Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menyatakan polemik kudeta kursi kepemimpinan di partainya bukan hal baru. Ia menganggapnya sebagai isu daur ulang yang selalu muncul tiap pemilu.

Hal ini disampaikan setelah ramainya isu Cak Imin pernah mengkudeta Presiden ke-4 RI Abdurrachman Wahid atau Gus Dur sebagai Ketua Umum PKB. Peristiwa ini terjadi pada 2005 ketika Cak Imin terpilih menjadi Ketua Umum PKB lewat Muktamar di Semarang dan pamannya itu menjadi Ketua Dewan Syura.

Kondisi ini kemudian membuat PKB terpecah menjadi dua kubu dan masing-masing kubu menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB) pada 2008 yang kembali dimenangkan Cak imin. Legalitasnya memimpin kemudian dikuatkan putusan pengadilan.

Kembali ke Cak Imin, dia mengaku sebenarnya sudah sering membahas isu kudeta tersebut. Sehingga, masa lalu ini tak perlu kembali dibahas.

“Itu masa lalu yang tiap lima tahun pasti muncul. Saya sudah jawab bolak-balik masa lima tahunan diulang lagi,” kata Cak Imin kepada wartawan di Sekretariat PB PMII, Jakarta Pusat, Rabu, 6 September.

Sebagai informasi, kudeta ini kemudian membuat hubungan Cak Imin dan keluarga Gus Dur memanas. Bahkan, dia mendepak Yenny Wahid yang menjabat sebagai Sekjen PKB periode 2005-2010.

Yenny bahkan belakangan ini berkomentar soal polemik Cak Imin. Paling baru, dia mengingatkan masyarakat tetap kritis atau mengkritisi Pemilu 2024, terutama klaim para kandidat di Pilpres.

Dia menjelaskan di tahun politik, banyak sekali klaim-klaim sepihak, hasutan, dan provokasi. Salah satunya, klaim terkait perolehan suara PKB yang tidak sebanding dengan perolehan suara Cak Imin.

“Berpegang pada data yang sifatnya faktual, jangan mengklaim, karena semua orang bisa," kata Yenny dikutip Antara, Selasa, 5 September.