JAKARTA - Karisma Presiden Soekarno tiada dua. Tindak-tanduknya sehari-hari kerap mengundang decak kagum. Apalagi ketika ia berada di lantai dansa. Banyak di antara wanita menanti giliran menari dengannya. Namun, Bung Karno tak pernah tertarik berdansa. Pun dengan musik barat pula.
Ia penggemar berat tarian lenso. Sebuah tarian pergaulan tradisional asal Ambon, Maluku. Tarian itu jadi ajian untuk berdiplomasi. Kesukaannya terhadap lenso menjadi-jadi. Ia sampai menulis lagu berirama lenso sendiri. Bersukaria, namanya.
Bung Karno pecinta tarian lenso sejati. Apapun acara ramah-tahan, tarian lenso jadi ajiannya. Bahkan, tarian itu kerap dimainkan oleh Bung Karno tiap menyambut tamu negara. Bung Besar dengan sigap meminta band yang mengiringi acara untuk memainkan lagu berirama lenso. Sebagaimana biasanya, Bung Karno maju ke lantai dansa. Ia pun mengajak tamu wanita secara bergantian ikut berlenso ria. Bak tersihir, semua hadirin --pejabat dan tamu negara apalagi-- mengikuti langkah Bung Karno. Semuanya bergembira dalam irama lenso.
Tarian lenso juga diperkenalkan oleh Bung Karno sebagai alat diplomasi. Kala bertandang ke luar negeri, misalnya. Sajian kenegaraan negara lain tak begitu dinikmati olehnya. ia tak tergerak dengan dansa ala barat. Bung Karno pun meminta izin supaya band yang dibawanya memainkan musik cha-cha sebagai ajian berlenso.
Upaya itu membawakan hasil yang cukup baik. Konon, kedekatan antara Indonesia dengan negera sahabat dapat diraih dari berlenso ria. Kesenangan Bung Karno akan lenso acap kali diingat oleh pemimpin dunia lainnya. Presiden Filipina Diosdado Macapagal, misalnya.
Ia membuat sedikit kejutan untuk Presiden Soekarno yang berkunjung ke negaranya. Tari lenso pun dipersembahkan untuk Putra Sang Fajar. Tanda penghormatan, pikirnya. Bung Karno lalu merasa disanjung. Ia bahagia bukan main.
“Di Filipina di tahun 1964, Presiden Diosdado Macapagal menyambutku di lapangan terbang. Beliau mengiringkanku ke Laurels Mansion dimana aku menginap. Di sana tinggal Tuan Laurels bekas Presiden Filipina, isterinya dan anak cucunya. Untuk lebih memeriahkan kedatanganku mereka mendatangkan Bayanihan Cultural Ensemble, suatu perkumpulan paduan suara, yang menyambutku dengan Tari Lenso sebagai tanda penghormatan.”
“Dua orang wanita muda tampil dari dalam kelompok ensemble itu dan meminta kepadaku untuk turut menari. Sukar untuk menolaknya, karena itu aku mulai menari dan GEGER! Kilat lampu! Jepretan kamera! Dan induk karangannya: Lihat Sukarno pengejar cinta mulai lagi. Aku menyukai gadis gadis yang menarik di sekelilingku, karena gadis‐gadis ini bagiku tak ubahnya seperti kembang yang sedang mekar dan aku senang memandangi kembang,” cerita Soekarno sebagaimana ditulis Cindy Adams dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2014).
Ciptakan Lagu
Kesukaan Presiden Soekarno akan lenso menjadi-jadi. Alih-alih hanya menikmati irama lenso di lantai dansa. Ia juga ingin mempopulerkan lenso di Indonesia. Kelak, Soekarno mengundang musisi kenamaan tanah air Bing Slamet dan Jack Lesmana ke Istana. Tujuannya untuk menggali irama lenso supaya dapat dinikmati luas.
Bung Karno pun ikut andil. Ia menciptakan sebuah lagu. Bersuka Ria, namanya. lagu yang digadang satu-satunya lagu yang diciptakan Bung Karno kemudian dinyanyikan oleh Rita Zahareah, Nien Lesmana, Titiek Puspa, dan Bing Slamet. Pengiringnya tak kalah mentereng. Ada Orkes Irama pimpinan Jack Lesmana.
Lagu Bersukaria lalu muncul dalam album kompilasi bertajuk Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso. Album itu dirilis secara resmi pada 14 April 1965. Bung Karno senang bukan main. Ia menyatakan persetujuan atas beredarnya album tersebut. Ia sampai membubuhkan tanda tangan cetak bertanggal 14 April 1965 di belakang album.
Lirik dari lagu dari Presiden Soekarno mampu memancing semangat untuk berlenso ria. Sekalipun lirik tak menggelegar laksana retorikanya. Bung Karno menciptakan Bersuka Ria dengan banyak memberikan nada-nada bergembira dan optimisme. Narasi itu dapat terlihat dari penggalan lirik: Siapa bilang bapak dari Blitar/ Bapak kita dari Prambanan/ Siapa bilang rakyat kita lapar/ Indonesia banyak makanan.
“Beat itu telah dapat didengar dengan nyata melalui rekaman terbaru dari orkes Irama pimpinan Jack Lesmana bersama penyanyi-penyanyi tenar seperti: Titiek Puspa, Nien, Rita Zaharah dan Bing Slamet. Dengan memperagakan sebuah karya terbaru dari Bung Karno yang boleh dikatakan galian/ciptaan Bung Karno berupa sebuah lagu yang diberi judul Bersukaria.”
“Lagu itu dapat didengar dengan nyata bagaimana beat yang dikehendaki itu. Beat asli milik Indonesia yang dapat dengan teratur mengiringi Tari Lenso Gaya Baru yang seharusnya diperluas penjebarannya, agar dapat ditarikan oleh segenap lapisan masyarakat,” tutup deskripsi di bagian belakang album Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso.