Bagikan:

JAKARTA - Sebagai manusia, tentu ingin merasa didengarkan, dipahami, terhubung, serta didukung saat melakukan percakapan. Namun hal itu tidak selalu terjadi jika Anda berbicara dengan orang yang memiliki kecenderungan narsistik.

Baik orang tersebut mengidap gangguan kepribadian narsistik (NPD) atau memiliki kecenderungan narsistik. Mengetahui apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan dapat membantu Anda dan orang tersebut berkomunikasi lebih efektif.

Tetap tenang dan hormat

“Saat berbicara dengan seseorang yang memiliki gangguan kepribadian narsistik, sebaiknya gunakan rasa hormat serta nada suara yang tenang,” kata Katie Ziskind, dilansir dari Psych Central, Rabu, 24 Januari.

Saran Ziskind sebaiknya hindari:

  • merendahkan mereka
  • meremehkan mereka

“Jangan mencoba melawan, mengoreksi, atau mempermalukan mereka,” tambah Christine M. Kuperman, ahli terapi pernikahan, keluarga, dan trauma di California.

Taktik ini bisa menjadi bumerang dan dapat menimbulkan pertengkaran atau penolakan lebih lanjut.

Gunakan kata ganti ‘aku’

Beberapa frasa akan lebih efektif dalam menyampaikan apa yang ingin disampaikan dibandingkan frasa lainnya. Termasuk pernyataan “aku” untuk memberi penekanan pada kebutuhan, pemikiran, dan perasaan Anda dalam hubungan tersebut.

“Tetap fokus berbagi perasaan Anda sembari menunjukkan kekurangan mereka,” kata Ziskind.

Misal, pernyataan seperti “Aku rasa kamu tidak mendengar apa yang aku katakan sebelumnya” daripada “Kamu tidak pernah mendengarkan aku!” dapat memulai dialog yang lebih produktif dan penuh empati.

Ziskind juga mengatakan bahwa orang dengan kecenderungan narsistik biasanya akan merespons dengan baik permulaan percakapan dengan kata-kata seperti;

"Aku rasa…"

“Aku mendengar…”

"Aku ingin…"

"Aku harap…"

“Ini semua adalah pernyataan yang menunjukkan kepemilikan diri dan akuntabilitas diri,” tambahnya.

Membela diri sendiri

“Saat berbicara dengan orang yang memiliki sifat narsistik, Anda akan merasa kalau mengungkapkan pikiran akan terkesan agresif. Sebab Anda tidak ingin membuat orang lain kesal,” kata Kuperman.

Namun penting juga berbicara dan memberi penegasan pada diri sendiri.

Untuk membela diri sendiri, Kuperman menyarankan untuk kenali batasan, mengulangi poin, dan tetap kuat pada posisi Anda. Bahkan jika orang tersebut berusaha mempermalukan, menyalahkan, atau menyulut emosi Anda.

Tegakkan batasan

“Langkah pertama yang paling penting saat membina hubungan jenis apapun yakni harus memiliki batasan jelas yang Anda buat untuk melindungi diri,” kata Kuperman.

Dia mencatat bahwa menetapkan batasan mungkin terlihat seperti:

“Aku tidak akan lagi mengizinkan kamu berbicara kepadaku seperti ini.”

“Aku menolak membicarakan hal ini jika kamu berteriak. Aku akan mendengar jika kita bicara baik-baik.”

Anda juga dapat mencoba frasa seperti, 

“Aku tidak akan melanjutkan percakapan ini jika kamu terus menghina atau meremehkan perasaanku.”

Mempertahankan batasan Anda dan nada hormat dapat membantu menjaga diskusi tetap sehat dan produktif.

Hindari frasa tertentu

Pemilihan bahasa yang digunakan sangat penting ketika berbicara dengan orang yang memiliki kecenderungan narsistik. Beberapa kalimat bisa saja langsung mendiamkan mereka atau membuat mereka tidak mendengarkan.

Pertimbangkan menghindari pernyataan “kamu selalu…” dan “kamu tidak pernah…”. Ungkapan-ungkapan ini dapat menyebabkan orang-orang dengan sifat narsistik menjadi defensif atau argumentatif.

Ingat, Anda tidak bersalah

Orang dengan gejala narsistik cenderung menghindari tanggung jawab atas kesalahannya sendiri. Akibatnya, mereka mungkin mencoba menyalahkan Anda, meskipun itu tidak beralasan. Berusahalah semaksimal mungkin untuk membela diri sendiri dan jangan mengambil tindakan  gegabah atas sesuatu yang bukan salah Anda.

Ketahui bahwa Anda tidak dapat mengubahnya

Pada akhirnya, Anda tidak bisa mengubah orang yang hidup dengan NPD atau kecenderungan narsistik. Jadi, jangan menghabiskan waktu dan energi untuk mencoba mengubahnya atau meyakini bahwa mungkin suatu hari Anda bisa. Terimalah mereka seapaadanya dengan masalah kepribadian yang dimiliki.