JAKARTA - Hari ini, 10 tahun yang lalu, 7 November 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menetapkan Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai pahlawan nasional. SBY menganggap tiada yang meragukan kepahlawanan dan sumbangsih keduanya bagi nusa dan bangsa.
Keduanya adalah sosok yang tak pernah lelah bergerak melawan kolonialisme dan imperialisme di muka bumi. Tiada keraguan. Tindak-tanduknya begitu kagumi. Penjara dan pengasingan sudah ditempuh Soekarno-Hatta. Semua demi Indonesia merdeka.
Sosok Soekarno dan Hatta adalah aktor penting dalam perjalanan sejarah bangsa. Keduanya adalah sosok yang berbeda dalam segi pemikiran dan pemahaman. Akan tetapi, mereka disatukan dalam sebuah sikap: Indonesia merdeka.
Bung Karno sendiri meraih kematangan dalam berpolitik ketika menuntut ilmu ke Bandung. Fase-fase jadi mahasiswa nyatanya mengasah kepekaan Soekarno dengan penderitaan rakyat. Ia pun berani berdiri menentang segala macam perlakukan buruk penjajah Belanda.
Hatta tak jauh beda. Ia matang dalam politik di Negeri Belanda. Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia (kemudian jadi Perhimpunan Indonesia) jadi wadahnya menyuarakan anti kolonialisme. Sekalipun tak segarang Soekarno. Ia berjuang dengan gaya sendiri.
Pemikirannya kerap dijadikan landasan untuk melawan. Nyali Hatta bahkan tak ciut ketika diadili karena dianggap makar di Belanda. Pledoinya Indonesia Vrij (Indonesia Merdeka) menggelegar, bahkan hingga ke luar ruangan sidang. Seisi Nusantara pun akhirnya tahu bahwa ada salah seorang pejuang di Negeri Belanda. Bung Hatta, namanya.
“Tokoh Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda, Mohammad Hatta, telah sejak 1923 mengumandangkan pentingnya persatuan dan muskilnya kerja sama dengan pemerintah kolonial. Namun, peran Soekarno tak bisa dikecilkan. Jasa terbesarnya adalah menyerap apa yang dikemukakan Hatta, membuat sintesis darinya dan menerjemahkan ke dalam bahasa yang lebih mudah diserap massa.”
“Ditambáh daya magis orasinya, Soekarno memperoleh audiens serta dampak yang lebih luas, lebih dari yang bisa diharapkan Hatta, tapi sekaligus membuatnya miris. Dengan kata-katanya, Soekarno menjembatani dan menyatukan berbagai elemen yang berbeda serta memberi mereka sebuah kebersamaan identitas. Dengan itu, Soekarno berjasa mengilhami Sumpah Pemuda 1928 dan secara brilian merumuskan dasar negara Pancasila. Soekarno menjadi personifikasi ‘satu Indonesia’ secara tak terbantah kala itu,” tertulis dalam laporan Majalah Tempo berjudul Soekarno: Seorang Bima, Seorang Hamlet (2001).
Narasi keduanya membawakan Indonesia merdeka tak perlu diragukan. Kekuatan pemikiran Hatta berkolaborasi dengan daya gedor retorika Bung Karno buat Indonesia selangkah merdeka. Kolaborasi itu dapat menghancurkan dinding kolonialisme. Namun, semangat itu tak serta merta membuat kedua sosok itu diangkat sebagai pahlawan nasional.
Segenap rakyat Indonesia baru bersorak gembira ketika Presiden Indonesia Ke-6, SBY menggoreskan tinta sejarah. Ia jadi presiden yang mengangkat Soekarno dan Hatta secara resmi sebagai pahlawan nasional Indonesia pada 7 November 2012. Penetapan itu secara paripurna tertuang dalam Keputusan Presiden RI Nomor 84/TK/TAHUN 2012.
“Kita patut mencotoh keduanya. Bung Karno adalah pemikir dan pejuang ulung dan mampu menggelorakan semangat rakyat untuk mewujudkan cita-citanya, membangun solidaritas negara-negara yang dalam penindasan untuk menjadi negara merdeka dan berdaulat.”
“Bung Karno juga ada didepan untuk menjaga kemerdekaan dan kedaulatan bangsa. Di sisi lain, Bung Hatta adalah administrator ulung, ahli ekonomi dan diplomasi,” terang SBY sebagaimana dikutip laman Sekretariat Negara.