Imbas Pilot Disandera KKB Egianus Kogoya, Susi Pudjiastusi Sebut Masyarakat Papua Kehilangan Pemenuhan Hak Dasar
Pendiri maskapai penerbangan Susi Air Susi Pudjiastuti (tengah) saat konferensi pers di SA Residence, Jakarta Timur, Rabu (1/3/2023). ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Pendiri dan pemilik maskapai penerbangan Susi Air, Susi Pudjiastuti menyebut masyarakat Papua kehilangan pemenuhan hak-hak dasarnya, imbas pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru Mark Philip Mehrtens disandera oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya.

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu menyebut, masyarakat Papua dirugikan karena distribusi logistik yang meliputi aspek pemenuhan kebutuhan mendasar menjadi terkendala akibat terganggunya operasional penerbangan pesawat Susi Air.

"Dari sisi bisnis tentu ini sebuah kehilangan yang sangat besar, tapi lebih menurut saya adalah humanity, kemanusiaan, dan hak-hak masyarakat memenuhi kebutuhan pokoknya," kata Susi saat konferensi pers di SA Residence, Jakarta Timur, dikutip dari Antara, Rabu, 1 Maret. 

Selain kebutuhan pokok, Susi menyebut pemenuhan distribusi yang terganggu meliputi pula kebutuhan terkait bahan bakar hingga pengobatan yang sedianya dibutuhkan oleh masyarakat Papua.

"Karena kita juga mengangkut bahan bakar, mengangkut makanan, mengangkut segala macam yang dibutuhkan, membawa yang sakit dapat pengobatan, membawa program-program pemerintah untuk kemajuan masyarakat Papua," ujarnya.

Susi menjelaskan distribusi logistik itu terganggu karena hampir 70 persen operasional penerbangan pesawat Susi Air jenis porter yang melayani penerbangan perintis di wilayah Papua dengan medan pegunungan itu terhenti.

"Karena 70 persen dari penerbangan porter kita sudah akhirnya jadi berhenti sekarang. Kalau proter terbang satu hari 30-40 flight berarti sudah lebih dari 25 flight terhenti," ucapnya.

Adapun secara umum, hampir 40 persen operasional penerbangan pesawat Susi Air jenis pesawat caravan di Papua secara umum itu batal dan tidak bisa beroperasi.

"Jadi kami mohon maaf saya sebagai pemilik dan perintis Susi Air, tahun 2006 kita masuk Papua, sekarang ini ya tidak bisa melayani lagi tentu banyak sebabnya bukan satu armada berkurang dengan dibakarnya pesawat kita. Tahun lalu kita kehilangan satu, sekarang satu," tuturnya.

Selain itu, dia menyebut gagal-nya penyelesaian penyanderaan pilot Mark Philip Mehrtens secara baik berpotensi menyebabkan tingginya pengunduran diri pilot pesawat Susi Air, sehingga operasional penerbangan pun kian terkendala.

"Yang kedua, juga confident di antara pilot-pilot kita tidak memungkinkan adanya penerbangan lagi di wilayah pegunungan dan ini akan sangat sulit. Jadi resignisation juga akan tinggi bila penyelesaian kapten Philip ini juga tidak bisa baik," imbuhnya.

Untuk itu, Susi mengingatkan upaya-upaya penyanderaan seperti yang dilakukan oleh KKB itu hanya akan menyebabkan pada terganggunya pemenuhan hak-hak kemanusiaan masyarakat di Papua.

"Saya berharap semua sadar, Pemda, tokoh-tokoh masyarakat Papua, masyarakat Papua dan organisasi yang mengaku Papua Merdeka bahwa kepentingan masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan pokoknya dan transportasi itu adalah hak-hak kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan begitu saja," tambahnya.

Sebelumnya, Senin (27/2), Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa menyatakan bahwa hingga kini TNI-Polri terus berupaya membebaskan pilot Susi Air dari tangan KKB pimpinan Egianus Kogoya.

KKB bersama sandera-nya selalu berpindah-pindah tempat sehingga sampai saat ini belum dapat diketahui pasti posisinya, kata Mayjen TNI Saleh kepada ANTARA di Wamena.

"Mudah-mudahan pilot Philip Mark Merthens segera dapat dibebaskan dengan keadaan selamat," harap Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Saleh.

Sebelumnya Kapolda Papua Irjen Pol. Fakhiri menyatakan, KKB pimpinan Egianus Kogoya meminta senjata api dan amunisi untuk dibarter atau ditukar dengan pilot Susi Air yang masih disandera.

Pilot Philip yang membawa pesawat Pilatus milik Susi Air disandera KKB sejak Selasa (7/2) setelah membakar pesawat tersebut di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga.