JAKARTA - Hampir semua orang tua, baik ayah maupun ibu pernah merasa bersalah karena melakukan hal-hal tertentu pada anak. Perasaan bersalah memiliki konsekuensi yang berkaitan dengan kesehatan emosional orang tua dan kesejahteraan anak secara umum.
Rasa bersalah bisa sebabkan orang tua menciptakan kebiasaan disiplin yang kurang sehat, seperti mudah mengalah pada anak atau memberi kompensasi berlebih pada pilihan yang dia buat. Meski hal-hal tersebut dapat meringankan rasa bersalah orang tua untuk sementara, tapi respons tersebut bisa jadi tidak sehat bagi anak.
Kurangi rasa bersalah Anda dengan memahami bahwa tak ada orang tua yang sempurna dan demi kebaikan anak, Anda perlu melakukan apa yang perlu dilakukan. Berikut adalah lima alasan utama orang tua merasa bersalah pada anak dan tips cara mengatasi perasaan tersebut, melansir Very Well Family, Rabu, 10 Mei.
Jadi orang tua pekerja
Bagi orang tua yang bekerja di luar rumah, ini bisa jadi sumber rasa bersalah. Karena harus meninggalkan si kecil di rumah atau day care, timbullah rasa bersalah karena harus bekerja, mencari penghasilan, dan bersalah sebab menjadikan kantor sebagai tempat pelarian dari kondisi rumah yang kacau.
Tak perlu khawatir, Ayah, Bunda. Penelitian menunjukkan bahwa keterampilan bahasa, sosial, dan kognitif anak dapat dikembangkan dengan memasukkan anak ke tempat penitipan anak yang berkualitas. Ingat, hidup Anda juga penting. Berjeda sejenak dengan rutinitas bisa membuat kesehatan mental Anda jadi lebih baik. Anak bahagia terlahir dari orang tua yang bahagia juga.
Anak berperilaku buruk saat di tempat umum
Semua orang tua merasa malu ketika anak mengalami tantrum saat di tempat umum. Untuk itu, Anda bisa mengubah strategi disiplin saat menghadapi situasi seperti ini. Pertama, jika menurut Anda anak sudah cukup besar untuk mengerti, pastikan dia mengetahui konsekuensi dari perilaku buruk yang dilakukan dan beri hukuman jika dia benar-benar berperilaku buruk.
Terkadang anak berperilaku buruk di depan umum karena dia tahu itu memalukan bagi orang tua dan hal ini memungkinkan dia mendapatkan apa yang diinginkan. Ketika anak melanggar peraturan, tindaklanjuti dengan konsekuensi yang efektif.
BACA JUGA:
Anak mengonsumsi junk food
Jika rasa bersalah Anda karena anak mengonsumsi terlalu banyak makanan cepat saji, maka ingatlah makanan tersebut bukanlah racun. Jadikan itu sebagai treat dibandingkan makanan sehari-hari.
Kurangi rasa bersalah dengan melakukan penelitian tentang barang-barang yang lebih sehat di drive-thru. Atau lakukan riset tentang jenis makanan apa yang bisa Anda sajikan di rumah dengan cepat namun sehat.
Anak terlalu menikmati screen time
Jika Anda mendengarkan beberapa pakar, elektronik adalah sumber segala hal-hal buruk. TV maupun handphone berkontribusi pada obesitas, ADHD, dan banyak masalah lainnya. Meski membawa manfaat, perangkat elektronik juga bisa sebabkan keburukan dalam hidup.
Ini semua tentang keseimbangan. Jika anak menonton TV setiap hari selama berjam-jam berturut-turut, ini saatnya untuk mengurangi. Jika dia bermain di tabletnya selama satu jam setiap malam dan dia menonton film di akhir pekan, itu adalah tontonan yang moderat. Pastikan anak memiliki banyak kegiatan lain yang dia sukai. Berlarian di luar, membangun dengan balok, atau mengerjakan tugas semuanya memiliki manfaat kesehatan mental dan fisik.
Terlalu sering berteriak pada anak
Bahkan orang tua yang paling santai pun sesekali pernah membentak anak. Dan terkadang berteriak diperlukan. Jika anak Anda mengejar bola ke jalan, jangan khawatirkan nada suara Anda. Meneriakkan pengingat untuk kembali ke trotoar sebelum sesuatu yang tak diinginkan terjadi.
Namun, jika membentak menjadi status quo, pertimbangkan apakah tingkat stres Anda tinggi atau apakah Anda memerlukan bantuan untuk mengelola amarah. Atau mungkin, Anda memerlukan bantuan untuk menemukan teknik pendisiplinan yang lebih efektif.
Seorang terapis berlisensi dapat membantu mengetahui kenapa Anda tampak sulit menjaga kesabaran saat menghadapi anak dan membantu Anda menemukan cara untuk tetap tenang. Itu penting karena membentak anak bisa berbahaya bagi kesehatan mentalnya.