JAKARTA - Depresi bisa menyerang siapa saja. Gangguan kesehatan mental ini bisa terjadi pada anak, remaja, hingga orang dewasa. Sebuah studi yang disadur dari Child Mind Institute, Senin, 25 Oktober, menunjukkan bahwa dalam beberapa dekade terakhir ini, depresi di kalangan remaja dan dewasa muda lebih sering terjadi. Seiring dengan itu, penggunaan media sosial pun terus meningkat. Lantas, bagaimana media sosial bisa menyebabkan depresi pada anak dan remaja?
Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial cepat atau lambat akan merasa terasing dari dunia luar, pun dengan anak-anak yang sudah sering dikucilkan, akan lebih banyak menggunakan media sosial sebagai wadah melarikan diri. Akhirnya, anak jadi enggan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Kurangnya aktivitas sosial dapat menyebabkan anak rentan alami depresi.
Teori lain membuktikan bahwa media sosial juga membuat anak kehilangan rasa percaya dan menghargai diri sendiri. Beredarnya potret standar kecantikan di media sosial memungkinkan anak remaja, khususnya perempuan, memandang rendah diri sendiri. Memiliki gambaran negatif tentang diri dapat menyebabkan depresi.
BACA JUGA:
Tidak hanya itu, jika anak terlalu sering dibiarkan menggunakan media sosial, bisa jadi mereka kehilangan minat melakukan hobi atau berolahraga. Kewajiban tugas sekolah pun bisa terabaikan. Buruknya manajemen waktu dalam bersosial media meningkatkan stres pada anak.
Untuk itu, penting bagi orang tua melakukan pembatasan penggunaan media sosial di dawai anak dan membantu mereka mengembangkan kebiasaan sehat. Anda dapat meminta anak menonaktifkan notifikasi agar tak terdistraksi, menghabiskan banyak waktu melakukan aktivitas offline yang nyaman bagi anak, dan menyimpan dawai sebelum tidur. Sebagai orang tua, Anda juga wajib memberi contoh baik pada anak dengan bijak bersosial media.