JAKARTA - Taufik Hidayat adalah sosok olahragawan yang tiada dua. Pebulutangkis kesayangan Indonesia itu hampir menyabet seluruh gelar juara dunia. Pun kehebatannya mampu membawanya menjadi peraih emas Olimpiade di Athena pada 2004. Namun, raihan Taufik sempat dianggap menurun di tahun setelahnya. Taufik telah habis.
Nyatanya, Taufik justru terus memberikan pembuktikan. Ia mampu keluar sebagai jawara dalam turnamen bulu tangkis Indonesia Masters pertama, yang masih bernama Indonesia Open Grand Prix Gold.
Sulit melepaskan nama besar Taufik Hidayat dari peta dunia bulu tangkis Indonesia. Sosoknya menjadi idaman khalayak luas. Bahkan, kiprahnya di dunia bulu tangkis mendapatkan sambutan yang cukup meriah. Banyak orang yang kemudian bercita-cita ingin seperti Taufik Hidayat. Mereka ingin dapat mengharumkan nama bangsa lewat ajang bulu tangkis.
Semua yang dilakukan oleh taufik pun penuh proses dan tidak mudah. Ayahnya, selalu menggembleng semangat Taufik untuk berlatih sedari kecil. Didikan yang mengedepankan disiplin tinggi itu membuat Taufik berkembang. Grafiknya meningkat. Karenanya, Taufik tumbuh menjadi pebulutangkis unggulan Indonesia.
Makin hari, semangat Taufik terus bertumbuh. Targetnya makin tinggi. Ia ingin menjadi jawara dari bulu tangkis dunia. Emas Olimpiade Athena pada 2004 jadi target utamanya. Target tinggi itu buat Taufik tak henti-hentinya latihan guna memacu diri. Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Taufik mendapatkan kesempatan untuk mewakili Indonesia dalam tunggal putra bulu tangkis pada Olimpiade.
Dorongan mengharumkan nama bangsa dan negara mampu membakas nyali berjuang Taufik. Kerja kerasnya itu terbayar. Taufik Hidayat muncul sebagai Jawara. Oleh sebab itu, Taufik Hidayat jadi penyambung tradisi emas Olimpiade bagi Indonesia.
“Kejayaan Indonesia di ajang Olimpiade tersebut dimulai oleh Susy Susanti dan Alan Budikusuma yang mempersembahkan sepasang medali emas pada Olimpiade Barcelona 1992, Empat tahun berikutnya, Ricky Achmad Soebagdja/Rexy Mainaky mempertahankan tradisi hebat tersebut dengan menyabet emas pada Olimpiade Atlanta 1996.”
“Pasangan ganda putra, Candra Wijaya/Tony Gunawan juga tidak mau kalah. Dùet ini mampu mempersembahkan emas bagi Indonesia pada Olimpiade Sydney 2000. Pemain flamboyan, Taufik Hidayat, menambahi panjang deret kesuksesan Indonesia dengan meraih medali emas pada Olimpiade Athena 2004,” ungkap Justian Suhandinata dan Broto Happy Wondomisnowo dalam buku Tangkas: 67 Tahun Berkomitmen Mencetak Jawara Bulu Tangkis (2018).
Khalayak menganggap semangat juang daripada Taufik Hidayat mulai menurun. Apalagi, setelah meraih medali emas Olimpiade Taufik tak banyak mendapatkan mewarnainya dengan kemenangan. Namun, Taufik justru membungkam kritikan itu.
Taufik muncul kembali sebagai jawara dengan menjadi pemenang dalam duel final Bank Kaltim Indonesia Open Grandprix Gold Badminton Championship (Kini: Indonesia Masters) yang baru diselenggarakan pertama kali pada 2010.
Ia menang pada babak final melawan sesama pebulutangkis Indonesia, Dionysius Hayom Rumbaka di GOR Bulutangkis Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur pada Minggu 17 Oktober 2010. Taufik Hidayat memenangi laga final dengan tiga gim 26-28, 21-17, dan 21-14.