JAKARTA - Setiap orang tua mempunyai cara berbeda-beda untuk mendidik anaknya. Mulai dari yang sangat disiplin ada juga yang sangat fleksibel namun berhasil positif.
Diantara cara pola asuh anak, ada pola asuh yang terlalu menekan atau terlalu longgar sehingga hak anak tidak didapati seperti yang terjadi pada toxic parents. Toxic parents seringkali tidak disadari, berikut tanda pola asuh yang merugikan perkembangan anak.
Terlalu disiplin
Kedisiplinan memang perlu diajarkan sejak anak usia dini. Kedisiplinan yang diajarkan lewat kebiasaan justru lebih meresap dan diingat. Artinya, dengan kebiasaan disiplin maka orang tua mengajarkan tanpa menegur keras hingga anak sering berkecil hati.
Teguran terlalu sering dilontarkan bisa memengaruhi rasa percaya diri anak. Anak bisa sangat minder karena ia takut ditegur karena melakukan kesalahan.
Over protektif
Melindungi anak memang kewajiban orang tua, tetapi jika berlebihan maka hasilnya tak akan maksimal. Justru berpengaruh pada perkembangan anak, termasuk cara berpikir, potensi, dan minat.
Nah, jika terlalu memproteksi maka ia akan merasa sangat terbatasi.
Membanding-bandingkan
Setiap anak memiliki potensi dan kemampuan masing-masing. Itu artinya, membandingkan buah hati dengan anak lain akan berefek negatif. Cobalah memberikan kebebasan sekaligus mengajarkan tanggung jawab atas pilihannya sendiri.
BACA JUGA:
Orang tua yang pesimis
Perasaan pesimis sering berkecil hati dan tidak percaya diri. Jadi, perlu menjadi orang tua yang percaya diri dan tidak menyalahkan diri sendiri atas pilihan yang dilakukan.
Misalnya, orang tua yang ‘merasa’ selalu kurang dalam memenuhi kebutuhan anak, merasa tidak mempunyai fisik yang menarik dan merasa menjadi contoh yang buruk buat anak. Ini termasuk sebagai toxic parents, jadi percaya diri dan mensyukuri apa yang dimiliki akan lebih positif hasilnya.
Memarahi anak di depan orang lain
Memarahi anak di depan orang lain bisa mengecilkan hati dan harga diri anak. Meski perlu diingatkan ketika melakukan kekeliruan, tetapi tidak dengan memarahinya di ruang publik. Orang tua dapat mengingatkan dengan cara berbicara dan mengarahkan agar tidak mengulangi kesalahannya lagi.
Memberi kritik terus menerus
Sama halnya dengan over protektif, memberi kritik terus menerus seolah semua pilihan anak salah dan tidak sesuai dengan harapan orang tua. Padahal, anak akan merasa sedih jika kritikan datang bertubi-tubi. Kritik yang datang berkali-kali juga membatasi kreativitas, imajinasi, dan proses eksplorasi anak.
Orang tua bukan pendengar yang baik
Karena merasa lebih banyak pengalaman, kadang orang lupa untuk menjadi pendengar yang baik. Pada banyak kasus, anak jadi tertekan jika mempunyai orang tua bukan pendengar yang baik.
Bagi orang tua, cobalah merefleksikan tanda-tanda di atas dan menghindari sikap tersebut yang dapat sabotaging perkembangan serta kemampuan anak.