JAKARTA - Pemimpin Nazi yang dikenal sangat kejam dan berdarah dingin, Adolf Hitler, sempat memiliki orang kepercayaan. Ia bernama Hermann Göring, kelahiran Jerman, 12 Januari 1893.
Hermann berkarier di dunia militer dan menerima komisinya pada 1912. Ia bertugas untuk melayani Jerman sebagai pilot selama Perang Dunia I. Setelah perang, Hermann bekerja sebagai pilot komersial di Denmark dan Swedia di mana dia bertemu dengan Carin von Kantzow, yang menceraikan suaminya dan memilih menikah dengan Hermann pada Februari 1923.
Dikutip dari Biography, Minggu, 12 Januari, Hermann bertemu Adolf dua tahun sebelumnya, tepatnya pada 1921. Ia lalu bergabung dengan Partai Nazi pada akhir 1922. Sebagai mantan perwira, ia diberi komando untuk Pasukan Badai Hitler (SA) oleh Hitler. Hermann mengambil bagian dalam gerakan Beer Hall Putsch yang gagal pada November 1923, di mana Adolf mencoba merebut kekuasaan sebelum waktunya.
Hermann terluka parah di pangkal paha dan berhasil melarikan diri bersama istrinya ke Austria. Karena diberi morfin untuk menghilangkan rasa sakit luka-lukanya, Hermann menjadi sangat kecanduan sehingga dua kali menjalani perawatan pada 1925-1926 di rumah sakit jiwa Långbro, Swedia.
Pada 1927, Hermann kembali ke Jerman dan berkat sikap loyalnya kepada Adolf, tidak memakan waktu yang lama untuk mendapatkan posisi strategis di Partai Nazi. Hermann menghabiskan lima tahun berikutnya bekerja tanpa lelah mengenalkan sosok Adolf dan Nazisme.
Hermann kerap menghubungi perwira militer, pebisnis, dan tokoh konservatif kuat lainnya untuk meminta dukungan mereka terhadap Nazi. Usaha Hermann berperan penting bagi Partai Nazi untuk memenangkan kursi terbanyak selama pemilihan 1932 dan Hermann berhasil menjadi presiden Reichstag atau parlemen Jerman.
Selanjutnya, Hermann menggunakan posisinya yang kuat untuk mengamankan Adolf atas gelar Kanselir (pemimpin de-facto Jerman). Saat itulah Adolf mampu mengambil alih kekuasaan dan mengatur periode terbesar atas penderitaan dan kehancuran sejarah manusia.
Adolf mengizinkan Hermann untuk menciptakan Gestapo atau polisi politik rahasia dan mendirikan kamp konsentrasi untuk memenjarakan lawan politik Nazi. Organisasi brutal ini juga memainkan peran sentral dalam Holocaust dengan mengumpulkan orang-orang Yahudi di seluruh Eropa. Dengan pecahnya Perang Dunia II pada 1939, Adolf bahkan menyebut Hermann sebagai suksesornya.
Kecanduan Hermann terhadap morfin membuatnya mengalami perubahan suasana hati yang parah dan membuat berat badannya naik secara drastis. Sosoknya sebagai pahlawan perang yang gagah, berubah menjadi pria gemuk sasaran empuk ejekan.
BACA JUGA:
Kegagalan Hermann Göring dan Kekecewaan Adolf Hitler
Anehnya, posisi Hermann di Partai Nazi juga membantu menyelamatkan beberapa nyawa orang Yahudi. Adiknya, Albert adalah seorang anti-Nazi yang selalu berusaha mendapatkan visa dan paspor untuk teman-teman Yahudi-nya sejak pertama kali melihat peringatan pada 1930-an.
Mengambil keuntungan dari posisi saudaranya dan kasih sayang persaudaraan, Albert kerap pergi mengunjungi Hermann di Berlin untuk mencari bantuan atas nama seorang teman Yahudi atau tahanan politik.
Terlepas Gestapo yang semakin besar, Albert tetap aman di bawah perlindungan saudara lelakinya hingga 1944, ketika akhirnya Hermann mengingatkannya bahwa hal tersebut bantuan terakhir yang dapat ia lakukan.
“Saudara lelaki saya memberi tahu saya bahwa itulah saat terakhirnya dapat membantu saya dan mengirim saya dalam sebuah pelarian," ujar Albert.
Cinta Hermann untuk saudaranya menunjukkan rasa kemanusiaan kepada seseorang yang sangat ingin menghancurkan jutaan nyawa tak berdosa. Namun karier cemerlang Hermann tiba-tiba redup pada 1940. Sebagai kepala Luftwaffe, Ia bertanggung jawab atas serangan udara besar-besaran terhadap musuh yang masih berdiri melawan Jerman di Eropa yaitu Inggris. Namun, ketika Angkatan Udara Kerajaan Inggris berhasil mengalahkan Jerman, Hermann menanggung beban kesalahan yang besar.
Keadaan makin memburuk karena nasib Jerman terus terpuruk dalam lima tahun. Pada 1943, Tim Luftwaffe gagal dalam misinya menghancurkan Rusia dan melindungi Jerman dari Sekutu. Keadaan juga tidak semakin membaik karena Hermann kecanduan obat-obatan, membuat kesehatan mental dan fisiknya terus menurun.
Meski demikian, Adolf masih memercayai Hermann meski akhirnya kepercayaan itu disalahgunakan Hermann untuk terus mengonsumsi narkoba. Pada 1945, Adolf tidak mampu lagi memberi kemurahan hati kepada Hermann. Ketika Adolf mengumumkan dirinya akan tinggal di bunker Berlin-nya sampai perang berakhir, Hermann yang kala itu mengalami delusi justru salah kaprah. Ia berasumsi, Adolf menyerahkan kepemimpinan kepadanya.
Ketika Hermann menuntut untuk dipilih sebagai pemimpin baru Jerman, Partai Nazi menanggapinya dengan mengambil semua posnya dan menangkapnya. Tidak lama kemudian, pada 9 Mei 1945, ia ditangkap pasukan sekutu.
Hermann kemudian dipaksa untuk melakukan detoksifikasi dari morfin dan diadili atas kejahatannya. Ia dinyatakan bersalah atas persekongkolan untuk berperang, kejahatan terhadap perdamaian, kejahatan perang, dan kejahatan kemanusiaan. Akibat kejahatan-kejahatannya tersebut, Hermann dijatuhi hukuman mati. Namun dua jam sebelum dieksekusi, tepatnya pada 15 Oktober 1946, ia bunuh diri dengan menelan kapsul sianida yang ia selundupkan ke selnya.