Memori Cak Imin Kudeta Gus Dur dari PKB
Cak Imin dalam Haul Gus Dur ke-14 di DPP PKB pada 2023. (Antara/ Fakhri Hermansyah)

Bagikan:

JAKARTA - Abdurrahman Wahid (Gus Dur) senang menjaring kader muda untuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pemuda dari seantero negeri diperkenankan jadi kader. Kemenakan Gus Dur, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) termasuk di dalamnya.

Mulainya Gus Dur merasa nyaman-nyaman saja. Namun, kehadiran Cak Imin dianggap merusak segalanya. Gus Dur menganggap Cak Imin figur yang mudah disetir dan mendua. Anggapan itu nyatanya bukan pepesan kosong belaka. Cak Imin kemudian melanggengkan kudeta terhadap PKB.

Gus Dur menyukai anak muda yang ikut dalam perjuangan melawan penguasa Orde Baru (Orba). Cak Imin, salah satunya. Gus Dur tak melulu melihat Cak Imin sebagai keponakan jauhnya saja, tapi juga melihat keaktifan Cak imin dalam dunia pergerakan mahasiswa.

Kala itu Cak Imin aktif sebagai bagian dari kelompok mahasiswa, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Komite Nasional Indonesia (KNPI). Laku hidup hidup Cak Imin membuat Gus Dur kepencut. Cak Imin yang notabene jadi saksi lahirnya PKB ditarik sebagai kader potensial.

Dedekasi dan pemikirannya sebagai seorang pemuda dibutuhkan oleh Gus Dur. Ia pun turut mewakili PKB sebagai anggota DPR RI periode 1999-2004. Pandangan Gus Dur terkait Cak Imin tak lantas berubah. Ia memandang Cak Imin istimewa dalam peta politik Indonesia.

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar memberikan sambutan saat acara catatan akhir tahun 2011 dan Haul Gus Dur ke-2 di Jakarta, Kamis (29/12). (Antara/Prasetyo Utomo)

Narasi itu ditunjukkan Gus Dur ketika mendukung Cak Imin dalam pemilihan Ketua Umum PKB dalam Muktamar II PKB di Semarang pada 2005. Dukungan itu membuat Cak Imin berhasil melaju sebagai pemenang dengan menyingkirkan lawan-lawannya. Antara lain Mahfud MD, Ali Masykur Moesa, serta Saifullah Yusuf.

Cak Imin pun paripurna jadi Ketua Umum DPP PKB. Sedang Gus Dur menjabat sebagai Ketua Dewan Syura PKB. Nyatanya, kemenangan itu justru membuat Gus Dur banyak kecewa. Cak Imin yang dielu-elukan olehnya justru dianggap bermuka dua.

Gus Dur merasa Cak Imin telah banyak main mata dengan penguasa. Nuansa itu muncul karena Cak Imin diduga akan menjegal Gus Dur dalam Pilpres 2009. Karenanya, Gus Dur ambil sikap untuk memecat Cak Imin pada 2008, atau satu tahun sebelum Pilpres.

“Ya, enggak juga. Saya tergantung apa kata dewan pengurus pusat, dewan pengurus wilayah, dan dewan pengurus cabang saja. Ah, (Cak Imin) loyal kepada dirinya sendiri, kok. Kan, ngomong doang. Saya enggak percaya karena dia selalu dua kata.”

“Lho, sikapnya mendua begitu, saya bagi manusia PKB itu menjadi dua golongan. Yang satu, hanya ingat ambisinya sendiri. Yang kedua, kepentingan umum, termasuk ambisi pribadi. Selama ini, Muhaimin masuk yang pertama. Ini semua warisan dari zaman Matori Abdul Djalil, Alwi Shihab, dan Saifullah Yusuf. Jadi saya terima, katakanlah, barang busuk. Perbaikannya berat,” terang Gus Dur sebagaimana dikutip Majalah Tempo dalam laporannya berjudul Sejarah yang berulang (2008).

Pemecatan Cacat Aturan

Kuasa Gus Dur memecat Cak Imin tak menyelesaikan masalah. Cak Imin merasa pemecatan terhadapnya cacat aturan. Apalagi, Cak Imin tak merasa melakukan kesalahan. Cak Imin dan pendukungnya tak terima. Mereka mengajukan gugatan terhadap Gus Dur ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Semenjak itu hubungan antara Gus Dur dan Cak Imin kian memburuk. Keduanya bahkan mendeklarasikan Muktamar Luar Biasa (MLB) PKB versi masing-masing. Kubu Gus Dur melanggengkan MLB PKB di Parung Bogor dari 30 April – 1 Mei. Sedang sehari setelahnya kubu Cak Imin melaksanakan MLB di Ancol.

Hasil MLB Ancol membuat Cak Imin duduk jadi Ketua Umum PKB lagi. Keputusan itu diakui pula oleh putusan pengadilan dengan narasi yang sama. Cak Imin berada di atas angin karena merasa jadi ketua umum yang sah. Segala macam loyalis kubu Gus Dur dipecatnya satu demi satu. Utamanya anak Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid).

Cak Imin dan putri kedua Gus Dur, Yenny Wahid. (Istimewa)

Kubu Cak Imin lalu secara paripurna menguasai PKB. Kemudian, Gus Dur sendiri mulai hilang secara perlahan dari panggung politik Indonesia. Sekalipun Cak Imin dan PKB harus membayar kudeta itu dengan menurunnya suara yang diraih PKB dalam Pemilu 2009. Sebab, Gus Dur yang jadi ikon PKB sudah dikudeta keponakannya.

“Kekalahan kubu Gus Dur dalam persaingan untuk mendapatkan legalitas kepemimpinan PKB dengan kubu Cak Imin membuat kubu yang disebut pertama kehilangan kekuasaan, sementara kubu lainnya menguasai partai. Gus Dur dan pendukungnya yang semula begitu dominan di partai dengan keputusan pengadilan di atas membuat kehilangan dominasinya lagi.”

“Personalisasi kuat terjadi di PKB sepanjang partai itu berdıri terutama semasa hadirnya Gus Dur sampai tahun 2008. Setelah itu, personalisasi memiliki kecenderungan melemah karena PKB yang identik dengan imej Gus Dur, yang menjadi figur dominan dalam berbagai kebijakan internal partai, dan bisa menarik simpati pemilih (vote getter), tidak lagi memegang kendali partai,” tulis Ridho Imawan Hanafi dalam buku Personalisasi Partai Politik di Indonesia Era Reformasi (2018).