Kenapa Anak Berbohong? Menurut Ahli, Begini Cara Mengatasinya
Ilustrasi kenapa anak berbohong (Pexels/Anastasia Shuraeva)

Bagikan:

JAKARTA – Banyak orang tua merasa khawatir pada buah hatinya ketika berbohong. Mungkin anak-anak berbohong untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Bahkan, mereka memilih berbohong untuk menghindari masalah atau keluar dari masalah.

Dilansir Child Mind Institute, Sabtu, 30 Oktober, banyak faktor yang membuat anak-anak berkata bohong. Tergantung pada apa yang terjadi, seperti ia merasa buruk tentang diri sendiri sehingga memilih berbohong agar terlihat keren.

Pada kasus lain, anak-anak depresi atau cemas mungkin berbohong karena tidak ingin orang lain khawatir. Terkadang anak-anak dengan ADHD hanya berbicara sebelum mereka berpikir. Ada juga berbohong karena merasa seperti orang dewasa sehingga punya alasan sosial.

Menurut Matthew Rouse, Ph.D., seorang psikolog klinis, salah satu alasan anak-anak berbohong adalah karena mereka telah menemukan ide bari dan mencobanya. Sebenarnya memiliki proses yang sama seperti mereka mengenali jenis perilaku dan melihat apa yang terjadi.

Alasan lain menurut dokter Rouse, anak-anak mengatakan kebohongan yang hiperbolis untuk tampak lebih mengesankan, istimewa, dan berbakat. Ini dilakukan anak yang kurang percaya diri untuk meningkatkan harga dirinya.

Lantas apa yang perlu dilakukan orang tua ketika anaknya berbohong? Berikut saran Rouse dan seorang psikolog klinis, Carol Brady, Ph.D.:

1. Kenali kebohongan macam apa yang dilakukan anak

Ini seperti melakukan evaluasi, kata Rouse. Tidak ada pedoman atau saran untuk mengatasinya dengan cepat dan keras karena setiap kebohongan memiliki alasan serta dampak yang berbeda.

2. Tegur sesuai dampaknya

Jika berbicara bohong untuk mendapatkan perhatian, saran Rouse, yang terbaik adalah mengabaikannya. Daripada berkata kasar, Rouse merekomendasikan untuk melakukan pendekatan lembut di mana orang tua tidak selalu memiliki konsekuensi tetapi tidak berusaha memberinya banyak perhatian.

Misalnya, jika anak bercerita bahwa ia telah mencetak gol 10 kali dan semua rekan satu tim bergantung padanya untuk mendapatkan kemenangan. Jika itu adalah cerita bohong, cobalah untuk arahkan pembicaraan ke sesuatu hal yang lebih faktual dan apa yang bisa dilakukan.

Boleh juga memberi teguran ringan, seperti dengan membalas ceritanya dengan “Ceritamu seperti dongeng, tetapi apa yang sebenarnya terjadi?.”

Untuk kebohongan yang berdampak, misalnya ia tidak mengerjakan pekerjaan rumah selama seminggu, maka beri teguran setimpal. Seperti memotong jam bermain di luar rumah, screen time, atau bermain gim.

3. Beri konsekuensi yang tidak bisa dinegosiasi

Menurut Rouse, berbohong akan lebih mudah ketika orang tua memberi tahu seberapa besar konsekuensinya. Anak tidak boleh berpikir konsekuensi dapat dinegosiasikan. Sebab, ia bisa jadi manipulatif dan tidak mengatakan kebenaran.

4. Mendiskusikan dengan anak

Masalah tentang kebohongan yang diabaikan bukannya selesai, tetapi bisa menjadi kebiasaan. Artinya orang tua perlu mencoba membuka diskusi dengan anak. Cobalah untuk tetap bijak ketika membicarakan tentang kalimatnya yang tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Tetapi tetaplah tegas agar anak mengetahui bahwa bohong itu tidak baik.

5. Jangan melabeli anak sebagai pembohong

Brady mengatakan, kesalahan besar untuk menyebut seorang anak sebagai pembohong. Luka dari pelabelan itu bisa  lebih besar daripada dampak ia berbohong. Anak mungkin merasa buruk tentang dirinya sendiri dan mungkin justru membuat pola berbohong lebih canggih.