Susi Air di Papua: Eksistensi Bisnis Penerbangan Komersial Susi Pudjiastuti Warnai Langit Bumi Cendrawasih
Pemilik Susi Air, Susi Pudjiastuti berpose di pesawat komersial miliknya. (susiair.com)

Bagikan:

JAKARTA - Insting bisnis pengusaha Susi Pudjiastuti tak dapat dianggap remeh. Ia jeli melihat peluang. Apalagi setelah peristiwa tsunami Aceh. Usaha pesawat terbang yang mulanya mengangkut hasil laut merambah dunia baru: penerbangan komersial. Susi Air, namanya.

Pangsa pasarnya dikhususkan untuk penerbangan perintis. Usaha itu sukses besar. Bahkan, rute penerbangannya tak terbatas di seputar Pulau Jawa dan Kalimantan saja. Susi Air nyatanya mampu menjadi maskapai penerbangan andalan Bumi Cendrawasih, Papua.

Pebisnis harus jeli melihat peluang. Itulah semangat yang diamini oleh Susi Pudjiastuti (kemudian dikenal sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia 2014-2019). Pengusaha asal Pangandaran itu tak gentar melakukan spekulasi ‘gila’ dalam urusan bisnis. Keberaniannya membeli pesawat terbang Cessna Caravan untuk mengangkut hasil laut dari Bumi Pangandaran, misalnya.

Bisnisnya pun bertumbuh pesat. Namun, peristiwa Tsunami Aceh 2004 mengganggu pikirannya. Hidup tak melulu perihal uang, pikirnya. Ia pun menerbangkan pesawatnya untuk membantu membawa bantuan untuk korban Tsunami Aceh.

Langkah Susi diapresiasi banyak pihak. Lagi pula, pesawat Susi jadi pesawat luar Jawa pertama yang mampu menembus lokasi terdampak dua hari setelah bencana. Misi kemanusiaan itu nyatanya membawa berkah.

Pesawat-pesawat maskapai penerbangan komersial Susi Air. (susiair.com)

Organisasi kemanusiaan internasional banyak menyewa pesawatnya setelah misi kemanusiaannya di Aceh berakhir. Pesawatnya disewa untuk melakukan pemulihan di Aceh. Keuntungan dari sewa pesawat membuat insting bisnis Susi berjalan.

Susi pun memiliki ide untuk membentuk maskapai penerbangan komersial. Susi Air, namanya. Sebuah nama yang mulanya tak sengaja disebut banyak orang. Karenanya, Susi Air secara paripurna mengisi ruang perjalanan udara perintis di Indonesia pada akhir 2004.

“Para penyewa pesawatnya lebih suka menyebut pesawat miliknya itu dengan sebutan Susi Air. Pernah suatu hari, saat Susi sedang beristirahat, ada seseorang yang datang kepadanya lalu bertanya: Do you know where is Susi Air? Mendapat pertanyaan seperti itu, Susi hanya dapat menjawab: No, nggak ada Susi Air di sini, adanya Susi.”

“Mendengar jawaban ini, orang yang bertanya langsung meninggalkan Susi. Lama kelamaan, Susi berpikir, bisa-bisa akan banyak bisnis yang hilang jika dia menjawab seperti itu. Akhirnya, mulai saat itu, setiap ada yang menanyakan Susi Air, dirinya langsung menyebut pesawatnya. Dari para penyewa inilah istilah ‘Susi Air’ lahir hingga sekarang. Semuanya berasal dari hasil sewa pesawat selama di Aceh. Pun Susi kemudian dapat membeli pesawat lagi,” ungkap Fyra Fatima dalam buku 3 Sisi Susi (2015).

Mengudara di Papua

Kehadiran maskapai penerbangan komersial Susi Air mendapatkan sambutan hangat dari segenap rakyat Indonesia. Apalagi Susi Air yang melayani penerbangan perintis hadir dengan tujuan yang besar pada akhir 2004. Ia ingin memberi ruang daerah polosok atau daerah yang belum memiliki akses tranportasi udara, supaya dapat memudahkan perjalanan bisnis dan upaya membangun wilayahnya.

Susi Air kala itu mulai berkembang melayalani penerbangan komersial rute perintis, angkutan kargo, dan penerbangan carter. Perlahan-lahan usahanya makin maju. Susi Air mulai menambah rute penerbangan di Medan, Jakarta, Kendari, Balikpapan, Pangandaran, hingga Papua.

Maskapai komersial itu lalu menjelma sebagai andalan segenap warga Papua berpergian. Apalagi kala itu tak banyak maskapai penerbangan komersial lainnya yang mau membuka rute di Papua. Semuanya karena risiko penerbangan di Papua cukup tinggi. Faktor alam pegunungan, utamanya.

Namun, masalah itu tak membuat nyali Susi Pudjiastuti surut. Minatnya membuka jalur udara di Papua tiada dua. Apalagi pada tahun 2014, armada Susi Air makin meningkat. Pesawatnya saja mencapai 45 unit. Antara lain pesawat jenis Cessna Caravan, Pilatus Porter, Piaggio Avanti, Diamond, Viper, dan Air Tractor.

Penerbangan Susi Air yang melayani rute Jember-Sumenep (Madura) di Bandara Notohadinegoro, Jember pada 10 Januari 2023. (Antara/Zumrotun Solichah))

Puncaknya Susi Air pun mampu menjadi penguasa rute udara Papua pada 2014. PT. ASI Pudjiastuti Aviation itu berhasil mengambil alih rute penerbangan milik Merpati Nusantara Airlines di Papua. Kabar gembira itu hadir karena Susi Air berhasil memenangkan lelang rute bekas maskapai pelat merah.

Artinya, Susi Air pun paripurna menjadi maskapai penerbangan komersial yang menguasai rute penerbangan terbanyak di Papua. Kehadiran Susi Air pun menjadi berkah bagi masyarakat Papua. Karenanya, mobilisasi warga Papua dapat meningkat di segala urusan. Dari bisnis hingga perjalanan keluarga.

"Rute Merpati pesawat kecil cuma di Papua. Saya nggak tahu kalau yang besar-besar itu di mana. Tapi seingat saya yang bisa kita terbangi itu hanya di Papua.”

“Rute kami di Papua banyak menyelesaikan pekerjaan yang dimenangkan oleh Merpati. Setahu saya Merpati sudah MA60 dan Boeing. Wamena kami kerjakan, sebagian Sentani, total di Papua itu ada 32 destinasi dan 84 rute," terang pemilik Susi Air, Susi Pudjiastuti sebagaimana dikutip dari laman Liputan 6, 19 Februari 2014.