Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 82 tahun yang lalu, 13 Mei 1940, pemimpin tertinggi Belanda, Ratu Wilhelmina melarikan diri ke London, Inggris. Pelariannya dilangsungkan karena Nazi Jerman tengah mengobrak-abrik Belanda.

Keinginan Adolf Hitler mengepung Prancis dengan menjinaknya Belanda terlebih dahulu jadi muaranya. Ratu Wilhelmina dan sederet pejabat tinggi Belanda bergerak cepat. Mereka mendirikan pemerintahan darurat di London. Di dalamnya, seorang kaum bumiputra Raden Adipati Suyono dijadikan Menteri Negera.

Aksi Nazi Jerman dalam Perang Dunia II acap kali jadi sorotan. Dalam penyerbuan Jerman ke Belanda, misalnya. Nazi Jerman paham benar jika Belanda adalah wilayah yang netral. Namun, atas nama strategi perang Jerman menerobosnya. Hitler yakin benar jika Belanda ditaklukkan niatannya menaklukkan Prancis akan selangkah menjadi kenyataan.

Segala daya upaya pun digerakan oleh Hitler. Persenjataan yang lengkap dan stategi penyerbuan yang matang didaulat sebagai ajian. Pun di mata Hitler, Belanda bukan lawan yang sepadan. Alias dari statistik armada perang, Belanda berada di bawah Jerman. Bahkan, terlampau jauh untuk unggul.

Pasukan Nazi Jerman saat memasuki ibu kota Belanda, Amsterdam pada 1940. (Wikimedia Commons/Bundesarchiv Bild)

Sesuai perencanaan, Jerman mulai menyerbu Belanda pada 10 Mei 1940 dini hari. Desing suara peluru dan kendaraan perang mengiringi penyerangan tersebut. Penyerbuan itu membuat nyali segenap elite Pemerintahan Belanda ciut. Tapi serangan Jerman tak membuat Pemerintahan Belanda kehilangan kehormatannya.

Mereka terus memberikan suntikan semangat kepada mereka yang ikut berperang. Upaya itu belakangan terasa sia-sia belaka. Tiga hari setelahnya, sederet elite Pemerintahan Belanda, termasuk Ratu Wilhelmina telah mencium aroma kekalahan. Sebagai reaksi, mereka kemudian memilih untuk segera melarikan diri ke London, Inggris. Dibanding mati konyol.

“Sebelum Jerman menduduki seluruh negeri Belanda, pada 13 mei 1940, Ratu Belanda Wilhelmina melarikan diri ke Inggris dan membentuk pemerintahan di pengasingan di Kota London. Jonkheer Dirk Jan de Geer selaku perdana menteri ternyata berpikiran untuk menyerah kepada Jerman sehingga menimbulkan kegamangan dalam kalangan pemerintahan pengasingan.”

“Dan, karena Ratu Wilhelmina sangat bersemangat melawan fasisme, De Geer yang bersimpati kepada Jerman dipaksa mundur dan diganti.  Pengganti adalah menteri kehakiman dari Partai Anti Revolusioner P.S. Gerbrandy,” ungkap Rushdy Hoesein dalam buku Terobosan Sukarno dalam Perundingan Linggarjati (2010).

Pemimpin Nazi Jerman, Adolf Hitler dan Penguasa Italia, Benito Mussolini. (Wikimedia Commons)

Bagi Belanda, upaya melarikan diri dianggap sebagai siasat. Mereka beranggapan kedaulatan Belanda ada pada Ratu Wilhelmina. Karenanya, Negeri Kincir Angin disinyalir tetap eksis. Rasa percaya diri itu diperlihatkan oleh Ratu Wilhelmina dengan membentuk kabinet pemerintahan darurat di London. Lengkap dengan susunan menterinya pula.

Jika dicermati, ada nama kaum bumiputra Raden Adipati Suyono yang mengemban tugas sebagai Menteri Negara. Kehadiran kaum bumiputra dalam susunan kabinet diyakini karena ada pengaruh dari Amerika Serikat. Meski begitu, Jerman menganggap upaya membentuk kabinet adalah langkah yang keliru. Apalagi, sehari setelah Wilhelmina kabur, Jerman secara paripurna menduduki Belanda.  

“Ratu Wilhelmina beserta seluruh anggota pemerintahan Belanda berhasil meloloskan diri ke Inggris dan mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di London, di bawah pimpinan Perdana Menteri Gerbrandy. Sebuah dewan, penasihat juga dibentuk mendampingi kabinet Gerbrandy. Dalam Kabinet Gerbrandy, duduk seorang Indonesia. Raden Suyono, sebagai Menteri Negara, dan van Mook sebagai Menteri Urusan Daerah Jajahan. Ketika van Mook diangkat secara definitif sebagai Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, jabatannya sebagai menteri digantikan oleh Prof. Logemann.”

“Raden Adipati Suyono adalah mantan bupati yang pernah menjabat sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat) dan mantan anggota Komisi Visman. Ia merupakan orang Indonesia pertama dan terakhir yang menjabat sebagai menteri dalam sebuah kabinet Belanda. Perdana Menteri Gerbrandy menyebut Suyono sebagai putera rakyat Indonesia." Tetapi, pengangkatan Suyono tidak lepas dari upaya Belanda merespon kritik Amerika Serikat yang sangat heran melihat Belanda selalu menekan Indonesia,” ungkap M. Adnan Amal dalam buku Kepulauan Rempah-Rempah (2016).

Pelarian Ratu Belanda, Wilhelmina ke London menjadi catatan sejarah hari ini, 13 Mei 1940.