26 Agustus 2000, Hari Terakhir Susilo Bambang Yudhoyono Menjabat Mentamben
Susilo Bambang Yudhoyono (berdiri di samping Presiden Gus Dur), saat masih menjadi menteri dalam Kabinet Persatuan Nasional. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Hari ini, 22 tahun yang lalu, 26 Agustus 2000, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengakhirinya jabatan sebagai Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben) Republik Indonesia. Keputusan Presiden Abdurrahman Wahid ada di baliknya. Pria yang akrab disapa Gus Dur itu melakukan perombakan besar-besaran untuk kabinetnya.

SBY jadi salah satu menteri yang posisinya berubah. Beberapa bulan setelahnya, Gus Dur menempatkan SBY ke posisi baru. Ia menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan. Atau biasa disingkat Menko Polsoskam.

Gus Dur banyak melakukan gebrakan ketika menjadi orang nomor satu Indonesia. Mengangkat SBY sebagai Mentamben, misalnya. Langkah Gus Dur dikenal sebagai keputusan besar pada 20 Oktober 1999. Sebab, SBY terpaksa harus meninggalkan TNI dan matranya. Ia memilih pensiun dengan pangkat Letnan Jenderal.

Namun, tiada alasan bagi SBY untuk tak menikmati posisi barunya. Sekalipun dunia pertambangan dan energi adalah dunia baru baginya. Ia pun tak lantas menyerah. Ia mencoba mempelajari segala macam seluk beluk dunia pertambangan dan energi.

Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI ke-6. (Wikimedia Commons)

Sabar dan telaten jadi kunci utama SBY belajar. Ia mencoba berjiwa besar dengan menerima segala macam tantangan sebagai Mentamben ke depan. Berjuang sebagai TNI atau menteri sama-sama menjadi sebuah kebanggaan baginya.

Keduanya dapat menjadi jalan mewujudkan mimpi Indonesia dapat bersinar di kancah dunia. Lagi pula kehadiran SBY sebagai menteri membuatnya dikenal oleh segenap khalayak luas. Alias popularitas dan elektabilitasnya meningkat karena ragam pemberitaan nasional terkait kiprah SBY sebagai menteri.

“Setelah SBY bercerita panjang lebar, saya mengatakan dan minta kepada SBY untuk bersabar, tawakal, dan berjiwa besar, bahwa mungkin itu sudah menjadi takdir Tuhan dan pasti ada hikmah di balik peristiwa pengangkatan sebagai menteri itu. Saya katakan juga, siapa tahu, dengan masuk jajaran kabinet, akan memberikan jalan yang lapang untuk menjadi presiden di kemudian hari. Djasri Marin (tokoh militer) pun memberikan nasihat yang sama agar SBY sabar dan berjiwa besar menerima jabatannya sebagai Mentamben.”

“Mendengar nasihat kami berdua, SBY mengatakan: kalau saya tidak apa-apa. Saya cukup mengerti dan paham bahwa negara membutuhkan tenaga dan pikiran saya saat ini, tapi isteri saya Ani dan mertua saya Ibu Sarwo Edhie belum bisa memahami dan mengerti. Mereka di rumah saat ini masih 'syok' mendengar berita saya menjadi Mentamben,” ungkap Yussuf Solichien M. dalam buku Against All Odds (2021).

Setahun setelahnya, Gus Dur menyadari banyak posisi menteri yang kurang tepat. SBY salah satunya. Jabatan Mentamben dirasa kurang sesuai dengan latar belakang dari SBY. Pucuk dicinta ulam tiba. Gus Dur melakukan perombakan besar-besaran kabinet yang dipimpinnya.

SBY diminta menanggalkan jabatan Mentamben pada 26 Agustus 2000. Ia diberikan jabatan baru. Jenderal yang suka seni itu diangkat sebagai Menko Polsoskam. SBY pun dengan senang hati menerima jabatan barunya. Apalagi jabatan Menko Polsoskam sesuai dengan latar belakangnya menimba ilmu di kemiliteran.

“Pada 26 Agustus 2000, Presiden melakukan pembongkaran dan penyusunan kembali kabinetnya. Posisi SBY dalam kementerian pun diubah menjadi Menko Polsoskam, menggantikan Wiranto, yang sedang tersandung masalah referendum di Timor-Timur,” tutup Garda Maeswara dalam buku Susilo Bambang Yudhoyono (2009).