Mengenal Disiplin Positif yang Tak Menghukum dan Menyakiti Anak secara Verbal atau Fisik
Ilustrasi mengenal disiplin positif (Freepik/Senivpetro)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Mengajarkan disiplin pada anak perlu dilakukan dengan cara yang efektif. Menurut para ahli, disiplin positif akan lebih besar mengajarkan hal baik daripada sekedar kepatuhan.

Disiplin positif merupakan gaya pengasuhan di mana orang tua memperkuat perilaku baik dan memadamkan perilaku yang tidak diinginkan tanpa menyakiti anak secara fisik atau verbal. Para ahli mengatakan, mengajarkan disiplin dengan cara tradisional justru gagal memberikan pengajaran jangka panjang. Bahkan bisa berkontribusi pada perilaku yang tidak diinginkan.

Pendekatan disiplin positif mengacu pada secara natural seorang anak mengenal mana yang boleh dan tidak untuk dilakukan. Seperti kisah Rosie Lamphere dari Carolina Utara dilansir Healthline, Minggu, 16 Oktober. Lamphere memiliki tiga orang putri, mereka berlari dan menangis setelah melakukan kesalahan. Ketiga putrinya melubangi dinding saat bermain.

Lamphere tidak memarahi putri-putrinya dengan alasan mereka menangis dan minta maaf karena mereka tahu kalau melakukan kesalahan. Alih-alih berteriak dan menghukum anaknya, Lamphere memutuskan tidak melakukannya. Dia berbicara dengan putrinya tentang konsekuensi dari tindakan mereka dan mengingatkan bahwa setiap orang membuat kesalahan.

mengenal disiplin positif
Ilustrasi mengenal disiplin positif (Freepik/Fxquadro)

Disiplin positif dipopulerkan oleh Dr Jane Nelsen. Pengajaran ini berangkat dari gagasan orang tua dan pengasuh yang memperkuat perilaku baik dan memadamkan perilaku yang tak diinginkan. Disiplin positif juga tidak menyakiti anak secara fisik atau verbal, menurut dokter anak di Rumah Sakit Anak Michigan, Scott Grant, MPH., FAAP..

Grant menjelaskan lebih lanjut tentang karakter anak-anak yang cenderung terkoneksi dengan pengasuh mereka. Keterhubungan dengan orang tuanya, memengaruhi sikap anak-anak. Semakin terhubung, mereka cenderung tidak memiliki perilaku buruk, belajar keterampilan sosial dan kehidupan.

Seorang terapis pernikahan dan keluarga berlisensi, Ann DeWitt, setuju dengan Grant. Menurutnya, disiplin positif membantu menghapuskan sistem penghargaan intrinsik yang ditemukan dalam pengasuhan tradisional. Maksudnya, disiplin tradisional menggunakan penghargaan dan hukuman untuk membuat anak berperilaku jangka pendek.

Sedangkan disiplin positif, tidak memakai mekanisme dalam disiplin tradisional. Mereka mencoba mencari tahu mengapa anak melakukan kesalahan dan mencari solusi yang memenuhi kebutuhan semua orang. Baiknya lagi, dengan mengajarkan disiplin positif, orang tua tidak berusaha mengendalikan perilaku anak. Tetapi untuk menghormati kebutuhan anak dan orang tua.

Dengan mengajarkan disiplin positif, lebih efektif dan jangka panjang. Kalau disiplin tradisional, lebih permisif dan longgar karena orang tua merasa perlu mengendalikan anak-anaknya saat itu juga. Dengan membentak dan meneriaki anak, termasuk saat melakukan kesalahan atau tidak, tidak banyak membantu anak-anak untuk membuat pilihan berbeda pada lain waktu.

Grant menyarankan, untuk mengajarkan disiplin positif pada anak, orang tua harus mengelola frustasi mereka sendiri dahulu. Karena ketika orang tua dalam keadaan marah, cenderung membentak dan memarahi. Mendidik anak harus dalam keadaan tenang. Dalam kondisi tenang dan emosi yang terkelola, maka orang tua akan bisa lebih positif dalam mendidik anak-anak mereka.