Bagikan:

JAKARTA - FOMO atau Fear of Missing Out merupakan sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya.

Secara umum, FOMO menyebabkan seseorang berasumsi kalau dirinya memiliki peringkat sosial yang rendah. Keyakinan ini akhirnya menimbulkan kecemasan dan perasaan rendah diri. Terlebih lagi, FOMO sangat umum terjadi pada usia 18 hingga 33 tahun. Faktanya, sebuah survei menemukan bahwa sekitar dua pertiga orang dalam kelompok usia ini mengaku sering mengalami FOMO.

Mengapa Orang Mengalami FOMO

Secara historis, seseorang selalu mengkhawatirkan posisinya dalam masyarakat. Namun dengan munculnya media sosial, FOMO menjadi isu yang lebih besar, terutama bagi anak remaja yang selalu menghabiskan waktunya untuk online. 

Sementara itu, penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengalami FOMO lebih cenderung menghargai media sosial. Faktanya, beberapa psikolog bahkan berpendapat bahwa rasa takut ketinggalan adalah alasan yang membuat platform media sosial begitu sukses. Misalnya, mereka mengklaim bahwa FOMO mendorong orang untuk menggunakan teknologi agar orang lain mengetahui tidak hanya apa yang mereka lakukan tetapi juga betapa menyenangkan mereka melakukannya.

Namun hal ini seharusnya tidak mengherankan. Sangat mudah bagi remaja mendefinisikan kehidupan mereka berdasarkan apa yang mereka lihat secara online. Faktanya, menonton, mengkritik, dan menyukai setiap gerakan yang dilakukan orang lain secara online adalah hal yang membuat mereka terus-menerus mengukur kehidupan berdasarkan postingan tersebut.

Dampak FOMO pada Anak Remaja

Jika Anda bertanya kepada remaja apakah mereka mengalami kecemasan media sosial, sebagian besar akan menjawab tidak. Namun yang tidak disadari yaitu jika mereka stres atau khawatir dengan apa yang dilihat online, besar kemungkinan anak mengalami FOMO.

Kekhawatiran berlebih terhadap apa yang dilakukan orang lain hanya menyebabkan remaja semakin kehilangan kehidupannya sendiri. Faktanya, FOMO menyebabkan perhatian orang terfokus ke luar, bukan ke dalam. Sehingga lambat laun dapat menyebabkan anak kehilangan identitas dan berjuang melawan rasa percaya diri yang rendah.

Sebuah studi menemukan bahwa semakin banyak orang menggunakan Facebook, semakin buruk perasaan mereka dari menit ke menit. Rasa kepuasan mereka secara keseluruhan semakin buruk karena mereka merasa perlu untuk selalu terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain. Sementara itu, penelitian lain menemukan bahwa sepertiga orang merasa lebih buruk saat menggunakan Facebook, terutama jika mereka melihat foto liburan orang lain.

Sementara itu, Survei Stres dan Kesejahteraan Nasional di Australia menemukan bahwa 60 persen remaja mengatakan mereka merasa khawatir ketika mengetahui teman bersenang-senang tanpa mereka. Dan 51 persen mengatakan mereka merasa cemas jika tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan temannya. Terlebih lagi, para peneliti mengatakan bahwa terdapat korelasi yang sangat nyata antara jumlah jam yang dihabiskan untuk online dengan tingkat stres dan depresi yang lebih tinggi.

Konsekuensi lain dari FOMO adalah gangguan belajar. Misalnya, remaja dengan tingkat FOMO yang tinggi lebih cenderung memeriksa media sosial mereka selama kelas berlangsung atau di saat menghabiskan waktu bersama keluarga.

Tips Mengatasi FOMO

Salah satu cara mengatasi FOMO pasa anak remaja yakni dengan mempraktikkan apa yang disebut reframing, atau latihan mental yang dirancang membantu anak melihat situasi secara berbeda. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan, melansir Very Well Parenting, Selasa, 25 Juni.

Lacak Pikiran Negatif

Satu hal yang dapat dilakukan remaja mengatasi FOMO yaitu dengan mencatat pikiran dan perasaan negatif dalam jurnal. Hal ini memungkinkan mereka mengamati seberapa sering merasa negatif terhadap diri sendiri atau kehidupan mereka.

Lalu, ajak serta orang tua menganalisis jurnal tersebut guna menentukan apakah ada pola negatif. Dan apa yang perlu diubah agar bisa merasa lebih baik tentang diri sendiri dan kehidupan yang dijalani.

Pilih Pikiran Positif

Melacak pikiran negatif juga memungkinkan remaja mengenali kata dan frasa negatif yang mereka ulangi pada diri mereka sendiri. Kemudian, ketika mendapati diri mengatakan sesuatu yang negatif kepada diri sendiri, coba alihkan pikiran mengganti kata-kata negatif tersebut dengan sesuatu yang positif.

Jadwalkan Masa Rehat dari Gadget

Terlepas dari gadget merupakan obat alami mengatasi FOMO. Alihkan waktu bermain gadget dengan melakukan hal lain seperti membaca buku, jalan-jalan bersama keluarga atau teman, melakukan hobi, atau membuat kue. Yang jelas kegiatan tersebut tidak berkaitan dengan gadget.

Latih Mindfulness 

Mindfulness merupakan latihan fokus secara intens pada apa pun yang dilakukan saat ini. Selain meditasi, praktik mindfulness juga bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki di halaman atau di hutan. Intinya agar membuat remaja fokus sepenuhnya pada apa yang mereka lakukan saat ini.