Sejarah Hari Ini 26 Juli 1950: Tentara Kerajaan Hindia Belanda, KNIL Dibubarkan Setelah 120 Tahun Berkiprah
Unit pasukan berkuda atau kavaleri Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) dalam operasi militer untuk memadamkan pemberontakan kerajaan-kerajaan di Bali Selatan pada 1906. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini di Indonesia, 26 Juli 1950 mencatat pembubaran Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL), atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut Tentara Kerajaan Hindia Belanda. Ini adalah angkatan perang kolonial Hindia Belanda, yang dibentuk pada 28 Agustus 1814 setelah kekuasaan di Nusantara dikembalikan dari VOC ke Kerajaan Belanda.

Pada awalnya KNIL adalah tentara swasta sejenis PAM Swakarsa, yang dibentuk untuk menumpas pemberontakan-pemberontakan kecil di wilayah jajahan Kerajaan Belanda. Namun 16 tahun setelahnya, Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-43, Johannes van den Bosch yang menjabat 1830-1834 mengeluarkan Algemenee Orders voor het Nederlandsch-Oost-Indische leger atau Perintah Umum untuk Tentara Hindia Belanda.

Inti dari surat perintah tersebut adalah penetapan tentara swasta bentukan Belanda itu menjadi pasukan tersendiri, resmi untuk Hindia Belanda. Posisi KNIL yang sudah diresmikan sebagai Tentara Hindia Belanda oleh surat perintah dari Van den Bosch pada 4 Desember 1830 itu, diperkuat lagi dengan keputusan dari Raja Belanda pertama, Willem I Frederik pada 1836.

Komandan Tentara Kerajaan Hindia Belanda atau KNIL, D.J. Buurman van Vreeden berpidato dalam malam pembubaran KNIL di Komisariat Tinggi Belanda di Jakarta pada 26 Juli 1950. (Arsip Nasional Republik Indonesia/ANRI)

Raja Willem I menambahkan kata Koninklijk, atau Kerajaan ke dalam Nederlandsch Oost-Indische Lager. Sehingga satuan tentara Hindia Belanda itu menjadi bagian dari angkatan perang Kerajaan Belanda, dan disebut Tentara Kerajaan Hindia Belanda.

Pemicu dari pembentukan KNIL tidak lain adalah Perang Tanah Jawa, yang merupakan perlawanan Pangeran Diponegoro pada 1825-1830.

Poster rekruitmen untuk menjadi tentara Tentara Kerajaan Hindia Belanda atau KNIL. (Wikimedia Commons)

“Pemerintah kolonial terkejut ketika Pangeran Diponegoro menyatukan kelompok penduduk yang berbeda pada tahun 1825 dan melancarkan Perang Jawa. Belanda tidak punya jawaban yang cocok untuk gerilyawan Diponegoro. Hanya ketika Jenderal De Kock membagi pasukan menjadi unit-unit yang lebih kecil dan membangun benteng di seluruh Jawa Tengah, Belanda bisa menang.”

“Akibat Perang Jawa, pada 1830 dibentuk pasukan kolonial yang merdeka, yang kemudian disebut Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL),” begitu dituliskan Letnan Kolonel W.L Plink, dalam artikel De Datum van Oprichting van het Koninklijk Nederlandsch-Indische Lager pada 26 Juli 1950.

Berisi Pasukan Bayaran Tentara Desersi

Tidak mudah mengelola KNIL, karena jarak yang jauh antara Kerajaan Belanda dan koloni Hindia Belanda. Para Gubernur Jenderal tidak pernah memakai istilah Tentara Kerajaan Hindia Belanda selama hampir seabad, karena memang pada kenyataannya status tentara ini berbeda dengan Tentara Kerajaan Belanda.

Undang-Undang Belanda melarang para wajib militer untuk ditempatkan di daerah jajahan, sehingga untuk mengisi pasukan KNIL direkrutlah tentara bayaran. Para pasukan bayaran tersebut berasal dari warga lokal, atau orang-orang Eropa berkebangsaan selain Belanda. Kebanyakan berasal dari Prancis, Jerman, Swiss, dan Belgia.

Bahkan ada pasukan yang direkrut dari Afrika, seperti Burkina Faso atau Ghana. Kalau pun ada orang Belanda, kebanyakan berasal dari para tentara yang melakukan pelanggaran atau desersi. Ketimbang dipenjara atau dipecat di Belanda, mereka diberi pilihan untuk tetap mengabdi kepada negara dengan ditempatkan di Hindia Belanda.

Tentara Kerajaan Hindia Belanda atau KNIL yang berasal dari Suku Jawa. Foto diambil di Amsterdam pada 9 Juni 1927. (Spaarnestad Photo)

“Misalkan dari tahun 1831-1872, 3.085 orang didatangkan dari Afrika Barat untuk KNIL. Maluku dan pribumi (seperti Jawa) uga merupakan bagian dari KNIL. Dari tahun 1814 hingga 1909 penampungan tentara kolonial ada di kota Harderwijk, yang menjadi tempat pertemuan para prajurit di Eropa sebelum ditempatkan di Hindia Belanda.”

“Pada tahun 1832, KNIL memiliki 640 perwira dan 21.486 tentara. Pada tahun 1882 jumlah pasukan KNIL hampir mencapai 30 ribu tentara. Pada 1930 tercatat KNIL punya 37 ribu tentara,” seperti ditulis dalam buku Echo’s van Indie karangan Kester Freiks.

Tentara Kerajaan Hindia Belanda atau KNIL secara resmi dibubarkan pada 26 Juli 1950, yang merupakan salah satu catatan sejarah hari ini di Indonesia. Pembubaran KNIL disebabkan oleh kesepakatan internasional yang dicapai pada Konferensi Meja Bundar (KMB). KMB digelar di Den Haag, Agustus-Desember 1949. Para mantan KNIL yang saat itu berkekuatan 65 ribu pasukan, sebanyak 26 ribu bergabung ke Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Sisanya memilih pensiun atau bergabung dengan Tentara Kerajaan Belanda.