YOGYAKARTA – Mengontrol sejumlah aspek dalam hidup, tampaknya hal yang positif. Dalam banyak kasus memang diperlukan kontrol. Tetapi bagi sebagian orang, merasa perlu mengontrol semuanya dianggap menguras tenaga. Beberapa orang yang mengontrol semuanya juga dinilai perfeksionis. Mereka menetapkan standar yang sangat tinggi untuk diri sendiri, bahkan orang lain.
Menurut pakar, keinginan untuk mengontrol berakar dari ketakutan akan ketidakpastian. Terkadang juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan mental. Apabila Anda termasuk, mungkin Anda tergolong orang yang perfeksionis. Mungkin juga sulit menerima perubahan yang tidak berjalan sesuai rencana. Alasan seseorang perlu mengontrol semuanya dan kenapa butuh merasa aman serta terkendali, karena berikut ini.
1. Mengalami peristiwa traumatis
Setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Respons terhadap pengalaman atau peristiwa yang dialami juga berbeda, tergantung seberapa tingkat kedewasaan emosional seseorang. Pada kondisi lain, seseorang dengan riwayat trauma berdampak besar dari bagaimana mereka merespons pengalaman.
Peristiwa traumatis didefinisikan sebagai insiden yang menyebabkan rasa sakit fisik, emosional, dan psikologis yang signifikan bagi seseorang. Melansir PsychCentral, Jumat, 17 Maret, saat seseorang hidup dengan trauma, mungkin terjebak dalam distorsi kognitif dan cenderung melihat risiko terburuk dari scenario apapun. Mereka juga sangat waspada dan mencoba mengendalikan segalanya. Pada segi positif, ini adalah respons alami dan adaptif. Namun, kontrol yang berlebihan dapat membebani sumber daya seseorang dan berdampak pada kualitas hidup.
2. Pengalaman masa kecil yang membentuk
Lingkungan tempat dibesarkan memengaruhi cara seseorang ‘melihat’ dunia. Misalnya, tumbuh dalam keluarga yang tidak stabil, akan sulit memprediksi apa yang terjadi selanjutnya dan menyebabkan perilaku pengendalian sebagai mekanisme koping. Contoh lain yang membentuk seseorang perlu mengontrol semuanya, bisa karena kebutuhan mengontrol interaksi dengan orang lain untuk mendapatkan kepastian dan validasi.
3. Gangguan kecemasan
Penelitian tahun 2020 menunjukkan, orang yang hidup dengan gangguan kecemasan seringkali merasa ketidakpastian sulit ditoleransi. Ketidakpastian dapat berarti kekhawatiran lebih dan perenungan yang intens. Orang ini mungkin butuh menenangkan diri dengan mengendalikan sebanyak mungkin untuk mengurangi rasa khawatir.
Misalnya, jika seseorang memiliki gangguan kecemasan sosial, mereka perlu merencanakan semua detail interaksi sosial. Dengan gangguan kecemasan umum, Anda dapat mengantisipasi kemungkinan pemicu, yang juga dapat mengakibatkan perilaku yang terkendali.
Selain itu, orang dengan gangguan onsesif-kompulsif (OCD) mungkin juga memiliki kebutuhan yang kuat untuk mengendalikan segala sesuatu dalam upaya mengurangi kecemasan dan ketakutan.
4. Gangguan kepribadian
Kebutuhan kontrol yang berlebihan terkadang bisa menjadi gejala gangguan kepribadian tertentu.Orang dengan gangguan kepribadian ambang (BPD), misalnya.Mereka merasakan ketakutan yang kuat akan pengabaian.Ketakutan ini dapat membuat seseorang ingin mengontrol interaksi dan pasangan romantis Anda dalam upaya menghentikan mereka meninggalkan Anda.
BACA JUGA:
Beberapa orang yang hidup dengan gangguan kepribadian narsistik (NPD) mungkin juga terlibat dalam perilaku pengendalian, seperti menggunakan taktik manipulasi untuk mengarahkan situasi.
5. Mengontrol sebagai perilaku yang dipelajari
Mengontrol bisa jadi karena dipelajari sejak masih muda. Terkadang sebagai kebutuhan untuk mengendalikan sesuatu. Misalnya, memiliki orang tua yang mengatur Anda secara mikro atau memantau semua yang Anda makan atau lakukan dapat membuat Anda mengulangi pola ini sebagai orang dewasa.
Seperti yang dijelaskan di atas, mengontrol pada satu sisi, baik dilakukan. Tetapi tatkala memengaruhi hubungan, citra diri, dan aspek lain dalam hidup, maka perlu disadari dan mencari bantuan ahli kesehatan mental.