluarga yang dirugikan dalam pembantaian simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) 1965-1966.

Keberanian Gus Dur pun berlanjut. Ia dengan serius mengusulkan supaya Tap MPRS No XXV/1966 soal pembubaran PKI dan pelarangan penyebaran ajaran Marxisme, Komunisme, dan Leninisme segera dicabut.

Penjual bakso banyak terkena dampak dari isu formalin dalam makanan yang merebak pada 2005-2006. (Wikimedia Commons)

Bukan cuma urusan PKI dan komunisme saja yang melulu diurusi oleh Gus Dur. Ia pun turut hadir membela hajat hidup umat Islam. Gus Dur berani memilih berseberangan pendapat dengan MUI yang mengeluarkan penyedap masakan Ajinomoto terkontaminasi lemak babi.

Gus Dur tak langsung percaya. Skeptisme diutamakan oleh Gus Dur. Ia mencoba membuktikannya secara ilmiah. Hasilnya, tiada partikel lemak babi dalam penyedap makanan tersebut. Gus Dur pun menyarankan pihak Ajinomoto untuk sekalian mengajukan sertifikat halal.

“Ketika ada fatwa MUI yang mengharamkan penyedap masakan Ajinomoto karena proses produksinya terkontaminasi lemak babi, sebagai Presiden Gus Dur memerintahkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memfasilitasi tuduhan MUI itu secara ilmiah. Falsifikasi itu berhasil. penelitian LIPI memberikan hasil negatif. Tidak ada lemak babi dalam proses dan produk Ajinomoto.”

“Gus Dur mempercayai LIPI, tetapi demi menghindari keributan yang tidak perlu dan tidak diinginkan. Ia membiarkan penyedap masakan itu ditarik. Ajinomoto baru boleh dijual lagi setelah MUI diyakinkan bahwa proses produksinya diubah sehingga produk itu memperoleh sertifikat halal,” terang L. Wilardjo dalam buku Damai Bersama Gus Dur (2010).

Makan Bakso Gratis

Gaya berpikir yang sama juga dilanggengkan Gus Dur ketika merebaknya isu makanan berformalin dari akhir tahun 2005 hingga awal tahun 2006 di sebagian besar Pulau Jawa. isu penggunaan formalin dan boraks pada bakso, mie ayam, dan ikan asin begitu memukul industri Usaha Kecil Menengah (UKM).

Segenap pedagang di Pulau Jawa mulai merasakan dampak dari merebaknya isu formalin. Penjualan mereka berkurang drastis. Khalayak umum ogah banyak makan bakso dan mie ayam. Takut dampak buruk formalin yang notabene pengawet mayat bersarang di tubuh.

Boleh jadi beberapa pedagang telah ketahuan menggunakan formalin dan boraks dalam olahan makannya. Namun, bukan berarti pedagang bakso dan mie ayam seisi Pulau Jawa menggunakan Formalin. Gus Dur dan Partainya, PKB pun terjun langsung ke masyarakat.

Gus Dur dan PKB telah membuktikan bahwa di Jawa, utamanya di Semarang kebanyakan pedagang bakso antiformalin. Sebagai bentuk dukungan, isu bakso antiformalin dijadikan sebagai ajian kampanye politik PKB di Jawa Tengah.

Gus Dur yang menjabat sebagai Presiden Indonesia pada 1999 hingga 2001. (Wikimedia Commons)

Mereka kemudian menggelar acara makan bakso gratis di Bundaran Air Mancur Semarang, Jawa Tengah pada 25 Januari 2006. Antusiasme warga Semarang meninggi. Mereka berbondong-bondong datang menghadiri kampanye makan bakso gratis PKB. Rasa antusias itu membuat satu gerobak bakso langsung ludes dalam waktu satu jam saja.

Cara melanggengkan hajatan makan bakso gratis dilakukan PKB untuk mengedepankan kepentingan masyarakat. Supaya masyarakat tak lagi takut makan bakso. Apalagi dari seporsi bakso yang terbeli nyala api ekonomi masyarakat dapat menyala.

Apalagi, pemimpin besar PKB, Gus Dur dikenal sebagai pecinta bakso dan mie ayam sejati. Perihal itu ditunjukkan PKB dengan wujud stiker-stiker yang dibadikan. Stiker itu kebanyakan bertuliskan: Gus Dur saja makan mie dan bakso. Siapa takut? Bebas Formalin. Alhasil, stiker itu jadi rebutan pemilik kendaraan pribadi hingga tukang becak di sekitar lokasi.