Bagikan:

JAKARTA - Menurut hipotesis umpan balik wajah, cara wajah bergerak dapat memengaruhi perasaan. Ekspresi wajah tidak hanya mengekspresikan emosi, tetapi juga memberikan umpan balik ke otak, yang memengaruhi emosi.

Kolaborasi global baru yang dipimpin oleh para peneliti di Universitas Stanford telah menunjukkan bahwa senyum palsu atau yang dibuat-buat pun dapat membuat orang merasa lebih bahagia. Penelitian ini dipublikasikan di Nature Human Behavior.

Menurut penulis utama penelitian tersebut, Dr. Nicholas Coles, seorang ilmuwan peneliti di Universitas Stanford. Ada dua teori di balik mengapa senyum palsu dapat membantu membuat seseorang lebih bahagia.

Dalam sebuah wawancara yang dilansir Medical News Today pada Rabu, 20 November, Dr. Coles menjelaskan:

“Pandangan klasik adalah bahwa umpan balik wajah mengaktifkan ‘saklar’ bawaan biologis (misalnya di otak) yang menyebabkan respons emosional seluruh tubuh. Namun, ide ini kontroversial.”

Dia juga menguraikan pandangan yang kurang kontroversial “[…] bahwa umpan balik sensorimotor dari wajah hanyalah isyarat yang digunakan otak untuk memahami perasaan. Umpan balik sensorimotor dari senyuman adalah isyarat yang memberi tahu kita bahwa kita merasa baik, dan umpan balik sensorimotor dari cemberut adalah isyarat yang memberi tahu kita bahwa kita merasa buruk.”

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa wajah bagian bawah memiliki efek yang lebih signifikan terhadap emosi, tetapi Dr. Coles mengatakan ini mungkin tidak sepenuhnya benar karena “Ekspresi wajah emosi sering kali mengaktifkan otot-otot di kedua bagian wajah. Misalnya, dalam senyum yang autentik, sering kali ada peregangan bibir dan kerutan mata.

Selain itu, dalam penelitian para peserta juga melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi saat melihat gambar positif dan setelah berpose dengan ekspresi bahagia. Profesor Olga Stavrova, profesor madya di Tilburg University, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, berbagi pemikirannya di Twitter, menyebut penelitian ini "sangat menarik".

Dia mengatakan bahwa peningkatan tingkat kebahagiaan yang dilaporkan peserta setelah melihat wajah tersenyum dibandingkan wajah netral mungkin disebabkan oleh "penularan emosi" di mana orang cenderung menyelaraskan keadaan emosi mereka dengan orang-orang di sekitar.

Sebagai kesimpulan, studi ini menunjukkan bahwa "umpan balik wajah adalah salah satu dari banyak komponen sistem saraf tepi yang berkontribusi pada pengalaman emosional."

Tetapi apakah studi ini berarti tersenyum di cermin setiap pagi dapat mengatasi tekanan, dan dapatkah efek kecil ini terakumulasi dan memengaruhi kesejahteraan seiring berjalannya waktu? Saat ini, belum ada cukup penelitian untuk sepenuhnya memahami apakah umpan balik wajah dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan mental.