Klaim Ahli: Orang Tua <i>Over</i> Protektif dapat Memicu Anak Berkata Bohong
Ilustrasi ibu memeluk anak menangis (Unsplash/Jordan Whitt)

Bagikan:

JAKARTA – Gaya pengasuhan orang tua berpengaruh besar pada karakter anak nantinya. Berdasarkan klaim ahli pada tahun 2016, gaya asuh orang tua yang over protektif justru tidak mendapatkan hasil yang baik.

Sebuah studi meneliti tentang gaya pengasuhan anak yang ketat oleh orang tua dalam kurun kelahiran 1940-an. Mengontrol dan mengatur apapun yang harus serta tidak boleh dilakukan oleh anak ternyata menyebabkan kerusakan psikologis seumur hidup.

Melansir Independent pada Rabu, 24 Februari, psikoterapis Philippa Perry menyatakan bahwa seorang anak tidak boleh disalahkan karena berbohong. Namun cerita-cerita yang jauh dari kebenaran dari anak merupakan dampak dari gaya pengasuhan orang tua.

Kemampuan anak karena gaya pengasuhan over protektif membuat ia lebih siap untuk berbohong. Seorang psikolog Kanada, Victoria Talwar menggunakan permainan Peeping Game untuk memperkuat pernyataan Perry.

Ia meneliti dua sekolah di Afrika Barat, satu sekolah menerapkan aturan yang ketat dan satu lainnya lebih menggunakan pendekatan santai. Peneliti meminta anak untuk menebak objek apa yang mengeluarkan suara dalam permainan.

Pada intinya, dalam permainan tersebut anak diminta menebak sebuah benda hanya dengan suara yang tidak ada korelasinya dengan bentuknya. Peneliti meninggalkan anak-anak saat mengidentifikasi. Setelah waktu habis, mereka bertanya kepada anak tersebut, apakah mereka mengintip atau tidak.

Talwar menemukan bahwa ada beberapa siswa dari sekolah yang menerapkan aturan dengan pendekatan santai. Sedangkan anak-anak yang berasal dari sekolah yang ketat dengan cepat berbohong dan sangat efektif.

Penemuan lain dituliskan oleh Ian Leslie dalam buku Born Liars- Why We Can’t Live Without Deceit. Sekolah yang menerapkan aturan ketat, menurut Leslie, justru akan menciptakan ‘mesin’ penipu yang sangat efektif.

Pada aspek lain namun sama-sama pengaruh dari gaya pengasuhan yang over protektif, menurut Nathan H. Lents, Ph.D. –seorang profesor biologi molekuler di John Jay College di City University of New York mengungkapkan tentang stres akut yang terjadi pada anak.

Stres akut adalah respons terhadap stimulus yang menakutkan, kompetitif, atau berbahaya yang hanya berlangsung selama beberapa menit. Contohnya, ketika anak bermain ayunan. Saat orang tua terlalu protektif dan berlebihan dalam menjaga keamanan buah hati justru keberaniannya tingkat rendah.

Stres akut ini berlangsung ketika anak melakukan hal yang ia senangi, seperti bermain ayunan, perosotan, maupun flying fox. Yang digarisbawahi pada stress akut ini adalah aspek kesenangan.

Meskipun orang tua dan sekolah wajib memastikan keamanan anak, berdasarkan saran Lents, tidak perlu merampas bentuk stres yang aman dari mereka. Sebab efeknya membuat anak tidak dapat mengatasi stres yang dialami ketika telah dewasa.