Kisah Sam Ratulangi Ditampar Serdadu Jepang
Potret Soekarno dan Sam Ratulangi. (Perpusnas)

Bagikan:

JAKARTA - Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi adalah tokoh penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Perjuangannya tiada dua. Sam Ratulangi mampu memperjuangkan hajat hidup kaum bumiputra lewat gelanggang Volksraad (Dewan Rakyat).

Ia pun dikenal luas sebagai pembenci sistem kolonial sejati. Bukan benci ke orang Belanda atau Indo-Belanda. Di era penjajahan Jepang, misalnya. Sam Ratulangi sibuk memberikan bantuan ke janda-janda KNIL. Sekalipun ia harus menerima tamparan keras serdadu Jepang.

Dewi Fortuna kerap mewarnai kehidupan Sam Ratulangi. Ia jadi salah satu putra Tondano yang dapat mengakses pendidikan tinggi. Sesuatu yang tak lazim pada zamannya. Semua itu karena status kebangsawanan keluarganya.

Keberuntungan itu juga membawa Sam Ratulangi melalang buana belajar ke negeri Eropa. Dari Belanda hingga Swiss. Ia merasakan benar manfaat pendidikan. Alih-alih memanfaatkan pendidikan sebagai alat kecerdasan belaka, Sam Ratulangi justru membuat pendidikan sebagai alat melawan kolonialisme dan kebodohan.

Tindak-tanduknya yang aktif dalam organisasi mahasiswa Nusantara di Belanda, Perhimpunan Indonesia (PI) jadi bukti. PI mampu membuat kepekaan Sam Ratulangi terhadap nasib kaum bumiputra semakin menjadi-jadi.

Kisahnya di luar negeri kemudian ditutup dengan Sam Ratulangi mendapatkan gelar doktor filsafat alam bidang matematika. Ia pun pulang ke Nusantara dengan segudang rencana. Ia mulai merangkai cita-cita untuk mencerdaskan anak bangsa dan mengenalkan ide-ide kemerdekaan lewat pendidikan.

Potret Soekarno, Sam Ratulangi, Fatmawati, Mohammad Hatta, and I. P. Lumban Tobing. (Wikimedia Commons)

Nyatanya, gelanggang yang tepat baginya mengembangkan ide-ide kemerdekaan bukan pendidikan. Ia lalu mengambil kesempatan menjadi pejuang kemerdekaan koorporatif. Ia bergabung ke dalam sistem Belanda sebagai anggota Dewan Rakyat (semacam DPR era Belanda) pada 1927.

Belanda berharap Sam Ratulangi dapat banyak membantu agenda kerja penjajah Belanda. Jauh panggang dari api. Hal yang yang terjadi justru sebaliknya. Kuasa itu membuatnya bekerja melanggengkan narasi-narasi memperbaiki hajat hidup kaum bumiputra. Ia kemudian menjadi salah satu tokoh yang disegani dalam Dewan Rakyat.  

“Tetapi, perhitungan Belanda meleset. Seperti halnya M. Husni Thamrin di kemudian hari. Sam tetap tegar melancarkan aksi-aksi politiknya. Tetapi, mengingat kali ini dilancarkan lewat forum resmi yang mempunyai kewibawaan kuat, Belanda tidak dapat melakukan tindakan keras. 11 tahun lamanya Sam Ratulangi duduk di Dewan Rakyat, yang pada hakekatnya tidak disusun secara demokratis rakyat Indonesia yang merupakan 90 persen penduduk Hindia Belanda, hanya diwakili oleh lebih dari separuh anggota dewan.”

“Selebihnya terdiri dari orang-orang Belanda serta Timur Asing. Para wakil rakyat Indonesia bukannya diangkat melalui pemilihan umum, tetapi atas dasar penunjukan pemerintah jajahan. Namun, tenyata kemudian, wakil-wakil rakyat Indonesia yang maksudnya dijinakkan oleh Belanda itu, tetap melancarkan aksi-aksi politik nasionalisme yang pekat. Bahkan Sam Ratulangi dikenal sebagai pendekar yang gigih menelanjangi pemerasan penjajah atas rakyat jajahannya,” tertulis dalam laporan Majalah Dharmasena berjudul DR. GSSJ. Ratulangi: Menentang Penjajahan hingga Akhir Hayat (1986).

Kemanusiaan di Atas Segalanya

Tindak-tanduk perjuangan Sam Ratulangi membela kaum bumiputra tak mudah. Ia dianggap duri dalam daging oleh Belanda. Semuanya karena Sam Ratulangi aktif melempar kritik terhadap penjajahan. Sam Ratulangi sempat mendekam di Penjara Sukamiskin karenanya.

Ia tak kapok. Sebab, yang dibencinya Sam adalah sistem kolonialnya, bukan orang Belanda atau Indo-Belanda. Semangat itu terlihat jelas kala penjajahan Belanda tumbang dan digantikan era penjajahan Jepang pada 1942.

Sam Ratulangi justru aktif membantu keluarga Tentara Kerajaan Hindia Belanda, KNIL yang terlantar karena perang perebutan kekuasaan. Bantuan itu juga dilanggengkan kepada janda-janda KNIL. Padahal, KNIL sendiri adalah bagian dari alat kolonialisme Belanda di Nusantara.

Ia membantu tanpa mengharapkan imbalan. Nyatanya, tindakan itu membuat serdadu Jepang geram. Sam Ratulangi yang kedapatan memberikan bantuan beras kepada keluarga KNIL langsung ditindak.

Serdadu Jepang yang marah kemudian menampar wajah Sam Ratulangi. Jepang tak senang ada kaum bumiputra yang peduli dengan bagian penjajahan Belanda. Sekalipun kemudian Sam Ratulangi diminta untuk berkolaborasi dengan Pemerintahan Jepang.

 “Pada tahun 1942 Sam Ratulangi tetap tinggal di Jakarta. Ia mula-mula bersikap diam terhadap pemerintah balatentara Jepang. Ia hanya bekerja di lapangan sosial, menolong memberi nafkah keluarga-keluarga KNIL yang terlantar, seperti yang telah disebutkan di muka.”

“Ketika itu pernah terjadi suatu insiden. Seorang perwira Jepang menjadi marah melihat Sam Ratulangi membagi-bagikan beras kepada isteri-isteri pasukan KNIL. Padahal usaha meringankan beban keluarga KNIL itu telah mendapat izin dari pemerintah,” terang Masjkuri dalam buku DR. GSSJ. Ratulangi (1985).