Anak Beranjak Remaja, Ini 4 Hal yang Perlu Disepakati Perihal Jam Malam
Ilustrasi anak belajar (Pexels/Alexandr Podvalny)

Bagikan:

JAKARTA – Anak yang beranjak remaja senang sekali jika diberikan kesempatan berkegiatan yang bermanfaat untuk kreativitasnya. Tetapi, bagaimana orang tua mengerem kegiatannya agar tak kemalaman dan kelelahan?

Berbagai faktor perlu dipertimbangkan sebelum membangun kesepakatan dengan anak. Berikut 4 faktor berikut yang bisa melandasi kesepakatan jam malam.

Ukuran tanggung jawab

Ini menjadi faktor penting, apabila anak melaksanakan tanggung jawab dengan baik, maka perlu disepakati jam malam yang lebih fleksibel. Artinya, tergantung pada kebutuhan waktu di luar kewajibannya.

Apabila kegiatan yang dilakukan bersifat positif, baik untuk masa depannya, maka orang tua boleh memperpanjang waktu untuk anak yang sudah mulai remaja untuk berkegiatan.

Pertimbangkan jadwal istirahat

Anak membutuhkan istirahat yang cukup. Apalagi anak yang sudah remaja dengan berbagai kegiatan di sekolah, ekstrakurikuler, les dan lain sebagainya. Agar produktivitas anak tidak terganggu, maka pertimbangkan jadwal istirahat jika bersepakat tentang jam malam bersama anak.

Keamanan

Ini adalah faktor diluar diri atau faktor eksternal yang tidak bisa diperkirakan secara pasti. Namun, orang tua bisa mengamati sekitar lingkungan. Jika lingkungan tempat anak beraktivitas dan lingkungan sekitar terjamin keamanannya, maka bisa lebih melegakan.

Jadwal kegiatan setiap harinya

Agar lebih mudah untuk membangun kesepakatan bersama anak menjelang remaja, ketahui jadwal setiap harinya. Itu artinya komunikasi antara orang tua dan anak perlu terjalin dengan baik. Agar orang tua tidak over protektif, sesekali beri kelonggaran selama ia bisa bertanggung jawab.

Dari empat pertimbangan diatas, kesepakatan dapat dibuat. Sebagai tambahan, sebisa mungkin beri ruang untuk anak tetap berkembang baik relasi sosial, akademis, potensi, keahlian, dan kreatifitas.

Menyepakati jam malam bisa dilakukan dengan berdiskusi bersama anak. Ketika berdiskusi, kesepakatan terjalin dua arah agar tidak menjadi orang tua yang otoriter.

Orang tua baiknya lebih terbuka dengan usulan dan pendapat anak tentang jam malam. Jangan lupa menyepakati punishment jika melanggar. Misalnya anak pulang terlambat dan tidak memberi kabar.

Hukuman bisa jadi satu dorongan agar anak lebih bertanggung jawab dengan kesepakatan yang dibuat bersama. Contohnya, jika anak remaja melakukan hal tersebut, maka uang jajan dipotong atau waktu akses internet minggu depan dikurangi.

Setelah memerhatikan cara-cara diatas, menjalin komunikasi dua arah sangatlah penting sebab selain mengarahkan buah hati menjadi pribadi yang bertanggung jawab tetapi juga membuatnya memiliki pikiran terbuka.