5 Tindakan Orang Tua yang Membuat Anak Merasa Bersalah
Ilustrasi tindakan orang tua yang membuat anak merasa bersalah (Freepik/user18526052)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Rasa bersalah tidak selamanya buruk. Pada anak yang memiliki empati, mereka akan merasa bersalah ketika melakukan kekeliruan. Tetapi, orang tua perlu menyadari bahwa alih-alih membuat anak merasa bersalah dan memojokkan mereka. Lebih baik memantik obrolan untuk mendapatkan solusi.

Anak-anak mungkin merasa tak nyaman ketika mereka merusak sesuatu yang penting bagi orang terdekatnya, kata Deborah Farmer Kris, pendidik orang tua dilansir Huffpost, Senin, 5 Desember. Karena rasa bersalah itu, anak-anak mungkin punya keberanian untuk mengatakan menyesal dan mencari cara untuk maju.

1. Menyalahkan dan mempermalukan

Empati anak-anak, perlu ditumbuhkan sejak mereka masih kecil. Artinya, orang tua berperan dalam pembinaan dan pengajaran, bukan mempermalukan atau menyalahkan ketika melakukan kesalahan. Lebih penting lagi, menurut rekomendasi Kris, orang tua harus menghubungkan tindakan anak-anak dengan emosi orang lain. Cobalah hindari membuat komentar yang mempermalukan atau menghakimi ketika anak Anda melakukan kesalahan.

tindakan orang tua yang membuat anak merasa bersalah
Ilustrasi tindakan orang tua yang membuat anak merasa bersalah (Freepik/cookie_studio)

2. Membiarkan anak bertanggung jawab saat suasana hati Anda sedang buruk

Anak-anak pada dasarnya egois karena sesuai perkembangannya, kata Keneisha Sinclair-McBride, psikolog klinis di Rumah Sakit Anak Boston, Massachusetts. Ini berarti mereka dapat menanggung kesalahan yang sebenarnya bukan tanggung jawab mereka. Mereka juga lebih konkret, sehingga rasa bersalah dan perasaan buruk membentuk bukti bahwa mereka buruk. Jadi, saat Anda kesal hindari mengekspresikan kekesalan Anda karena tindakan mereka tak sesuai dengan yang Anda rencanakan.

3. Bertengkar di depan anak-anak Anda

Anak-anak percaya bahwa mereka yang harus disalahkan atas perselisihan orang tua. Jadi yang terbaik adalah menghindari marah atau meluapkan emosi di depan anak-anak Anda.

Orang tua harus ingat bahwa anak-anak tidak dapat memahami kompleksitas hubungan orang dewasa dan emosi orang dewasa. Mereka bisa stres dan sulit berkomunikasi kalau melihat orang tuanya bertengkar. Saran pakar, diskusikan dengan pasangan tanpa pertengkaran. Jangan sampai anak merasa bertanggung jawab atas ketidaksetujuan Anda.

4. Memanggil mereka ‘baik’ atau ‘buruk’

Beberapa anak akan menginternalisasi rasa bersalah dan merasa bahwa rasa bersalah membuat mereka jadi ‘anak nakal’. Perasaan ini dapat berkembang menjadi rasa malu. Knight menyarankan, orang tua harus memperhatikan kata-kata yang diucapkan. Meski tidak suka, jangan sampai melabeli anak sebagai ‘anak nakal’ dan lainnya yang nantinya bisa diinternalisasi.

5. Tidak memberi kesempatan anak untuk menebus kesalahan

Ketika anak-anak bertingkah atau mengacau, itu penting bagi mereka mendapat kesempatan untuk menebus kesalahan. Orang tua harus mencoba memproses perasaan sakit hati atau frustasi mereka dan terbuka untuk permintaan maaf anak mereka.

Selain kelima perilaku yang perlu dihindari di atas, orang tua juga perlu menyepakati hukuman dengan anak-anak. Hukuman atau dengan kata lain dianggap sebagai kesempatan anak memperbaiki kesalahan, harus disesuaikan dengan persetujuan anak dan masuk akal.