Sejarah Dewa 19: Kisah Demo Tiga Lagu Memukau Dapur Rekaman
Formasi awal Dewa 19, dari kiri: Ahmad Dhani, Andra Ramadhan, Ari Lasso, Erwin Prasetya, Wawan Juniarso. (Instagram/@ari_lasso)

Bagikan:

JAKARTA - Perjalanan karier grup band Dewa 19 meraih kesuksesaan penuh liku. Band yang digawangi oleh Ahmad Dhani (kibor, vokal), Erwin Prasetya (bas), Wawan Juniarso (drum), dan Andra Junaidi (Gitar), dan Ari Lasso (vokal) harus putar otak untuk sukses.

Hijrah ke Jakarta jadi opsi utamanya. Mereka percaya diri materi kaset demo tiga lagu (Kangen, Dewa, dan Kita Tidak sedang Bercinta Lagi) dapat memukau label rekaman. Usaha Dewa 19 berhasil, sekalipun sebelumnya Dewa 19 ditolak sana-sini.

Bermusik sempat dianggap tak mampu memberi jaminan musisi untuk hidup di masa depan. Anggapan itu dikuatkan dengan banyaknya anak muda yang gagal kesohor dan mengubur mimpinya sebagai musisi dalam-dalam.

Nyatanya, anggapan itu tak berlaku bagi sekelompok anak remaja Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 6 Surabaya. Mereka justru terpacu membentuk band dan serius jadi musisi pada 1986. Band tersebut dinamakan Dewa yang berasal dari akronim nama personelnya: Dhani, Erwin, Wawan, dan Andra.

Dewa 19 dalam sebuah konser pada 2018. (Twitter/@DE19WA)

Band Dewa boleh baru. Namun, nyali mereka dalam bermusik tiada dunia. Mereka berani bersaing dalam kompetisi-kompetisi musik yang diadakan di seantero Jawa Timur. Mereka mampu keluar sebagai pemenang.

Entah itu kala membawa nama Dewa atau Down Beat (ketika Wawan keluar untuk sementara waktu). Dewa pun mulai serius. Mereka melengkapi bandnya dengan memanggil Wawan kembali dan seorang pemuda yang memiliki suara khas pada 1988. Ari Lasso namanya. Kehadiran Lasso pun semakin menambah warna Dewa.

“Dibentuk pertama kali oleh empat orang siswa SMPN 6 Surabaya pada 1986. Nama ‘Dewa’ memiliki dua makna. Pertama, ‘Dewa’ adalah akronim dari nama pendirinya, yakni Dhani Ahmad, Erwin Prasetya, Wawan Juniarso, dan Andra Junaidi. Makna kedua, ‘Dewa’ menunjukkan sesuatu yang tinggi, makhluk khayangan.”

“Artinya, para pendiri Dewa yang usianya rata-rata 19 tahun saat mereka berjuang membuat album pertama berhikmat untuk menjadi band papan atas dengan mengusung musik campuran antara pop, jazz, dan rock. Mereka merajai berbagai panggung festival, antara lain Festival Jazz Remaja se-Jawa Timur, Juara I Festival band SLTA 90, dan juara II Djarum Super Fiesta Musik,” tulis Muhidin M. Dahlan dan kawan-kawan dalam buku 1000 Konser Musik Indonesia (2018).

Demo Tiga Lagu

Boleh jadi Dewa terkenal di seantero Jawa Timur. Namun, kepopuleran itu tak dapat tak menjanjikan banyak hal. Mereka pun berpikir keras. Materi lagu dimatangkan hingga muncul satu jawaban. Kala itu, opsi satu-satunya untuk sukses adalah segera hijrah ke Jakarta.

Dewa pun merekam lagu-lagunya pada awal dekade 1990-an. Studio 15 Petojo, Jakarta Pusat, jadi saksi lagu hits Dewa direkam. Antara lain lagu bertajuk Kangen, Dewa, dan Kita Tidak Sedang Bercinta Lagi yang kemudian dibuat sebagai demo.

Siasat demo tiga lagu itu nyatanya jitu. Operator studio tempat Dewa merekam lagu hitsnya, Edi Gombing menyerahkan kaset demo kepada petinggi Team Record, Jan Djuhana. Ia tertarik dengan lagu-lagu yang dibawakan oleh Dewa.

Utamanya lagu Kangen. Ia melihat lagu Kangen berpotensi menjadi salah satu lagu kesohor yang mampu menjadikan Dewa 19 sebagai band besar Indonesia. Jan Djuhana dan Team Record menyatakan ketertarikannya bekerja sama dengan Dewa.

Konser terakhir Dewa 19 yang bertajuk Pesta Rakyat 30 Tahun Dewa 19 di Jakarta International Stadium pada 4 Februari 2023. (VOI/Diah Ayu Wardhani)

Namun, Team Record terkendala kondisi keuangan yang tak baik-baik saja. Mereka tak mampu membeli master lagu Dewa. Karenanya, Team Record hanya mampu membiayai pengadaan dan distribusi lagu. Keputusan Team Record membuat Dhani dan kawan-kawan mencoba membawa demo lagunya ke ragam label rekaman terlebih dahulu.

Usaha itu ternyata sia-sia. Tiada yang tertarik mengorbitkan Dewa. Opsi kerja sama dengan Team Record mau tak mau dilakukan. Sekalipun master lagu tak jadi dibeli dan kedua belah pihak lalu menghendaki sistem bagi hasil.

Hasilnya memukau. Album 19 (kemudian kerap disebut album: Dewa 19) lahir. angka itu diberikan karena pada saat proses album digarap (tahun 1991) semua personel masih berusia 19 tahun. Album itu lalu sukses besar di pasaran sejak dirilis pada 1992.

Lagu Kangen kesohor di mana-mana. Lagu itu jadi alat Dewa 19 memperoleh kesuksesan yang besar. Pun di tengah kesuksesan itu Team Record yang bangkrut segera diakuisisi oleh Aquarius Musikindo untuk meneruskan lagu-lagu Dewa 19 kepada para penggemarnya, Baladewa.

Agung Yudha Asmara yang akrab disapa Agung Gimbal, drummer Dewa 19 saat ini. (Twitter/@DE19WA)

“Produser Eksekutif sekaligus pemodal rekaman, Harun akhirnya bersedia memberi hak edar dan penggandaan album itu kepada Team Records, tetapi masternya tetap dia pegang. Pertemuan dengan Dhani dan kawan-kawan baru terjadi di Pasaraya, Blok M, Jakarta Selatan, untuk membahas desain sampul album. Sambil makan siang, kami memilih-milih desain, yang akhirnya jatuh pada gambar surealistis karya Lesin Wangsajaya.”

“Band yang akhirnya mewujudkan impian punya album ini terlihat senang, jauh dari kesan angkuh dan sombong. Album Dewa 19 vang diberi judul 19 (umumnya dikenal sebagai Dewa 19) itu akhirnva lahir juga pada April 1992. Lagu Kangen jadi single pertama dan ada di urutan pertama pula cepat sekali lagu ini tenarnya,” Ungkap Jan Djuhana sebagaimana ditulis Frans Sartono dalam buku Di Balik Bintang: Jan Djuhana dalam Industri Musik Indonesia (2022).