VOC Pilih Souw Beng Kong sebagai Kapitan China dalam Sejarah Hari Ini, 11 Oktober 1619
Makam Kapitan Souw Beng Kong di Jl. Pangeran Jayakarta, Jakarta. Sosok ini merupakan tokoh penting dalam kehidupan awal masyarakat China di Batavia abad 17. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 403 tahun yang lalu, 11 Oktober 1619, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen mengangkat Souw Beng Kong sebagai Kapitan China. Souw Beng Kong kemudian menjadi Kapitan China yang pertama dalam sejarah panjang Batavia.

Coen memilih pria yang akrab disapa Bencon bukan tanpa alasan. Keuletan dan kejujuran Bencon yang utama. Apalagi Bencon dianggap Coen mampu mendatangkan keuntungan besar buat Belanda. Bencon pun bertugas mengurus hajat hidup orang China di Batavia. Dari urusan pajak hingga pemakaman.

Orang China memiliki arti penting dalam tumbuh kembang penjajahan Belanda di Nusantara. Tenaga orang China telah dibutuhkan Belanda untuk membangun negeri koloni, yang juga pusat pemerintahan maskapai dagang Belanda VOC: Batavia.

Bahkan, Gubernur Jenderal VOC yang pernah menjabat dua kali (1619-1623 dan 1627-1629) itu kerap membuka pintu lebar untuk masuknya orang China, tanpa terkecuali. Ia menyakini akan kehadiran keuntungan melimpah di balik datangnya orang China. Ia pun tak jarang mengiming-imingi orang China dengan ragam hak istimewa.

Lukisan tentang aktivitas masyarakat China di Batava masa kolonial Belanda. (Wikimedia Commons)

Coen menjadikan mereka orang terpandang di Batavia. Semenjak itu, orang China berdatangan satu demi satu ke Batavia. Pun semenjak itu, orang China menjelma menjadi aktor penting yang menggerakan roda ekonomi. Keuletannya tiada dua.

Tidak seperti orang Belanda, mereka mau bekerja apa saja. Dari tukang kayu hingga pedagang. Belanda pun bergantung dengan orang China. Begitu pula sebaliknya. Kebanyakan yang datang pun merasa betah hidup di Batavia. Sebagai balasan atas kebaikan Kompeni, mereka pun rela jadi wajib pajak.

“Warga Tionghoa yang bekerja pada masa pemerintahan gubernur jenderal pertama tidak memiliki keluhan. Hal ini menunjukkan bahwa Coen sangat menghargai warganya. Dia tidak pernah memberikan toleransi kepada orang Inggris atau Belanda yang memperlakukan orang Tionghoa secara tidak adil. Coen juga tidak memandang mereka sebagai pajak yang berlebihan,” ungkap Johannes Theodorus Vermeulen dalam buku Tionghoa di Batavia dan Huru Hara 1740 (2010).

Coen pun mencoba mengatur kehidupan orang China di Batavia. Supaya teratur, pikirnya. Untuk itu, ia mengangkat seorang Kapiten China untuk mengatur segala bentuk kepentingan orang China. Orang yang dipilih nantinya diharapkan dapat amanah dalam menjalankan tugas.

Sebuah potret kehidupan masyarakat China kelas pekerja di Batavia pada masa kolonial Belanda. (Wikimedia Commons)

Pilihan itu tak sulit bagi Coen. Ia telah mengenal seorang China yang dikenal memiliki pengaruh besar. Souw Beng Kong, namanya. Coen pun memilih Bencon sebagai Kapiten China yang pertama pada 11 Oktober 1619. Tugas Bencon pun bejibun. Semuanya dijalankan dengan baik hingga akhir hayatnya.

“Untuk keperluan tersebut Jan Pieterszoon Coen pada 11 Oktober 1619 mengangkat Souw Beng Kong menjadi kapitan (kapitein) China pertama yang diangkat Belanda. Pada masa itu jumlah penduduk Tionghoa di Batavia sudah sekitar 400 orang. Souw Beng Kong juga diangkat sebagai ketua Kongkoan atau Dewan Tionghoa. Dewan ini bertugas mengatur segala kepéntingan orang China terutama dalam mengurus soal upacara pemakaman dan tempat pemakaman orang-orang China di Jakarta.”

“Mengenai soal Kongkoan ini, sejarawan dari Universitas Leiden Profesor leonard Blusse menyatakan, bahwa Kongkoan ini dipergunakan oleh pemerintah Belanda selain untuk mengurus kepentingan orang-orang China. Selain itu dewan ini juga bertugas untuk mencatat data-data orang China (semacam sensus). Dan, yang lebih penting adalah untuk keperluan menarik pajak kematian dan pemakaman,” ungkap Benny G. Setiono dalam buku Tionghoa dalam Pusaran Politik (2008).