JAKARTA – Memaafkan kesalahan orang lain bisa jadi pekerjaan paling berat. Meskipun sering dipahami sebagai sebuah kebaikan atau yang benar dan perlu dilakukan, ternyata tidak mudah melakukannya.
Mengapa bisa begitu sulit? Berikut alasan paling masuk akan yang menyebabkan maaf itu melibatkan aspek mental.
1. Luka masa lalu bisa diingat hingga masa depan
Ingatan adalah sumber yang bisa dimodifikasi dengan cara memaafkan. Jika ingatan tentang luka bisa diampuni dan dimodifikasi menjadi sesuatu yang baru, anggap sebagai pembelajaran contoh yang paling klise.
Tetapi dilansir Psychology Today, Selasa, 28 September, luka masa lalu dapat menginfeksi masa kini kita. Jika Anda disakiti oleh seseorang, Anda mungkin menyimpan dendam atau terluka.
2. Memaafkan perlu proses
Banyak yang menganggap bahwa dengan memaafkan kita melupakan kesalahan orang lain. Bukan, memaafkan dan melupakan ataupun menerima kesalahan adalah hal yang berbeda.
Menurut psikiatris Elizabeth Kubler-Ross, memaafkan mirip dengan merasakan duka. Sebab hal-hal yang perlu dimaafkan tidak membuat kita merasa hidup jadi mudah. Artinya, perlu proses yang dimulai dari penyangkalan, tawar-menawar, marah, depresi, hingga akhirnya menerima dan memaafkan.
BACA JUGA:
3. Mengontrol perasaan dan emosi itu tidak mudah
Tidak seperti membalikkan tangan atau bahkan tak semudah belajar mengayuh sepeda. Mengontrol emosi lebih sulit, apalagi situasi tidak pernah diduga yang bisa membuat emosi semakin memuncak.
4. Belum memaafkan sebagai mekanisme pertahanan diri
Seseorang yang sulit memaafkan bisa karena membangun mekanisme pertahanan diri terlalu kuat. Ia tidak ingin memaafkan karena tidak mau merasakan kecewa, kekesalan, dan luka.
5. Menyimpan luka yang dialami sebagai dendam
Rasa dendam dianggap sebagai cara mengontrol dan membuat lebih kuat setelah merasa terluka. Tetapi, membalaskan dendam atau memberi hukuman pada orang yang bersalah pada Anda tidak efektif dan tidak produktif untuk kehidupan Anda.