JAKARTA - Tiada yang meragukan kebesaran band metal, Metallica. Kepopuleran band yang digawangi James Hetfield (vokalis/gitar), Jason Newstead (bas), Kirk Hammet (gitar), dan Lars Ulrich (drum) tiada dua. Pengemarnya bejibun. Di Indonesia, apalagi.
Penyelenggaraan Metallica in Concerts di Stadion Lebak Bulus, Jakarta 1993 jadi bukti. Antusiasme penggemar Metallica memuncak. Namun, tak semuanya dapat akses menonton. Kericuhan di luar stadion pun tak terbendung. Jakarta mencekam karenanya.
Tahun 1993 punya sejarah besar bagi penggemar musik metal tanah air. Metallica memasukan nama Indonesia ke daftar negara yang kunjungi dalam tur dunia Nowhere Else To Roam. Metallica in Concerts direncanakan hadir di Stadion Lebak Bulus yang berkapasitas 12.500.
Hajatan itu hadir dua hari, 10-11 April 1993. Agenda konser Metallica disambut dengan antusias. Barang siapa yang ingin menyaksikan Metallica diharuskan menebus tiket konser untuk menempati kelas tribun utara, timur, barat, atau festival. Harga tiket dibandrol dari Rp30 ribu hingga Rp150 ribu. Tiket itu kemudian dijual dari Jabodetabek, Bandung, dan kota besar lainnya.
Hari pertama konser Metallica pun tiba. Pengemarnya dari berbagai pelosok kota mulai memadati Jakarta sedari siang hari. Padahal, Metallica baru main pada malam hari. Mereka mengarah ke satu tujuan: Stadion Lebak Bulus.
Kemacetan di sekitar stadion tak terhindarkan. Apalagi antrian untuk masuk ke stadion sudah mengular. Grup Band Thrash Metal Indonesia, Rotor membuka konser dari atas panggung berukuran 21 x 13 meter.
Mereka memanaskan seisi stadion selama kurang lebih 30 menit. Akhir yang ditunggu-tunggu pun tiba. Metallica membuka konsernya dengan lagunya Creeping Death. Total Metallica membawakan sekitar 19 lagu andalan. Keempat personel pun mengaku bangga banyak penonton yang hafal dengan lagunya.
“Empat personel dari band asal Los Angeles ini mampu melarutkan suasana metal yang paling dinanti kaum metalis Indonesia. Lewat warna vokal Hetfield yang berat itu, meluncurlah lagu-lagu hit mereka, antara lain Sanatorium, Sad But True, Fade to Black, Master of Puppets, Seek and Destroy, Harvester of Sorrow, Last Caress, Blackened, Wherever I May Roam, Battery, Betrayed, dan For Whom The Bell Tolls."
“Semua lagu itu disambut baik. Bahkan, ada yang hafal keseluruhan, James Hetfield membiarkan penonton ikut bernyanyi pada lagu-lagu bertempo pelan, seperti Unforgiven dan Nothing Else Matters. Hetfield memainkan perannya sebagai vokalis dengan menanyakan penonton apakah sudah lelah dan ingin pulang ke rumah atau masih mau bernyanyi bersama-sama. Baik Hetfield maupun Jason dan Hammet memang pintar memancing emosi penonton,” terang Anas Syahrul Alimi dan Muhidin M. Dahlan dalam buku 100 Konser Musik di Indonesia (2018).
Kericuhan di Luar Stadion
Boleh jadi konser Metallica hari pertama di Stadion Lebak Bulus berlangsung mulus nan tertib. Namun, tidak dengan kondisi di luar stadion. Banyak di antara pengunjung yang tak memiliki tiket mencoba menerobos masuk. Kericuhan terjadi.
Ada yang mencoba menyelinap masuk di antara penonton yang dimiliki tiket. Ada juga yang mencoba mengakses masuk lewat pintu yang lain. Kesigapan petugas keamanan mampu menggagal banyak penonton yang tak memiliki tiket.
Panglima Kodam Jaya Brigien A.M. Hendropriyono berspekulasi harga tiket Rp30 ribu – Rp150 ribu dianggap terlalu mahal. Apalagi penggemar Metallica mayoritas di kalangan menengah ke bawah. Bukan orang kaya. Mereka yang terusir nyatanya tak langsung pulang. Mereka justru membuat rusuh.
Rasa sakit hati dilampiaskan ke daerah sekitar Stadion Lebak Bulus. Mereka melakukan aksi nekat. Kios-kios yang berada dipinggir jalan di bakar. Mobil-mobil yang kebetulan lewat diberhentikan dirusak massa. Sedang barang berharga pemiliknya diambil massa. Dari jam tangan sampai dompet.
Aksi itu menjalar ke toko-toko di dekat Lebak Bulus. Massa mencoba melakukan penjarahan. Segala macam barang berharga yang ada di etalase toko digondol massa. Kericuhan itu buat Jakarta mencekam. Semuanya karena petugas keamanan yang turun dari kepolisian dan militer hanya 2.500 saja. Baru pada hari kedua petugas keamanan ditingkatkan menjadi 7.000.
“Pertunjukan grup musik keras Metallica dari Amerika Serikat itu hampir saja membuat Jakarta menjadi marak total. Ketika grup itu mentas di Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu malam pekan lalu huru-hara pun meletup. Sejumlah massa menjadi beringas, membakar dan merusakkan mobil yang mereka temukan di jalan atau di lapangan parkir, melempari toko atau rumah-rumah dengan batu. Akibatnya: 7 mobil dan sebuah kios hangus terbakar, ratusan mobil lainnya dirusak (di pertokoan Pondok Indah Plaza saja, menurut seorang satpamnya, 102 mobil yang sedang diparkir dirusak).”
“Sejumlah orang kena todong atau dirampok. Belum cukup itu, banyak rumah mewah di kompleks Pondok Indah tak jauh dari Stadion Lebak Bulus, juga menjadi korban. Kaca pintu dan jendelanya pecah ditimpuki batu. Lalu pusat perbelanjaan Pondok Indah Plaza remuk, kaca-kacanya pecah diamuk oleh anak-anak muda yang seperti kesurupan itu. Huru- hara ini menyebabkan korban berjatuhan: puluhan orang luka- luka, 15 di antaranya terluka berat,” ungkap Ardian Taufik Gesuri, Andi Reza Rohadian, dan kawan-kawan dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Amuk Kaum Metal di Lebak Bulus (1993).