Bagikan:

JAKARTA - Tiap orang tua pasti senang jika anak lahap mengonsumsi makanan. Akan tetapi, Anda barangkali pernah mengalami sendiri bagaimana susahnya memperkenalkan makanan baru kepada balita. Menerima makanan baru adalah hal yang tidak mudah untuk anak-anak. Mereka perlu diperkenalkan berulang dan dibiasakan hingga benar-benar mau menerimanya.

Sayangnya, Sarah Remmer, R.D., ahli gizi anak-anak dan keluarga dari The Centre for Family Nutrition, Calgary, Canada, melansir Parenting, Jumat, 9 Desember, mengatakan bahwa sering kali orang tua sendirilah yang membentuk anaknya menjadi picky eater. Tanpa disadari, orang tua melakukan kesalahan yang membuat anaknya jadi terlalu pemilih.

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Sarah mengatakan orang tua sering membuat asumsi tentang perilaku makan anak-anak mereka dan tanpa sengaja membatasi kemajuan mereka dalam menerima makanan baru. Padahal hal tersebut akan sangat berdampak pada perilaku makan anak-anak.

Jangan putus asa dulu, jika anak picky eater. Sarah menyebutkan tiga kesalahan orang tua yang menyebabkan anak mempersempit selera makan mereka sehingga tumbuh menjadi seorang picky eater.

Tidak Menawarkan Lagi Setelah Ditolak

Padahal, anak-anak butuh diperkenalkan pada makanan baru sebanyak 10-15 kali untuk memutuskan apakah mereka benar-benar menyukainya atau tidak. Jangan berhenti menyajikan makanan tertentu karena penolakan sebelumnya. Teruslah memperkenalkannya lagi dan lagi. 

Zona Nyaman Bikin Over Protektif

Sering kali, orang tua seperti terjebak dalam zona nyaman karena melihat anaknya mampu memakan dengan baik apa yang sudah disajikan selama ini. Akhirnya, sebagai orang tua, Anda terlalu membatasi makanan anak karena berpikir makanan tersebut tidak ramah anak, misalnya karena terlalu manis, terlalu asin, atau ukurannya yang tidak sesuai. 

Tidak Memberikan Contoh

Menurut Sarah, orang tua memainkan peran paling penting dalam membentuk preferensi makanan anak-anak mereka dalam lima tahun pertama kehidupan.

Banyak orang tua yang ingin anaknya melahap makanan sehat seperti sayur dan buah namun tidak memberikan contoh yang baik. Mereka berpikir bahwa anak-anak tidak memerhatikan perilaku dan budaya makan orang tuanya. Akhirnya, mereka dengan cuek makan makanan instan serta snack di depan anaknya. Padahal apa yang dilakukan orang tua ini menjadi contoh bagi anak-anaknya.