Bagikan:

JAKARTA – Salah satu peristiwa penting sejarah politik dunia pada 30 April 1945 adalah kematian diktator Jerman, Adolf Hitler. Der Fuhrer atau Sang Pemimpin dinyatakan meninggal karena bunuh diri di dalam bunkernya di Berlin, tempat dia bersembunyi dari kejaran Pasukan Sekutu.

Hitler lahir di Braunau am Inn, Austria pada 20 April 1889. Karier politiknya mencuat setelah menjadi pemimpin Partai Buruh Sosialis Nasional Jerman (NAZI) pada 1921. Tahun 1933 kekuasaan Hitler semakin menjadi-jadi setelah terpilih sebagai Kanselir Jerman.

Adolf Hitler (duduk paling kanan) saat menjadi pasukan infanteri resimen cadangan Bavaria 1914-1918. (Wikipedia/Bundesarchiv Bild/Hoffmann Phototheque)

Hitler berubah menjadi diktator setelah menerapkan ideologi Fuhrerprinzip atau Prinsip Pemimpin pada 2 Agustus 1934. Fuhrerprinzip ini dipahami secara ringkas dengan “firman Pemimpin di atas segala hukum tertulis”. Itulah yang menyebabkan kekuasan Hitler menjadi tak terbatas.

“Fuhrer menyatukan dalam dirinya semua otoritas kedaulatan negara. Semua otoritas publik dalam negara maupun gerakan hanya berasal dari Fuhrer atau Sang Pemimpin,” begitu tertulis dalam artikel Means Used by The NAZI Conspiractors in Gaining Control of the German State dari Florida Center for Instructional Technology 2005.

Keruntuhan NAZI

Tindakan Adolf Hitler menginvasi Polandia pada 1 September 1939, menjadi pemicu pecahnya Perang Dunia II di Eropa. Selama hampir enam tahun dia merajalela dengan operasi militer ke berbagai negara di Eropa, demi mimpi mewujudkan Jerman Raya.

Tanda-tanda kekalahan Jerman mulai tampak pada 1943. Bayangan kekalahan itu dimulai dengan penaklukkan pasukan Jerman dalam pertempuran di Stalingrad, Rusia pada Februari 1943. Kekalahan tersebut melenyapkan harapan Jerman untuk menguasai Rusia.

Berita kematian Adolf Hitler menjadi berita utama di Koran News Chronicle, Inggris. (The Guardian)

Pada Juni 1944 pasukan Sekutu mendarat di Normandia, Prancis dan berhasil memukul mundur Jerman. Juli 1944, beberapa komandan pasukan Jerman menyerah dan bersedia bekerjasama dengan Sekutu untuk menyingkirkan Hitler dari tampuk kekuasaan.

Namun pengkhianatan itu gagal total. Justru sebaliknya Hitler mengamuk, marah besar. Dia membalas tindakan pengkhianatan tersebut dengan mengeksekusi 4000 bekas anak buahnya yang dianggap membelot.

Sembunyi di Bunker

Pada Januari 1945, Jerman semakin di ambang kekalahan dalam Perang Dunia II. Hal itu ditandai dengan pengepungan Berlin oleh pasukan Rusia. Hitler yang sudah terpojok dan tidak punya ruang untuk lari lantas bersembunyi di bunker.

Bunker tersebut terletak di bawah Istana Kanselir di Berlin, dengan kedalaman 16 meter. Dari persembunyiannya, Hitler terus mengobarkan semangat pasukan Jerman untuk melawan Sekutu hingga titik darah penghabisan.

“Separah apapun krisis yang kita alami saat ini, kita akan bebas karena tekad kuat yang tidak dapat diubah,” kata Hitler, seperti dikisahkan dalam dokumenter The Dark Charisma of Adolf Hitler produksi BBC.

Adolf Hitler dan kekasihnya, Eva Braun, yang dinikahi hanya sehari sebelum mereka bunuh diri pada 30 April 1945. (Wikipedia/Bundesarchiv Bild)

Bunker persembunyian Hitler digambarkan memiliki 18 kamar. Bunker itu juga dilengkapi fasilitas air dan listrik mandiri. Di saat-saat akhir kekuasaannya, Hitler terus berkoordinasi dengan para bawahan untuk menentukan nasib Jerman. Bahkan Hitler masih sempat menikahi kekasihnya, Eva Braun.

Keputusan terakhir yang diambil Hitler menjelang ajalnya adalah mengangkat Admiral Karl Doenitz sebagai Kepala Negara (Presiden) dan Josef Goebbels sebagai Kanselir. Hitler lantas mengundurkan diri sebagai Penguasa Jerman, dan memutuskan bunuh diri bersama Braun yang baru sehari dia nikahi.

Jenazah Hitler dan Braun buru-buru dikremasi di Istana Kanselir Jerman sebelum pasukan Rusia tiba. Abu jenazah Hitler lantas dipindah-pindah ke berbagai tempat guna mencegah para pengikut setianya membangun monumen di peristirahatan terakhirnya.  

Delapan hari setelah Adolf Hitler meninggal, Jerman secara resmi menyerah kepada Sekutu yaitu 8 Mei 1945. Hitler gagal mewujudkan Jerman Raya, sebaliknya Sekutu justru memecahnya menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur. Itulah penggalan peristiwa penting dalam sejarah politik dunia, kematian Hitler pada 30 April 1945.