Bagikan:

YOGYAKARTA - Peter Pan sindrom dialami oleh tidak sedikit orang dewasa dan membuatnya masih emiliki sifat kekanak-kanakan. Seorang pria dewasa seharusnya bisa dihidup mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Namun pria dengan sindrom Peter Pan justru tidak meunjukkan kematangan secara psikologis, seksual, dan sosial. 

Sindrom  Peter Pan digunakan untuk menyebut orang dewasa yang memiliki sifat sebaliknya atau tidak berperilaku seperti orang seusianya. Biasanya mereke cenderung tidak mandiri dan masih kenakan-kanakan seperti tokoh Peter Pan dalam cerita fiksi. 

Meski tidak termasuk gangguan mental berbahaya, namun Peter Pan syndrome dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Orang dengan syndrome Peter Pan kebanyakan akan kesulitan dalam urusan karier atau pekerjaan, hubungan asmara, dan tanggung jawab lainnya. Lantas apa itu Peter Pan syndrom dan ciri-cirinya?

Apa Itu Peter Pan Syndrome?

Sindrom Peter Pan adalah kondisi di mana orang dewasa tidak bertindak sesuai dengan usianya, sehingga tampak kekanak-kanakan dan cenderung narsistik. Kondisi ini dapat merugikan hubungan sosial dan aktivitas profesional pengidapnya.

Pengidap sindrom Peter Pan sering menghindari tanggung jawab, yang akhirnya mengganggu pekerjaan mereka. Proses pendewasaan memang tidak mudah, karena melibatkan banyak tanggung jawab yang bisa membuat seseorang merasa takut atau enggan menjadi dewasa. Hal ini mungkin memicu munculnya sindrom Peter Pan.

Sindrom ini lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun, penting untuk diketahui bahwa kondisi ini sebenarnya bukan gangguan mental, melainkan sekumpulan perilaku orang yang tidak mampu bersikap dewasa, sehingga merugikan orang-orang di sekitarnya.

Penyebab Sindrom Peter Pan

Meskipun belum ada pengetahuan pasti mengenai penyebab sindrom Peter Pan, namun peran besar pola asuh orang tua telah teridentifikasi dalam penciptaan kondisi ini. Pola asuh dapat memengaruhi sikap dan perilaku anak saat dewasa, terutama pola asuh yang cenderung permisif (memberi izin dengan mudah) dan protektif.

Selain karena pengaruh pola asuh orang tua ketika kecil, kondisi ekonomi saat beranjak dewasa juga dapat membuat seseorang mengalami Peter Pan syndrome. Menghadapi sejumlah tanggung jawab ketika dewasa juga mengakibatkan seseorang rentan memiliki sikap Peter Pan syndrome. 

Pola Asuh Protektif

Pola asuh protektif adalah jenis pendekatan orang tua yang sangat membatasi anak dalam melakukan tindakan tertentu, akhirnya menimbulkan ketakutan anak saat menghadapi dunia dewasa. Pola asuh ini juga menghasilkan persepsi anak bahwa menjadi dewasa adalah tantangan yang sulit.

Orang tua yang menerapkan pola asuh protektif cenderung mengontrol secara ketat segala hal yang dilakukan anak. Ini mengakibatkan anak kesulitan untuk mengambil keputusan sendiri ketika dewasa dan kurangnya rasa percaya diri.

Pola Asuh Permisif

Pendekatan pola asuh yang permisif, yang memberikan kebebasan berlebihan kepada anak, mengakibatkan anak tumbuh dengan keyakinan bahwa dia bisa melakukan apapun tanpa batasan.

Selain itu, pola asuh ini sering kali membuat orang tua selalu menanggung dan menutupi kesalahan anak dengan niat melindunginya, sehingga anak tidak belajar tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukannya.

Pola asuh semacam ini juga dapat menyebabkan anak berkembang dengan kepribadian yang narsistik, suka memberontak, menentang, dan kurang menghargai orang lain.

Tekanan Ekonomi 

Selain pengaruh pola asuh orang tua, sindrom Peter Pan juga bisa dipicu oleh masalah ekonomi saat seseorang memasuki masa dewasa. Hal ini mungkin disebabkan oleh pendapatan yang minim atau peluang karier yang terbatas, sementara ada banyak tagihan atau biaya yang harus dipenuhi.

Masalah ekonomi juga bisa membuat penderita sindrom Peter Pan merasa bahwa dewasa berarti harus menghadapi beban tanggung jawab yang berat karena tekanan hidup yang tinggi. Akibatnya, dia mungkin memilih untuk menghindari semua tanggung jawab tersebut, yang dapat memicu perilaku sindrom Peter Pan.

Ciri-Ciri Peter Pan Syndrome

Seseorang pengidap Peter Pan syndrome bisa dilihat dari sifat dan perilakunya. Berikut ini tanda-tanda seseorang yang mengalami sindrome Peter Pan:

  • Cenderung berperilaku atau punya sifat seperti anak kecil atau remaja. Seringnya, pengidap sindrom ini senang menjalin pertemanan bersama orang dengan usia yang lebih muda darinya. 
  • Kesulitan membangun hubungan dalam jangka waktu lama, terutama hubungan asmara jangka panjang. Perilaku mereka seringkali membuat pasangan atau orang lain merasa tidak nyaman. 
  • Kerap menghindari atau melepas tanggung jawab pekerjaan. Selain itu, mereka juga kurang terampil dalam mengelola keuangan dan lebih mengutamakan kepuasan pribadi dalam pemakaian uang. 
  • Selalu bergantung pada orang lain, sehingga kesulitan untuk mandiri. Mereka berharap selalu mendapat perlindungan atau bantuan dari orang lain, terutama orang-orang yang dipercaya. 
  • Enggan Mengakui kesalahan dan takut ketika mendapatkan kritikan. Mereka seringkali melimpahkan kesalahan kepada orang lain serta tidak mau intropeksi diri. 
  • Cenderung menghindari konflik dan tidak ingin terlibat dalam suatu hal. Mereka biasanya tidak bisa diandalkan karena kesulitan bertanggung jawab dan kurang cakap mencari solusi atas permasalahan tertentu. 
  • Tidak memiliki rencana untuk masa depannya dan tidak ada hasrat mengembangkan diri. 

Demikianlah ulasan mengenai apa itu Peter Pan Syndrome dan penyebabnya hingga mennggelayuti kepribadian pada orang dewasa. Perilaku kekanakn-kanakan pada orang dewasa mungkin tidak membahayakan, namun perlu diatasi agar tidak mengganggu hubungan asmara dan profesionalitas pekerjaan. Baca juga tanda inner child yang terluka pada diri orang dewasa. 

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI. Kami menghadirkan info terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.