JAKARTA- Sejarah olahraga dunia hari ini, 27 April 1956 ditandai dengan pengunduran diri juara tinju dunia kelas berat, Rocky Marciano. Petinju yang yang diberi julukan The Brockton Blockbuster itu pensiun saat berada di puncak karier, dalam usia 32 tahun.
Marciano adalah satu-satunya juara dunia tinju kelas berat yang tak terkalahkan hingga gantung sarung tinju. Rekor bertandingnya sampai pensiun 49-0-0 (43 KO).
Lahir di Brockton, Massachusetts pada 1 September 1923, Marciano berasal dari keluarga kelas pekerja imigran Italia. Nama aslinya Rocco Francis Marchegiano. Sang ayah bernama Pierino Marchegiano dan ibunya Pasqualina Picciuto. Marciano punya dua saudara laki-laki bernama Louis dan Peter, serta tiga saudara perempuan: Alice, Concetta, dan Elizabeth.
Dunia olahraga sudah digeluti Marciano sejak dia bersekolah di Brockton High School. Seperti kebanyakan orang Amerika, bisbol dan American football adalah olahraga favoritnya. Marciano sempat masuk tim bisbol sekolah, namun kegemarannya itu putus di tengah jalan karena dia drop out setelah menyelesaikan kelas 10.
Marciano lantas bekerja serabutan, mulai jadi kuli bangungan hingga sopir. Satu hal yang tidak pernah dia tinggalkan adalah olahraga. Marciano tetap berlatih sendiri, menjaga kebugaran dengan memukul-mukul karung pasir, aktivitas yang sudah dia lakukan sejak masih belia. Dari situlah kecintaannya terhadap tinju bermula.
Masuk Tentara
Bakat tinju Marciano mulai terasah sejak dia masuk tentara. Pada 1943, Marciano mendaftar menjadi prajurit angkatan darat Amerika Serikat untuk menjalani wajib militer selama dua tahun. Saat Perang Dunia II, dia ditempatkan di Swansea, Wales di bagian logistik.
Setelah Perang Dunia II usai, Marciano ditarik pulang dari Wales dan menempati pos di Fort Lewis, Washington pada Maret 1946. Sebelum masa tugasnya usai, Marciano sempat mengikuti sebuah turnamen tinju amatir antartentara, dan menang.
Namun tinju amatir tidak menarik perhatian Marciano. Selepas tentara dan menganggur, dia terjun ke tinju profesional. Debutnya sebagai petinju pro dilakukan di Holyoke, Massachusetts pada 17 Maret 1947. Marciano menang KO ronde 3 atas petinju lokal, Lee Epperson.
“Rocky adalah pria Italia yang datang dari keluarga miskin, dan dia menghargai uang lebih dari siapapun. Dia baru mendapatkan bayaran yang sedikit, dan itu membuatnya seperti harimau yang mencicipi darah,” ujar Armand Weill, manajer Marciano seperti dikutip The New York Sun.
Marciano mulai serius menjalani profesi sebagai petinju mulai 12 Juli 1948, ketika menang KO ronde 1 atas Harry Bilazarian. Setelah pertarungan tersebut, dia tidak lagi ikut-ikutan bertanding di turnamen tinju amatir seperti setahun sebelumnya.
Rocky Marciano memenangi 16 pertarungan awal di tinju profesional, semuanya KO di bawah ronde 5. Kemenangan KO-nya baru berhenti dalam laga ke-17, ketika Don Mogard mampu memaksa Marciano hanya menang angka dalam laga 10 ronde di Providence, Rhode Island pada 23 Mei 1949. Setelah itu, dia kembali mencetak kemenangan-kemenangan KO.
“Mengapa harus berlama-lama hadapan lawan selama 10 ronde, jika kita bisa menghabisinya hanya dalam satu ronde?” kata Marciano, dalam artikel Rocky Marciano: The Blockbuster from Brockton yang ditulis Ed Fitzgerald pada Januari 1953.
Jenjang Juara Dunia
Rocky Marciano memasuki jenjang kejuaraan dunia pada usia 29 tahun, ketika dia menghadapi sang juara Jersey Joe Walcott di Philadelphia, Pennsylvania pada 23 September 1952. Ketika itu, organisasi tinju profesional belum seperti sekarang. Satu-satunya organisasi tinju profesional di Amerika Serikat, National Boxing Association (NBA) yang menjadi cikal bakal World Boxing Association (WBA), memberikan gelar juara dunia bagi pemegang sabuk juara.
Marciano yang masih dalam puncak karier menumbangkan Walcott yang mulai uzur dalam usia 38 tahun, lewat kemenangan KO ronde 13 dari 15 yang dijadwalkan. Marciano mempertahankan gelar tersebut sebanyak enam kali, termasuk duel ulang melawan Walcott di Chicago pada 15 Mei 1953 yang berakhir hanya satu ronde.
“Apa yang lebih baik dari dikenal semua orang sebagai juara dunia kelas berat, saat kita berjalan-jalan di banyak kota di mana pun?” kata Marciano, seperti ditulis Thomas Hauser dalam artikel Remembering the Brockton Blockbuster di The New York Sun pada 14 September 2005.
Laga terakhir Marciano digelar di Yankee Stadium, New York pada 21 September 1955. Dia menghadapi mantan juara dunia kelas berat ringan yang juga mulai uzur, Archie Moore. Dalam duel tersebut Marciano menang KO ronde 9 dari 15 yang dijadwalkan.
Tujuh bulan setelah mengalahkan Moore, Marciano mengumumkan pensiun dari ring tinju pada 27 April 1956.
“Saya tidak ingin diingat orang sebagai juara yang pernah dikalahkan,” kata Marciano tentang motivasinya pensiun dini.
Setelah pensiun, Marciano menyibukkan diri dengan aktivitas sebagai komentator tinju di televisi. Bersama beberapa rekan, dia juga mendirikan usaha waralaba restoran Papa Luigi Spaghetti Dens. Marciano sempat dikabarkan hendak comeback pada 1959, namun dia menegaskan kalau itu hanya rumor.
“Saya sudah nyaman di masa pensiun dan tidak takut akan masa depan. Kecuali dalam kondisi yang benar-benar darurat, publik tak akan pernah melihat Rocky Marciano kembali bertinju,” kata Marciano seperti dikutip The New York Times.
Marciano meninggal dalam kecelakaan pesawat ringan Cessna 172 di Newton, Iowa pada 31 Agustus 1969. Jenazahnya dimakamkan di Forest Lawn Memorial Cemetery, Fort Lauderdale, Florida. Dari pernikahannya dengan Barbara, sang juara tinju dunia kelas berat tak terkalahkan itu dikarunia sepasang anak: Marry Anne dan Rocco Kevin.
Itulah kisah Rocky Marciano, atlet hebat yang menjadi bagian dari sejarah olahraga dunia.